Radikalisme yang paling rentan mengundang resiko perpecahan adalah radikalisme dalam agama. Terlebih lagi jika tercampur dengan kepentingan politik sesaat. Politik identitas (dalam hal ini agama) berpotensi besar memecah belah. Banyak contoh terkait hal itu. Berbagai konflik (baca:perang saudara) di Timur Tengah seperti Iraq, Syiriah dan lainnya disebabkan oleh politik identitas berbaju  radikalisme
Ketiga, faktor asing atau eksternal. Intervensi dari luar juga memungkin menjadi salah satu sebab bubarnya sebuah negara. Kepentingan asing kerap mencengkram. Masuknya intervensi asing biasanya bermotifkan kepentingan ekonomi atau politik.
Mengantisipasinya
Sebagai bangsa besar, sepantasnya kita wajib optimis. Menyambut masa depan dengan usaha dan kerja keras dari semua elemen bangsa. Apa yang disampaikan Pak Prabowo Subianto dirasa kurang tepat. Kewaspadaan akan ancaman memang keharusan. Â Tapi tak sepatutnya bersikap pesimis. Terlebih jika hanya berdasarkan ramalan fiktif dari luar. Masa depan yang lebih baik harus diperjuangkan. Tentu tidak dengan berpangku tangan. Â Pemerintah dan rakyat selayaknya bersatupadu dalam membangun, mengisi kemerdekaan.
Menguatkan komitmen kebangsaan adalah menjadi pilihan dan kebutuhan dengan memperkokoh empat pilar kebangsaan yakni Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, kebhinekaan, dan NKRI. Keempat hal tersebut adalah harga mati. Tak boleh ditawar-tawar. Pancasila sebagai dasar negara selayaknya dijadikan pedoman dalam hidup berbangsa dan bernegara. UUD 1945 adalah hukum tertinggi yang wajib dipatuhi. Kebhinekaan adalah keniscayaan yang sebaiknya dijaga dan dirawat. Kebhinekaan merupakan modal besar dan potensi kuat guna kemajuan bangsa. Sedangkan NKRI adalah komitmen yang kudu dipertahankan hingga tetes dara terakhir.
Pemerintah berkewajiban menjaga stabilitas, keamanan negara. Mendorong pertumbuhan ekonomi juga tak boleh diabaikan, diremehkan. Pembangunan sektor ekonomi diprioritaskan. Sehingga daya beli masyarakat meningkat, lapangan kerja tercipta, tenaga kerja terampil, angka kemiskinan menurun, kesenjangan sosial ditekan.
Masyarakat juga diminta bersatu. Jangan mudah diadudomba. Mengutamakan  saling menghormati daripada saling menyalahkan, terlebih saling menyesatkan. Mengedepankan kepentingan bangsa dan negara dibanding dengan kepentingan politik sesaat. Jangan memberi ruang gerak pada radikalisme dalam bentuk apapun. Cukuplah menjadi peajaran, radikalisme  telah memporak-porandakan beberapa negara Islam di Timur Tengah.
Akhir kata, statemen Pak Prabowo Subianto pantas dijadikan peringatan akan komitmen kebangsaan. Tak boleh dijadikan alasan untuk pesimis. Saya yakin Indonesia ke depan akan jaya, menjadi negara besar dan kuat. Percayalah!
Wa Allahu Alam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H