Mohon tunggu...
Amirudin Mahmud
Amirudin Mahmud Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pemerhati sosial-politik

Penulis Buku "Guru Tak Boleh Sejahtera" Bekerja di SDN Unggulan Srengseng I Indramayu Blog. http://amirudinmahmud.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa Anda Puasa Hari Ini?

7 Juni 2016   16:50 Diperbarui: 7 Juni 2016   17:34 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: ramdhanrizki.blogspot.com

Mengawali tulisan, saya akan menceritakan satu riwayat. Dalam sebuah kesempatan di sore Ramadhan, Rasulullah SAW mengelilingi kota Madinah. Beliau berjalan di perkampungan pinggir kota. Rasulullah ingin memantau, melihat secara langsung kehidupan masyarakat yang dipimpinya.

Sampailah Rasulullah SAW di depan sebuah rumah. Rasulullah SAW memperhatikan seorang wanita dari jauh. Wanita, penghuni rumah tersebut terlihat sedang marah besar. Dia memaki, mengumpat seseorang. Penasaran, Rasulullah SAW pun mendekat. Diamati sang wanita itu lebih sekama lagi.

Ternyata, wanita itu sedang mencaci maki pembantunya. Rasulullah SAW terkejut melihatnya. Rasulullah SAW berbalik badan, kembali ke rumahnya. Sampai rumah, Rasulullah langsung mengambil apa yang dibutuhkannya. Beliau pun kembali menuju kediaman wanita yang sedang melampiaskan amarahnya tersebut.

Wahai ibu, ini saya bawakan makanan. Makanlah! Rasulullah SAW menyapa. Wanita itu kaget. Selama ini ia tak memperhatikan kehadiran sang Rasul. Saya berpuasa, jawabnya. Benar Anda berpuasa? Ya,  wahai utusan Allah. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, betapa sedikit orang yang berpuasa hari ini. Sungguh banyak sekali orang yang hanya merasakan lapar dan dahaga.

Hadist di atas, menjelaskan bahwa berpuasa itu tidak cukup hanya menahan lapar dan dahaga. Puasa tidak berarti tidak boleh makan di siang hari. Tapi, makanlah sebanyak dan sepuasnya pada malam hari. Sekali lagi, tidak demikian. Itu pemahaman keliru. Kemudian bagaimana puasa yang benar itu?

Dalam Al Quran, kata puasa dengan berbagai derivasinya disebut sebanyak 13 kali. Tapi kata shaum hanya disebut satu kali. Shaum berbeda dengan shiam. Shiam merujuk pada pada pemahaman puasa yang lazim dipahami khalayak. Shiam adalah puasa seperti yang kita lakukan. Sedangkan shaum lebih dekat pada pemahman tarekat atau hakekat puasa.

Jalaluddin Rakhmat (2001) mengatakan  satu-satunya kata shaum dalam Al quran berkaitan dengan kisah Maryam, ibunda nabi Isa as. Allah SWT berfirman, “Maka makan, minum dan tenangkan hatimu. Jika kamu berjumpa dengan manusia, katakan saja: “Aku berjanji  kepada Tuhan Yang Maha Kasih  untuk mrlakukan shaum. Aku tidak akan berbicara kepada seorang manusia pun  pada hari ini”(Q.S. Maryam:26)

Makna shaum dalam ayat di atas menjelaskan, ada cara puasa yang lain selain menahan lapar dan dahaga. Berikut cara puasa tersebut. Pertama,puasa berbicara sesperti kisah ibunda nabi Isa, Maryam. Maryam diperintahkan Allah SWT berpuasa untuk tidak berbicara. Maryam berdiam diri ketika ditanya prihal bayi yang dilahirkannya. Sehingga sang bayi yang menjawab berbagai tuduhan dan fitnah tersebut.

Puasa berbicara adalah menahan lidah untuk tidak berdusta, menggunjing, menghina orang lain,  mencaci maki, menghujat, mengeluarkan kata kotor dan lainnya. Dalam berpuasa bicara kita hanya diperbolehkan mengatakan yang benar, seperlunya dan yang bermanfaat. Puasa bicara berarti banyak mendengar. Dalam ungkapan, diam itu emas. Sebab,  diam itu berarti banyak mendengar. Dan itu menjadi manfaat terbesar puasa bicara. Dengan mendengar, berbagai informasi bisa diterima. Diam melahirkan kejernihan berpikir sehingga selamat dari kesesatan.

Manfaat lainya ialah terselamatkanya orang lain dari gangguan lisan kita. Dalam sebuah hadist, Nabi Muhammad SAW bersabda, orang Islam adalah orang yang orang lain terselamatkan dari gangguan lidah dan tangannya. Banyak diam memperkecil kemungkinan mengganggu yang lain dengan lidah kita.

Kedua,puasa mendengarkan. Maksudnya mendengarkan hal yang dilarang oleh agama seperti fitnah, hasud, gosip, isu, gunjingan dan lainnya. Selama berpuasa telinga kudu dijaga. Dengarkan apa yang bermanfaat. Tutup telinga pada hal yang tak bermanfaat apalagi mendatangkan mudharat. Saat berpuasa, pendengaran diminta selektif memilih pembicaraan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun