Poniman blingsutan. Pasalnya setengah harian penuh ndengerin ceramah agama di laptop usang kesayangannya. Tema ceramah lumayan berat dan beberapa saat membuat merinding untuk mendekati maksiat. Bukan Poniman namanya, kalau tidak mempunyai penafsiran yang berbeda dalam memandang suatu perkara dari orang-orang yang lainnya. Termasuk hal yang satu ini, antara neraka dan surga.
Pasca ceramah, Poniman berbaring di gabus putih alas karpet merah kamar kosnya. Karpet merah dijemur sejak pagi akibat hujan deras yang melanda Jember dan sekitarnya, tak ayal air hujan mengucur bak air terjun dari atap kamarnya, alias bocor.
Kembali lagi ke soal surga dan neraka. Sebelum memasuki alam keduanya, masih ada satu alam yang harus dilalui, alam kubur namanya. Para penghuni kubur hidup sendiri-sendiri dalam rumah mungilnya. Berpencaran dan berpisah dengan sanak saudara, kawan, sahabat, ataupun kolega. “duuu, apa mereka (baca: penghuni surga dan neraka) nggak pada kangen yaa sama kenalan-kenalan mereka selama di dunia ?, kalau mereka kangen gimana cara ketemunya, lha wong neraka dan surga saja sudah beda dimensinya”, pikir Poniman dalam hayalnya.
Poniman menghayal sampai ketiduran. Dalam tidurnya ia ngimpi tentang apa yang dihayalkannya barusan, surga dan neraka. Kisahnya, para ahli neraka pada merindukan saudara-saudaranya dan orang-orang terkasihnya yang tak diketahui keberadaannya. Akhirnya para petinggi Neraka berkumpul untuk merencanakan suatu siasat untuk bisa menemukan orang-orang yang tercinta baik yang masih di lingkungan neraka maupun yang ada di surga; tampak disana mantan salah satu pejabat partai menangis sambil berteriak-teriak menyebut nama selingkuhannya (yang juga di neraka karena menerima dana pencucian uang dari suaminya ketika menjabat wali kota di salah satu daerah di Sumatera), lehernya tak kuat menahan berat beban sungu atau tanduk sapi raksasa yang menancap di kepala akibat korupsi daging sapi yang pernah dilakukannya. Juga seorang laki-laki dengan rambut belah tengah yang menangis histeris melolong dengan teriakan khasnya,, luung-luung, luuu-luung !! ada juga yang dihimpit ribuan batu panas, juga dengan kasus korupsinya. Batu-batu yang menghimpit sangat singkron dengan nama pelakangnya yang ada unsur Batu Gegana. Dan masih banyak orang-orang yang familiar oleh Poniman lantaran sering nongol di layar kaca.
Tidak berbeda dengan yang ada di neraka, mereka yang di surga pun tengah bernostalgia, kangen kepada orang terkasih yang ada di Surga. Mereka pun sepakat bermusyawarah untuk sekedar bisa saling berpandangan dengan orang terkasih mereka yang nangsang di neraka. Para peghuni surga yang rapat, sepakat untuk membuat sebuah jembatan penghubung antara surga dan neraka. Ide ini kemudian disampaikan melalui BBM oleh salah satu peserta rapat surga kepada salah satu anggota rapat neraka yang kebetulan hampir habis masa kerjanya, dan merekapun saling setuju. Pembangunan jembatan akan dilaksanakan dengan dana patungan, iuran antara penghuni neraka dan penghuni surga. Lalu, rencana pembangunan jembatanpun dijalankan.
Beberapa juta tahun kemudian Jembatan dari neraka menuju surga berdiri dengan kokohnya hingga ke daerah perbatasan wilayah surga. Dengan beragam aksesoris menyeramkan dari tulang dan tengkorak manusia. Di bawah jembatan, terbentang luas lautan api yang menyala nyala. Penghuni neraka beramai-ramai berjalan di jembatan menuju ke surga. Namun, tak disangka, tak ada tanda-tanda dimulainya pembangunan jembatan di sana. Penghuni neraka ngamuk,mereka berteriak-teriak memarahi dan misuhi penghuni surga, dan menuduh mereka berkhianat pada janji-janji kampanye, eh maksudnya janji yang sudah disepakati bersama. Deminstrasi ini berlangsung hingga ribuan tahun.
Penghuni surga rapat lagi, mereka merasa agak bersalah kepada para penghuni neraka. Hasil rapat memutuskan akan mengirimkan seorang juru bicara, yang kebetulan mantan guru ngaji di sebuah surau kecil di kota Poso. Dengan meminjam terompet sangkakala malaikat Isrofil, juru bicara ini mulai berbicara:
“wahai saudara-saudaraku para penghuni neraka yang kucintai, semoga kalian diberikan kesabaran untuk tinggal di sana hingga waktu yang tela di tentukan-Nya” juru bicara surga menghela nafas panjangnya, “Sungguh sangat mulia cita-cita kita untuk menyambung silaturahmi antar saudara dengan membangun jembatan penghubung surga dan neraka. Kami sangat mengapresiasi usaha kalian semua karena telah menyelesaikan proyek jembatan semegah itu. Dan yang lebih mengagumkan lagi, jembatan yang kalian selesai tanpa adanya korupsi”, tepuk tangan dan teriakan riuh menggema dari pintu gerbang jembatan neraka “kamipun saudara-saudara kalian di surga, telah berupaya dengan maksimal untuk mengumpulkan dana, mengumpulkan material, dan kami pun siap menjadi relawan pembangunan jembatan tanpa gaji”, juru bicara surga menelan ludahnya, “tapi saudara-sadaraku, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya, kami memiliki beberapa kendala. Di surga tidak ada kontraktor, tidak ada juga DPR yang akan memusyawarahkan bagaimana proyek ini kedepannya. Tidak juga ada insinyur bangunan yang biasa bekerja sama dengan DPR, di surga pun tidak ada akuntan yang compatible untuk menjadi bendahara proyek raksasa ini. Menurut data yang ada, orang-orang berbakat yang kami sebutkan tadi, semuanya masuk neraka “.
Suasanya menjadi hening, para penghuni neraka saling bertolehan dan bertanya-tanya kepada sesamanya, “sampai kapan kamu di sini ? sampai kapan dia di sini”, namun tidak ada yang memberikan jawaban. Hanya Tuhan saja yang tahu. Tiba-tiba Poniman terbangun, rokok yang sedari tadi menempel di bibir, sudah sampai mulut saja bara apinya. “owalaaaah, ku pikir aku tadi jatuh ke neraka”, kata Poniman tersungut-sungut. Jember 11/ Oktober 2015. 16:35 WIB