Tawangmangu tak lekang zaman, tak luntur diterjang waktu. Tetap memesona meskipun bermunculan daerah tujuan wisata yang menawarkan beraneka ragam permainan. Dengan ketinggian rata-tara 1.000 meter diatas permukaan air laut, daerah Tawangmangu tetap diburu. Cuaca yang sejuk bak gadis molek yang selalu diserbu wisatawan lokal maupun mancanegara.
Untuk mendukung kemudahan dalam mengakses daerah ini, telah diusahakan perbaikan jalur transportasi dengan melakukan perawatan jalan dan pembangunan jalan baru lintas provinsi dari Tawangmangu sendiri yang berada di Jawa Tengah ke arah Magetan Jawa Timur. Apalagi, jalan menuju ke Cemara Kandang atau Cemara Sewu, yang diteruskan ke Telaga Sarangan di Magetan telah diperlebar dan diperhalus. Menjadikan Tawangmangu yang terletak di lereng Gunung Lawu menjadi sulit untuk dilupakan.
Tawangmangu berada pada daerah pegunungan yang subur dan dikelilingi oleh hutan dan perbukitan. Tak hanya dikenal oleh orang Jawa Tengah khususnya, namun terkenal hingga ke mancanegara karena kawasan ini merupakan objek pariwisata yang cocok untuk dijadikan pilihan saat berlibur maupun berwisata.
Ada enam tujuan wisata yang dapat dinikmati sekaligus. Grojogan Sewu, Air Terjun Pringgodani, Puncak Lawu, Bukit Sekipan, Sentra Tanaman Hias, dan Bumi Perkemahan Sekipan. Semua telah dikemas dalam bentuk wisata yang familier. Mudah dicapai, dan memanjakan mata.
Kali ini saya sengaja berkunjung, dengan moda kendaraan roda dua. Melawati jalur barat daya. Kota Sukoharjo, agak keselatan sedikit, kemudian menyusuri jalan beraspal yang hanya dapat dilewati sebuah mobil saja. Saya ambil jalan ini termasuk spekulasi, karena ingin eksploitasi rute yang biasa dilewati oleh penduduk setempat.
Dugaanku benar adanya. Selepas alun-alun Sukoharjo saya menuju ke arah (instingku) timur. Setapak demi setapak, jalur mulai menyempit. Sisi kiri kanan jalan, tampak berlubang. Sampai di ruas tertentu, jalan bergelombang dan aspal mengelupas. Namun tidak panjang. Hanya beberapa meter. Setelah itu, jalan nyaman untuk dilewati.
Ada 3 daerah yang sempat terekam, karena keunikan perkampungannya. Jumapolo, Jatiroso dan Pagar Jurang.
Khusus untuk pagar jurang, saya mendokumentasi area persawahan, mirip subak di Bali. Penataan tanah demikian rapi. Disisi tertentu ada tebing yang tumbuh pohon cemara cukup lebat. Mengingatkan saya kala melewati Desa Tieng (bawahnya Dieng) Wonosobo.
Perjalanan touring mandiri ini memang sudah saya niatkan sejak dulu. Hanya menunggu momen saja. Touring mandiri seperti ini akan terus saya lakukan. Orang bilang, mumpung ada kesempatan, mumpung sehat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H