Kau serupa pagi yang membentangkan kerinduan pada malam-malam kemenangan.
Kau laksana terang dian putih yang dibawah sang musafirtembus pekat malam yang berkabut dan menusuk.
Maaf aku pernah merindukanmu
Beritahu jika ini salah
Katakan itu bila semuanya keliru
Aku hanya coba mengeja rima cerita kita
Dialektika klise sebuah rasa, mungkin juga kemunafikan
Kita terbiasa memenjarakan hati ini
Trus hidup dalam ketidaktahuan yang klise
Tetapi sebuah pagi telah menulis bagian lain dari kisah ini
Kita hanya perlu tahu dan bersabar menebak waktu
Menyelami setiap rahasia yang dijejalkan pada garis jalan ini
Lalu rebah dalam peluk sukma khidmat sebuah syukur
Kita kini tak lagi sendiri...
***
Jogja, 17 Januari 2012
Pada suatu pagi di langit yang kelabu.
Tuhan yang paling tahu dan paham apa yang terbaik bagi anak-anakNya. Bahkan kadang, kita perlu melewati jalan yang tampak berbeda, jalan yang tidak biasa, untuk akhirnya sampai pada sebuah pemaknaan, Tuhan menjadikan segalanya indah pada waktunya, bahkan dengan cara-cara yang aneh dan ajaib.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI