Kelompok belajar Tanoker yang selama ini intens dalam pendampingan anak-anak para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luarnegeri, kini kembali membuka sekolah unik dengan nama sekolah “yang-eyang”. Sebelumnya, kelompok belajar di kec. Ledokombo, Jember yang mempunyai makna kepompong ini sudah membuka sekolah “bok ebok” dan sekolah “pak bapak”. “Bok Ebok” dalam bahasa Madura berarti Ibu-Ibu; “Pak Bapak” berarti bapak-bapak, dan ; “Yang Eyang” berarti eyang-eyang atau kakek-kakek.
Tanoker yang sukses mengembalikan ruh permainan tradisional egrang ini melihat pentingnya memberikan pemahaman kepada para pengasuh anak tentang cara mendidik anak di era globalosasi ini. Dalam sebuah diskusi bersama para pegiat media massa, bu Cicik selaku ketua Tanoker mengungkapkan bahwa edukasi untuk pembimbingan anak tidaklah cukup hanya diberikan kepada para ibu saja, tidak cukup hanya ibu saja yang paham dan mengerti soal anak. Hal seperti ini justru akan menyebabkan keluarga njomplangdan tidak imbang. Oleh karenanya para bapakpun harus diberi edukasi mengenai pembimbingan anak, tidak tertinggal dengan para ibu.
Tidak bisa dipungkiri, di era globalisasi yang sarat dengan media sosial ini para anak di kota maupun di desa menjadi sangat akrab dengan penggunaan gadgetdan internet.Keadaan seperti ini ibarat mata uang yang memiliki dua sisi, satu sisi positif apabila gadgetdan internet dimanfaatkan dengan bijak, dan satu sisi negatif bila disalahgunakan pemanfaatannya. Dalam sebuah razia handphone yang diadakan oleh salah satu sekolah dasar (kelas 6) di Kec Ledokombo menyebutkan bahwa 80% handphone terindikasi memuat konten porno. Ini merupakan salah satu bentuk internet yang negatif. Sekolah pak-bapak dan bok-ebok mendorong orang tua untuk berperan lebih aktif mengawasi anak dalam penggunaan internet dengan memberi mereka pelatihan dan pembimbingan belajar internet.
Selain mengedukasi orangtua dalam hal penggunaan internet, kelompok belajar tanoker juga memberikan edukasi tentang penyalahgunaan narkoba, sek bebas, kewirausahaan, perkembangan anak generasi Y-Z dan juga kesehatan reproduksi. Edukasi tentang narkoba sangatlah penting jika mengingat bahwa sekita 70% narapidana di Indonesia disebabkan karena narkoba. Tidak kalah penting juga edukasi tentang kesehatan reproduksi untuk meminimalisir pernikahan dini. Kesemuanya ini diberikan untuk memberika solusi preventif apabila sudah terlanjur terjadi “kecelakaan moral” dan juga tindakan represif yang mesti dilakukan oleh orang tua untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang lebih dahsyat.
Melihat banyaknya warga Ledokombo yang menjadi TKI di luar negeri dan menitipkan anak-anak mereka kepada kakek-neneknya, selanjutnya Tanoker akan mengadakan sekolah “yang-eyang” untuk mengedukasi para kakek-nenek yang diamanati untuk mengasuh anak. Sekolah yang-eyang tidak hanya berlaku untuk mereka yang diamanahi untuk mengasuh anak yang ditinggal bekerja di luar negeri saja, melainkan untuk mereka semua yang berminat untuk mengikuti program sekolah ini. Sudah menjadi rahasia umum bahwa para kakek-nenek mempunyai pengaruh yang besar dalam mendidik anak. Umumnya anak lebih ngalemalias manja kepada kakek-nenek dibandingkan kepada orang tua kandungnya sendiri. Nenek-kakek cenderung memberi pembelaan kepada anak yang sedang diberi pengertian oleh orang tuanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H