Mohon tunggu...
amirotul choiriah
amirotul choiriah Mohon Tunggu... masih mahasiswa, sedang berjuang menyelesaikan skripsi -

suka jalan-jalan, nonton film, membaca dan menulis | mahasiswi Jurusan Ilmu Perpustakaan 2011 Universitas Diponegoro cerita lain : http://amirria.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

"The Orange Girl"

12 November 2017   00:13 Diperbarui: 12 November 2017   00:25 913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Barangkali game itu lebih mengasyikan aku daripada kamu; aku sangat membutuhkan sedikit jeda dari seluruh beban pikiranku. Tapi, setiap kali kita mati dalam game itu, segera muncul tampilan baru, dan kita mulai lagi. Bagaimana kita bisa tahu bahwa tidak ada "tampilan baru" untuk jiwa kita juga? Kurasa tidak ada, aku sungguh yakin itu. Akan tetapi, impian tentang sesuatu yang tak mungkin, memiliki nama tersendiri. Kita menyebutnya harapan."

"Jika ada satu pelajaran yang kudapatkan dari Ayahku, itu adalah bahwa aku tak berhak mencampuri urusan yang tak menyangkut diriku. Aku harus hati-hati untuk tidak terlalu dekat dengan sebuah dongengan yang aturan-aturannyanya tidak mencakup diriku"

The Orange Girl

Well, diatas adalah kutipan-kutipan yang tersaji pada buku karya Jostein Gaarder yang berjudul the orange girl. Cerita mengenai seorang anak yang bernama George. Sejak kecil ia telah ditinggal ayahnya menuju kedunia yang berbeda, dunia yang lebih kekal. Lalu ia tinggal bersama ibunya yang menikah lagi dengan seorang lelaki. Saat George berusia 15 tahun, tiba-tiba saja ia mendapat surat yang telah disimpan ayahnya selama belasan tahun. 

Dalam surat tersebut ayahnya bercerita mengenai pemcarian seseorang yang pernah ia temui, seorang gadis jeruk yang ternyata menaruh minat sama pada Jan Olav, nama ayah George. Surat itu menceritakan pertemuan-pertemuan yang unik antara ayahnya dengan gadis jeruk. Kemudian, gadis jeruk itu ternyata Veronika, teman masa kecil Jan Olav, yang sekarang menjadi ibu George. Jan Olav menulis surat itu sebelum ia meninggal. Ia seorang dokter, ia pandai mendiagnosis. Ia tahu bahwa umurnya tidak akan lama lagi.

Dalam surat itu, ia juga melontarkan beberapa pertanyaan kepada george mengenai kehidupan ini. Kita hidup didunia, lalu kita pergi meninggalkan dunia. Tak ada yang abadi. Dalam surat tersebut, George jadi paham dan mengenal ayahnya yang sebelumnya tak ia kenal, karena ketika ayahnya meninggal ia berusia 3 tahun. Dan dari surat itu, George mempunyai kenangan bersama ayahnya. George diminta ayahnya untuk lebih melihat lebih luas, segala sesuatu. Dunia ini luas, bukan hanya bumi, bahkan sampai antariksa.

Quotes terakhir, "hidup ini seperti sebuah lotre besar dimana hanya tiket para pemenanglah yang diperlihatkan. Percayalah, bahwa kita beruntung. Lihat secara lebih dekat mengenai hidup ini"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun