disrupsi adalah perubahan tatanan yang begitu cepat. Sehingga menuntut kita juga berlaku sama, cepat, lihai dan cepat menangkap peluang.Â
BANTEN -Â Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Indonesia (HMPI) Koordinator Wilayah Banten, Fakhrur Khafidji mengatakan ÂHal itu disampaikan Fakhrur dalam sambutannya di Webinar Nasional; Nasionalisme dan Mahasiswa di Era Disrupsi, melalui zoom aplikasi, pada Sabtu (18/12).
Selain Fakhrur, HMPI Banten juga menghadirkan sejumlah Pakar berbicara tentang Disrupsi.Â
Dalam kesempatan pertama, Â Ketua Komite I DPD RI Fachrul Razi mengungkapkan jika tantangan dunia saat ini sangat terkait dengan indeks politik dan strategi.Â
Soal ketahanan budaya adalah menjadi persoalan urgen, khususnya persoalan ideologi.
"Kita sudah masuk era millenial, menunjukkan tingkat kepekaan mereka terhadap teknologi namun kepedulian mereka tehadap rasa nasionalisme cukup rendah. Oleh karenanya," jelas Fachrul Razi di acara webinar yang sama.
Lebih lanjut, kata Fachrul ini, kita sebagai mahasiswa agar turut serta terlibat aktif untuk melibatkan anak-anak muda di dalam pengembangan kesadaran nasionalisme.
Guru Besar UIN Jakarta, Prof. Mohammad Said memiliki pandangan berbeda tentang nasionalisme. Ia memulai dengan pertanyaan; "Apakah benar nasionalisme masih terpatri saat ini"?
Sehingga, menurut Prof Muhammad Said nasionalisme yang dimiliki anak millenial saat ini tak bisa kita temukan dalam momen-momen sejarah seperti Sumpah Pemuda dan Boedi Utomo.
Disrupsi, kata Ketua STIE Ganesa ini, dimaknai sebagai satu terjadinya transformasi massif sehingga terjadi pola-pola lama tersingkirkan. Dalam konteks ini diperlukan satu pendekatan baru.
"Disrupsi. Saya ambil dari Renal Kasali. Ada 4 ciri: Pertama, perkembangan teknologi informasi," kata Muhammad Said dalam webinar yang sama.