Pada saat pendemi covid 19 dua tahun yang lalu, ada pengalaman yang sedikit gambaran  situasi yang mencerminkan judul tulisan di atas. Ya, memutuskan sesuatu ternyata tidaklah mudah, terutama yang terkait dengan problematika dilemma etika. Dilema etika adalah sebuah situasi dimana dihadapkan pada dua pilihan atau lebih yang sama-sma benar (benar vs benar). Â
Kedua pilihan memiliki nilai kebenaran tapi bertentangan manakala akan mengambil keputusan. Berbeda dengan bujukan moral, dilemma etika lebih sulit diputuskan. Bujukan moral (benar vs salah) adalah situasi ketika seseorang dihadapkan pada benar salah ketika mengambil keputusan.
Ceritanya begini, saat covid 19 sedang landai, pembatasan sosial sedang longgar siswa kelas 6 berencana melakukan study ke Candi Borobudur, plus wisata ke kota budaya Yogyakarta. Segala sesuatunya telah direncanakan secara matang.Â
Setengah bulan jelang keberangkatan covid mulai naik lagi. Indramayu (asal saya tinggal) dan Yogyakarta sebenarnya masih aman, bisa dilakukan perjalan asal menjaga protocol kesehatan secara ketat.Â
Masalah muncul saat ada beberapa orang tua murid yang mulai ragu, merasa kawatir dengan keadaan. Maka terjadilah pro kontra di anatara wali murid. Sebagian kecil mereka menguslkan penundaan pemberangkatan. Tentu memutuskannya tidak mudah. Kedua pilihan ada nilai kebenaranya. Berangkat benar, guna memenuhi kebutuhan belajar siswa. Â Dibatalkan ada benarnya untu menjaga keamanan dan kesehatan murid.
Setelah mendengarkan banyak pihak, termasuk konsultasi dengan puskesmas setempat dan pengawas sekolah, rapat dewan guru akhir memutuskan berangkat. Walaupun dalam terjadi perdebatan sengit antara yang pro dan kontra. Kita pun berangkat. Alhamdulillah selamat, aman. Sesampai di sekolah, dua hari kemudian Pemda mengeluarkan larangan keluar kota, melakukan wisata bagi murid/sekolah.
Pengalaman di atas  sedang saya pelajari lebih jauh dalam Pendidikan Calon Guru Penggerak Angkatan 7. Dalam Modul 3.1 Praktik Pengambilan Keputusan Berdasarkan Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin. Sangat menarik mengikutinya. Ternyata dalam mengambil keputusan itu ada prosedur yang kudu dilalui agar keputusan kita tepat, bermanfaat pada orang banyak.
Sebelum harus dipahami terlebih dahulu paradigm dilemma etika yakni meliputi empat pertentangan yaitu:
- Individu versus Kelompok (individual vs community).Yakni  pertentangan antara nilai kebajikan yang diyakini individu atau kelompok kecil dengan kebajikan yang dipegangteguh oleh kelompok besar.
- Rasa keadilan versus rasa kasihan (justice vs mercy) Dalam paradigma ini, pilihannya adalah antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya karena hadirnya rasa belas kasihan terhadap beberapa pihak terkait jika aturan itu diterapkan.
- Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika. Kadang kita harus memilih antara jujur atau setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita akan menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya.
- Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) Paradigma ini paling sering terjadi dan mudah diamati. Seringkali kita harus memilih keputusan yang kelihatannya terbaik untuk saat ini atau yang terbaik untuk masa yang akan datang. Paradigma ini bisa terjadi pada hal-hal yang setiap harinya terjadi pada kita, atau pada lingkup yang lebih luas misalnya pada isu-isu dunia secara global, misalnya lingkungan hidup dan lain lain.
Kemudian ada Sembilan prosedur yang wajib dilalui saat akan mengambil sebuah keputusan. Pertama, mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan walaupun sama-sama mengandung nilai kebenaran. penting bagi kita untuk mengidentifikasi masalah yang sedang kita hadapi.
Kedua, menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.Bila kita telah mengenali bahwa ada masalah moral di situasi yang sedang kita hadapi, pertanyaannya adalah dilema siapakah ini? Bukan berarti kalau permasalahan tersebut bukan dilema kita, maka kita menjadi tidak peduli. Karena kalau permasalahan ini sudah menyangkut aspek moral, kita semua seharusnya merasa terpanggil.