Namun di sisi yang lain, apa yang dilakukan AHY, Ahok dan AniesB juga dapat ditafsir sebagai bagian dari tahapan pematangan mental dan laku-politik yang hendak direvolusi seorang - calon - pemimpin rakyat. Pada point inilah rakyat meletakkan harapannya tentang seorang pemimpin pada umumnya dan politikus pada khususya.
Pertanyaannya sekarang adalah apakah konferensi pers AHY, halusnya bahasa tuturan Ahok dan kesantunan budi yang dipublis AniesB dilakukan atas dasar itikat baik seorang - calon - pemimpin yang pro aktif ikut membantu mengkampanyekan dan mewujudkan cita-cita revolusi mental khususnya dalam kanal politik, atau hanya sekedar 'topeng' politik?
Saat tidak mengenakan Topeng Loki, Stanley Ipkiss (Jim Carrey), aktor utama dalam film The Mask 1994, adalah pria dengan kepribadian dan karakter yang sangat baik lagi menarik. Namun sebaliknya, bila Ipkiss mengenakan Topeng Loki yang ia temukan dengan tidak sengaja ia justru berubah menjadi pria dengan kepribadian dan karakter yang sangat aneh nan berantakan.
Pembalikan pemahaman umum tentang moralitas topeng dalam film The Mask sebenarnya merupakan sumbangan kritik yang positif bagi para pelaku utama politik dalam konteks Pilkada DKI Jakarta, termasuk kita masyarakat sipil, untuk tidak menjadikan 'kebaikan/kesantunan artifsial' sebagai topeng propaganda kekuasaan politis sekalipun atas nama moral, agama, atau pun kepentingan masyarakat kecil. Sebab, tabiat 'topeng' in se adalah malum juga aneh dan 'menakutkan' sebagaimana literasi film The Mask.
Respon variatif publik atas mental dan laku-politik AHY, Ahok dan AniesB membuat kita tidak sungkan untuk berasumsi bahwa menjadi seorang - calon - pemimpin tidak cukup hanya dengan prestasi kerja yang riil ala Ahok, juga tidak cukup hanya dengan laku santun ala AniesB, pun pula tidak cukup hanya dengan habitus jumpa pers untuk klarifikasi demi membersihkan atau menjaga citra diri ala dinasti Demokrat tempat AHY bernaung.
Idealnya, dengan berpijak pada respon publik dan atau rekam jejak Agus, Ahok dan AniesB, seorang - calon - pemimpin semestinya memiliki kualifikasi nilai berikut: citra diri yang kuat teruji, prestasi kerja yang riil dan budi pekerti yang luhur, dll, dan nilai-nilai itu seyogyanya disatukan/digerakkan secara sirkular untuk saling melengkapi. Mungkin dengan begitu, ekspektasi masyarakat untuk mendapatkan seorang pemimpin yang orisinal dan baik setidaknya bisa dipenuhi.
Sebagai catatan penutup, politik model Misteri Dua Dunia sudah lama tutup layar. Yang dibutuhkan masyarakat saat ini adalah politik model Mengupas Cerita dan Fakta. Jadi, biarkan dan dukunglah politik model Mengupas Cerita dan Fakta itu bertumbuh apa adanya tanpa harus dimanipulasi. Ini adalah salah satu bentuk sumbangan dan partisipasi kita sebagai rakyat dalam upaya menumbuhkembangkan revolusi mental bangsa. Itu saja dulu deh. Wasalam (bagas de')
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H