Mohon tunggu...
Amirudin Mahmud
Amirudin Mahmud Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pemerhati sosial-politik

Penulis Buku "Guru Tak Boleh Sejahtera" Bekerja di SDN Unggulan Srengseng I Indramayu Blog. http://amirudinmahmud.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berebut THR Ilahi

28 Juni 2016   05:29 Diperbarui: 28 Juni 2016   09:27 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ramadhan memasuki bagian akhir. Orang menyebutnya sebagai sepuluh hari terakhir Ramadhan. Di akhir Ramadhan biasanya sejumlah masjid menjadi sepi dan lengang.  Jamaah  shalat tarawih mulai berkurang, bahkan berada pada jumlah yang paling minim. Berbeda saat awal Ramadhan, jamaah shalat terawih dapat dihitung cepat. Kemerian Ramadhan di masjid tak semeriah di sepuluh hari  pertama.

Sebaliknya, pasar tradisional,  mall, pertokoan dan pusat perbelanjaan  menjadi ramai dan semakin penuh dengan orang. Umumnya mereka berbelanja untuk kebutuhan hari raya Idul Fitri. Lebaran menjadi hari yang dinanti untuk dirayakan sebagai hari kemenangan tidak saja oleh anak-anak tapi juga orang dewasa. Mereka membeli pakaian baru sebagai simbol jiwa yang baru setelah disucikan selama berpuasa. Mereka menyiapkan bekal mudik bagi yang berada di perantauan. Mereka membuat kue, makanan yang lezat guna menyambut pesta kemenangan setelah berpuasa sebulan penuh.

Menjelang lebaran,  karyawan  berharap cemas menanti Tunjangan Hari raya (THR) dari perusahaan. THR ditunggu oleh mereka sejak awal Ramadhan  guna menjadi  biaya tambahan menghadapi lebaran. Besaran THR berbeda-beda,  sesuai jabatan, masa kerja,  kemampuan perusahaan, dan pertimbangan lainnya.  Mulai tahun ini, Aparatur Sipil Negara (ASN) atau para pegawai negeri pun ikut merasakan cemas menanti pencairan THR. THR yang merupakan gaji ke-14 itu dijanjikan  oleh Pemerintahan Jokowi-JK  akan dicairkan pada minggu terakhir Ramadhan. Tentu ini sebuah kegembiraan yang luar biasa bagi para abdi negara tersebut. Mereka tidak hanya mendapat gaji ke-13 seperti tahun sebelumnya. Mereka bekerja setahun digaji 14 bulan.

Hiruk pikuk jelang lebaran melupakan kita semua, umat Islam  dengan bonus yang Allah janjikan kepada setiap muslim, mukmin yang menginginkannya. Ya, bonus itu bernama Lailatul Qodar,malam teramat mulia.  Saya menyebutnya sebagai THR Ilahi seperti judul tulisan. Lailatul Qadar adalah satu malam termulia di bulan Ramadhan yang nilainya sama dengan seribu bulan. Seribu bulan itu kurang lebih 83 tahun. Sungguh luar biasa nilai malam itu. Jika kita melakukan ibadah di dalamnya Allah akan menghitung ibadah kita seperti ibadah selama 83 tahun. Ini tidak sekadar bonus biasa bagi mereka yang beriman dan bertakwa.

Kemudian kapan malam itu tiba? Hanya Allah yang mengetahuinya. Para ulama hanya bisa menduga-duga. Mereka berbeda pendapat terkait waku lailatul Qadar. Sebagian mengatakan secara umum bahwa lailatu qadar  ada di salah satu malam di bulan Ramadhan. Sebagian lain berpendapat lailatu qadar jatuh di malam ganjil bulan puasa. Sedangkan lainnya bependapat bahwa lailatul qadar tiba di salah satu malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadhan.

Dalam Al Quran surat Al Qadar ayat 5, Allah SWT hanya memberi ciri bahwa sepanjang malam itu terasa nyaman dan sejahtera. Rasulullah dalam sebuah kesempatan mencirikan lailatul qodar, cahaya mentari lemah, cerah tak bersinar kuat keesokannya. Dari Ubay bin Ka’ab ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Keesokan hari malam lailatul qadar matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar bak nampan”. (HR Muslim)

Dalam riwayat lain, Ibnu Abbas ra berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Lailatul qadar adalah malam tentram dan tenang, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin, esok paginya sang surya terbit dengan sinar lemah berwarna merah. Dalam Kitab al Mu’jam al Kabir dijelaskan sebuah hadist,  bahwa lailatul qadar adalah satu malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan). (HR. at-Thobroni)

Tidak disebut kapan Lailautl Qodardatang harusnya memotivasi, merangsang semangat kita yang sedang berpuasa untuk memperbanyak ibadah sepanjang malam-malam Ramadhan. Ini menjadi rahasia Allah SWT untuk hamba-hambah-Nya yang gemar bersujud, bertahmid, bertakbir, beristigfar, mendekatkan diri keharibaan-Nya.

Menyambutnya

Sebagai hamba yang mengharap memperoleh THR spritual, Lailautl Qodar sepantasnya bila kita menyambut kedatangannya. Rasulullah SAW mengajarkan, seperti yang ditulis oleh Syaikh Muhammad Husein Al Jalaly dalam kitabnya, Syarah al Arba’in an Nabawy , menghadapi malam termulia itu kita kudu menyambutnya dengan melakukan hal-hal berikut. Pertama,membersihkan diri. Disunnahkan mandi, menggunakan pakain yang terbaik serta memakai wewangian. Dianjurkan pula memiliki wudhu sepanjang malam. Dalam malam itu, seperti disebutkan dalam surat Al Qadar, para malaikat akan turun ke bumi dipimpin langsung oleh malaikat Jibril as. Apa mungkin kita tidak menyambutnya? Makhluk-makhluk mulia Allah tersebut akan mengamini setiap doa yang kita panjatkan. Apa mungkin kita berlaku cuek kepada mereka?

Kedua,memperbanyak membaca Al Quran. Lailatul Qodar adalah saat diturunkannya Al Quran. Kitab yang merupakan  pedoman suci, putunjuk ilalhi itu seyogyanya menjadi bahan bacaan wajib umat Islam. Saat diturunkan kita memperingatinya dengan memperbanyak membacanya. Membaca juga diartikan mempelajari, mengkaji, dan mendalaminya. Sepanjang malam itu dianjurkan memegang al Quran. Ini menunjukkan kesetian kita terhadap kitab suci Allah yang diturunkan ke nabi terakhir, Muhammad SAW.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun