Mohon tunggu...
Ammar MuhammadJundy
Ammar MuhammadJundy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta, jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir. Saya lahir di Brebes pada 24 Juni 2003. Sebagai mahasiswa, saya memiliki minat yang besar dalam membaca dan menelaah buku, terutama yang berkaitan dengan keilmuan Al-Quran dan tafsir. Orang yang sedang berusaha untuk selalu belajar dan berkembang, baik di bidang akademik maupun non-akademik dan berharap dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat, tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk masyarakat luas.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Lulusan Kuliah Menganggur: Masalah Ketrampilan atau Pasar Kerja?

13 Januari 2025   23:33 Diperbarui: 13 Januari 2025   23:33 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Toga (Sumber: br.freepik.com)

Pengangguran Lulusan Perguruan Tinggi: Tantangan Ketidaksesuaian Keterampilan dan Pasar Kerja

Fenomena pengangguran di kalangan lulusan perguruan tinggi menjadi isu yang kerap dibicarakan di Indonesia. Meskipun gelar akademik seharusnya menjadi tiket emas menuju pekerjaan yang layak, kenyataan di lapangan sering kali berkata lain. Data menunjukkan bahwa banyak lulusan sarjana yang kesulitan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidang studi mereka. Hal ini menimbulkan pertanyaan: apakah masalah ini lebih disebabkan oleh keterampilan yang kurang relevan atau kondisi pasar kerja yang tidak mendukung?

  • Ketidaksesuaian Keterampilan dengan Kebutuhan Pasar

Salah satu faktor utama yang sering disebut adalah mismatch atau ketidaksesuaian antara keterampilan lulusan dan kebutuhan pasar kerja. Banyak perusahaan mengeluhkan bahwa lulusan baru tidak memiliki keterampilan praktis yang diperlukan di dunia kerja, seperti kemampuan komunikasi, pemecahan masalah, dan adaptasi teknologi. Sistem pendidikan yang masih cenderung berorientasi pada teori, alih-alih praktik, sering menjadi kambing hitam dalam perdebatan ini.

Sebagai contoh, lulusan dari jurusan tertentu sering kali tidak dibekali dengan keterampilan digital yang semakin penting di era transformasi teknologi. Akibatnya, meskipun mereka memiliki pengetahuan akademik yang memadai, mereka kalah bersaing dengan kandidat lain yang memiliki pengalaman atau sertifikasi tambahan yang relevan dengan kebutuhan industri.

  • Pasar Kerja yang Terbatas

Di sisi lain, kondisi pasar kerja juga menjadi faktor signifikan. Pertumbuhan lapangan kerja sering kali tidak sejalan dengan meningkatnya jumlah lulusan perguruan tinggi setiap tahunnya. Di beberapa sektor, seperti manufaktur atau pertanian, peluang kerja semakin menurun akibat otomasi dan digitalisasi. Sementara itu, sektor teknologi dan jasa yang sedang berkembang pesat sering kali membutuhkan keterampilan yang tidak diajarkan di banyak program studi.

Selain itu, ketimpangan pembangunan ekonomi antara wilayah perkotaan dan pedesaan memperburuk masalah ini. Banyak lulusan dari daerah terpencil yang akhirnya harus bermigrasi ke kota besar untuk mencari pekerjaan, menciptakan persaingan ketat di pusat-pusat ekonomi utama. Di sisi lain, daerah asal mereka kekurangan tenaga kerja terampil yang dapat membantu mendorong pembangunan lokal.

  • Peran Pendidikan dan Pelatihan

Mengatasi masalah pengangguran lulusan perguruan tinggi membutuhkan pendekatan yang komprehensif. Sistem pendidikan harus mulai menyesuaikan kurikulumnya agar lebih relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Kolaborasi antara universitas dan industri menjadi langkah penting untuk menjembatani kesenjangan ini. Program magang, pelatihan keterampilan, dan sertifikasi profesional dapat membantu lulusan untuk lebih siap bersaing di pasar kerja.

Di samping itu, penting bagi mahasiswa untuk proaktif dalam mengembangkan keterampilan di luar kurikulum. Mengikuti kursus online, bergabung dengan komunitas profesional, atau terlibat dalam proyek-proyek mandiri adalah beberapa cara yang dapat membantu mereka menonjol di mata perekrut.

  • Solusi Jangka Panjang

Pemerintah juga memiliki peran penting dalam menciptakan ekosistem yang mendukung penyerapan tenaga kerja. Kebijakan yang mendorong investasi di sektor-sektor padat karya dan mendukung startup lokal dapat membuka lebih banyak peluang kerja. Selain itu, program pelatihan ulang (reskilling) dan peningkatan keterampilan (upskilling) untuk lulusan yang sudah terlanjur menganggur dapat menjadi solusi untuk mengatasi ketidaksesuaian keterampilan.

Maka kesimpulan yang bisa kita ambil bahwa pengangguran di kalangan lulusan perguruan tinggi adalah masalah kompleks yang tidak bisa diselesaikan dengan pendekatan tunggal. Keterampilan individu dan kondisi pasar kerja sama-sama berkontribusi terhadap fenomena ini. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama antara institusi pendidikan, pemerintah, dan sektor swasta untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan. Dengan upaya kolektif, lulusan perguruan tinggi Indonesia diharapkan dapat menemukan tempatnya di dunia kerja dan berkontribusi pada pembangunan negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun