Di era globalisasi yang kian berkembang, banyak budaya lokal yang mulai terlupkan oleh pengaruh budaya luar yang semakin mendominasi. Namun, di Sumber Bulusan Desa Hadipolo, Jekulo, Kudus, Jawa Tengah, memiliki adat yakni kisah santri mbah Dudo yang di sabdo (berubah jadi bulus dikarenakan Sunan Muria mendapati air didekat sawah berbuih, padahal waktu sudah mulai petang, kemudian Sunan Muria berkata kalau itu adalah Bulus, kemudian kedua santri itu berubah menjadi bulus) dengan adanya kisah itu warga lokal sampai sekarang masih melestarikan adat tersebut dikarenakan memang kononnya setiap setahun sekali anak cucu (warga sumber bulusan) melaksanakan adat bulusan tersebut pada tanggal 8 Syawal. Dengan semangat yang tinggi, mereka berupaya menarik perhatian generasi muda dan mengajak masyarakat untuk menghargai identitas budaya yang telah diwariskan. Feature berita ini akan menggali berbagai upaya yang dilakukan, tantangan yang dihadapi, dampak positif bagi masyarakat, serta harapan untuk masa depan.
Seiring perkembangan teknologi dan informasi, generasi muda sekarang ini lebih bercermin atau terpacu pada budaya pop dan tren global. Masyarakat lebih memilih mengikuti tren yang ditawarkan oleh media sosial dan dunia hiburan. Namun, di tengah ancaman ini, Warga Sumber Bulusan Desa Hadipolo, Jekulo, Kudus, Jawa Tengah berinisiatif untuk membangkitkan kembali minat terhadap budaya lokal. Mereka percaya bahwa melestarikan budaya bukan hanya penting untuk identitas, tetapi juga dapat mendatangkan keuntungan ekonomi melalui pariwisata dan memperkenalkan UMKM warga sekitar.
Pendidikan Salah satu langkah pertama yang diambil adalah mengadakan berbagai program pendidikan. Mereka menawarkan workshop yang mencakup seni tradisional, seperti perlombaan Rebbana dll. Melalui program ini, peserta tidak hanya belajar teknik, tetapi juga memahami makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap tradisi.
"Saya sengaja mengajak anak-anak saya setahun sekali setiap ada acara Festival Bulusan ini, tujuannya selain mengenalkan adat bulusan kepada anak-anak saya, di Festival Bulusan ini juga banyak sekali UMKM baik makanan, barang perabot, dan pakaian" ungkap Siti Musdalipah selaku warga yang sering mengikuti Festival Bulusan ini.
Festival Budaya ini dilakukan tiap tahun sekali, Warga mengadakan festival budaya yang menjadi ajang bagi para pendatang baik warga lokal maupun warga luar daerah Sumber Bulusan untuk menunjukkan karya dan kreatifitas mereka namun untuk kreatifitas ini biasanya Khusus warga Sumber Bulusan domisili se RT Dukuh Sumber Bulusan yakni diadakannya Karnaval dengan kreatifitas warganya. Festival ini menampilkan pertunjukan Marching band, musik, pameran bentuk bentuk bulus, dan adanya UMKM baik makanan, perabot, pakaian serta adanya berbagai wahana permainan di tepi jalan.
Festival ini juga berfungsi sebagai ajang promosi bagi produk lokal, yang membantu meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Banyak pelaku usaha kecil merasakan dampak positif dari peningkatan pengunjung yang datang untuk menikmati budaya lokal.
Selain itu, festival ini sering kali melibatkan berbagai macam wahana permainan dari dalam kota maupun luar kota ini juga menarik para pendatang meski hanya untuk sekedar menikmati wahana permainan yang ada serta di puncak malamnya ada pelestarian budaya yakni wayang kulit, hal ini mampu memberikan wawasan lebih dalam mengenai pentingnya menjaga tradisi di tengah perubahan zaman.
Kolaborasi dengan seluruh warga dari berbagai RT di dukuh Sumber Bulusan Untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Mereka menciptakan ide ide kreatif yang menggabungkan kegiatan tradisional dengan modern, seperti karnaval yang mendatangkan Marching band dan berbagai warga memakai kostum yang menarik.
Penggunaan Media Sosial dan Teknologi Komunitas ini memanfaatkan platform media sosial untuk menyebarkan informasi tentang budaya lokal. Mereka membuat konten menarik, seperti video festival tahun lalu, cerita di balik setiap tradisi, dan testimonial dari generasi muda yang telah terlibat dalam program. Dengan pendekatan ini, mereka berhasil menciptakan kesadaran dan ketertarikan di kalangan generasi muda. Setiap adanya Festival Bulusan biasanya seminggu sebelum diadakannya Festival sudah ada sebaran Pamflet.
Misalnya, mereka meluncurkan kampanye #CintaBudaya yang mengajak anak muda untuk berbagi pengalaman mereka dengan budaya lokal di media sosial. Kampanye ini menciptakan gelombang positif dan mendorong lebih banyak orang untuk berpartisipasi dalam kegiatan budaya.