Mohon tunggu...
arminanti yuantomo
arminanti yuantomo Mohon Tunggu... -

anak kecil masih sekolah. dalam tahap bermain dan belajar di belakang kamera

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Hunting Akbar Macro Nusantara Di Jogja Berhadiah

7 Desember 2015   09:09 Diperbarui: 7 Desember 2015   10:01 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="waterdrop"][/caption]Minggu (6/12/2015) telah diadakan Hunting Akbar Macro Nusantara (HAMN) Metamorfosis Yogyakarta. Bersama seorang dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Teguh Santosa dan beberapa fotografer ahli lainnya.

Mengawali acara bertempat di sebuah tanah lapang pinggir sawah dan sungai,di  jalan Imogiri sejak pagi hari pukul 06.00 WIB beberapa fotografer telah mulai berkumpul. Acara dibuka oleh salah seorang juri fotografi marathon, Risman Marah, yang memaparkan alasan mengapa acara hunting akbar macro di Jogjakarta ini dilaksanakan pagi hari.

“Ini mulai cari objek pagi jam enam soalnya serangga pagi hari masih jinak, mereka masih ngantuk untuk bergerak, jadi mudah kita ambil gambarnya. Kalau sudah agak siang, mereka mulai gesit bahkan mulai ganas,” jelasnya.

Ada sekitar tiga puluhan fotografer dari yang paling ahli hingga fotografer kecil pemula yang berpencar di antara semak-semak sekitar tanah lapang tersebut untuk mendapatkan beberapa gambar yang sesuai  keinginan. Mereka rela pakaian basah-basah karena semak-semak yang masih menempel embun di daunnya, mungkin juga karena keadaan tanah yang menggenang air sisa hujan malam sebelumnya.

Setelah hampir tiga jam berkeliling di tanah lapang tersebut untuk mendapatkan objek tanaman maupun serangga yang berkamuflase dengan rerumputan untuk mempertahankan dirinya dari pemangsanya salah satunya para fotografer tersebut, akhirnya menuju ke tempat kedua yakni di depan rumah Bapak Teguh Santosa. di sana menjadi tempat fotografi macro refleksi.

Hanya bermodalkan air, bagian atas pagar yang datar, serangga, tumbuhan, dan semprotan sudah mampu menghasilkan foto yang tak kalah untuk diikutsertakan dalam lomba fotografi. Menjadi hal yang mutlak dengan modal kamera tentu saja, dan ditunjang menggunakan lensa yang sesuai tema objek yang akan diabadikan. Dengan arahan Teguh Santosa tentu saja bagi para pamula, sehingga mereka dapat menikati asyiknya mengabadikan objek kecil yang bergerak.

Tidak terlalu lama berada di lokasi kedua, lanjut ke lokasi ketiga sekaligus lokasi terakhir dari acara hunting akbar ini. bertempat tak jauh dari lokasi pertama dan kedua, lokasi ketiga ada di “Joglo Sawah” keadaan terasa lebih sejuk karena lebih banyak pohon rindang meneduhkan. Di lokasi ketiga ini peserta disuguhi sarapan dan beristirahat sejenak.

Selagi menikmati makanan yang disuguhkan, panitia pelaksanaan hunting akbar ini mulai menyiapkan sebuah objek foto yang menggunakan benda-benda yang tidak asing di kehidupan sehari-hari. Seperti pipa yang disambungkan hampir mirip seperti bentuk kursi, dan diberi bahan plastk putih (bukan bening) agak tebal sebagai penutup permukaan atasnya, fungsinya sebagai dudukan gelas berisikan air sebagai objek. Tak lupa diberikan lampu flash di belakang dudukan tersebut.

Teknik memotret ini disebut water drop / water splash. Teknik ini tidak semudah seperti yang terlihat. Fotografer ahli sekalipun jarang ada yang bisa mengambil gambar tepat dipengambilan pertama. Caranya, gelas kaca yang memiliki kaki panjang diikatkan pada senar bening di bagian kakinya, dan gelas tersebut diisikan dengan air secukupnya. Setelah gelas berisi air, tepat saat kita mengambil gambar saat itu juga senar pengikat gelas ditarik denga tujuan agar gelas terbalik dan air dalam gelas terjatuh menghasilkan percikan air yang indah. Teknik ini membutuhkan ketepatan waktu dan pengaturan speed.

Acara berakhir dengan pembagian 6 buku yang dikarang oleh Teguh Santosa yang berjudul BERSUJUD AKU DALAM DETAIL CIPTAMU, buku yang bila dibeli seharga tiga ratus ribuan ini dibagikan secara cuma-cuma, namun tetap bersyarat. Syarat yang diberikan panitia yaitu peserta yang mampu menjawab pertanyaan dari panitialah yang bisa membawa pulang buku tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun