Universitas Pamulang telah mengadakan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat di Madrasah Aliyah Daarul Hikmah, Pamulang (26/11/2022).
Satu tim dosen Program Studi Sastra InggrisMadrasah Aliyah Daarul Hikmah merupakan salah satu madrasah di bawah naungan Yayasan Daarul Hikmah yang memiliki misi untuk mempersiapkan lulusan yang ahli di bidang multimedia. Terkait dengan latar belakang MA Daarul Hikmah tersebut, tema yang dipilih dalam PKM ini adalah “Apresiasi Puisi sebagai Upaya Pencegahan Cyberbullying”.
Puisi sebagai salah satu karya sastra dipilih untuk menjadi media penanaman nilai-nilai penting untuk mencegah bentuk perundungan baru di era digital saat ini. Amirudin, S.S., M.Pd selaku ketua pelaksana menuturkan bahwa cyberbullying memang terjadi di dunia maya. Namun, dampak dari cyberbullying terutama bagi korban dapat mempengaruhi kehidupan nyata. Banyak dari korban cyberbullying yang mengalami tekanan psikis. Tidak sedikit korban yang kejiwaannya terganggu karena mengalami cyberbullying. Bahkan, hal terburuk seperti bunuh diri pun bisa terjadi. Untuk itu perlu diadakan upaya untuk mencegah cyberbullying di kalangan generasi muda.
Ruisah, S.S., M.I.Kom menjelaskan ada 5 puisi yang dibaca dan dibedah oleh mahasiswa. Semua puisi tersebut merupakan karya dari para korban cyberbullying. Puisi berbahasa Inggris tersebut berisi tentang bagaimana buruknya cyberbullying. Puisi pertama berjudul Mask oleh Dave Curpen. Puisi ini berisi tentang bagaimana cyberbullying bisa merusak persahabatan. Di dalam puisi tersebut juga terdapat kata-kata bagaimana korban cyberbullying akhirnya bangkit dan melawan. Puisi kedua yang digunakan dalam kegiatan ini adalah Frost oleh Rowan Ni Bharoin. Puisi ini berisi tentang bagaimana kepercayaan diri yang dibangun bertahun-tahun dapat hancur seketika karena mengalami cyberbullying.
Tutik Ratna Ningtyas, S.S., M.Pd. menerangkan lebih jauh tentang puisi-puisi yang disampaikan kepada peserta didik di Madrasah Aliyah Daarul Hikmah. Puisi ketiga adalah Why Do You Dance oleh Leah Nic Oda. Di puisi ketiga ini, seorang korban cyberbullying menuangkan pikirannnya tentang bagaimana dia terlepas dari cyberbullying. Sang penulis berusaha melakukan aktivitas yang disukai agar terhindar dari perasaan tertekan akibat cyberbullying. Kemudian, puisi selanjutnya adalah More to It oleh Darren May. Puisi ini berisi tentang bagaimana frustasinya korban cyberbullying sehingga dia sudah melakukan berbagai hal untuk mencelakai dirinya sendiri. Pada akhirnya dia berhasil mengatasinya dan tidak mempedulikan lagi apa yang dia dapat di dunia maya. Puisi terakhir yang disajikan adalah Faith by Aisling Moore. Di dalam puisi ini diterangkan bahwa hal yang sangat dibutuhkan oleh korban cyberbullying adalah kepekaan, kepedulian, dan dukungan orang terdekat. Rasa sakit dan frustasi yang dialami korban cyberbullying dapat berkurang atau sembuh jika orang-orang di sekitarnya dapat menjadi tempat berkeluh kesah.
Cyberbullying bukanlah hal yang dapat disepelekan. Dampak yang ditimbulkan merupakan hal yang patut diwaspadai. Generasi muda perlu dibekali dan diarahkan agar cyberbullying tidak semakin merajalela. Salah satu caranya adalah dengan memberikan informasi terkait cyberbullying kepada generasi muda, dan puisi dari korban cyberbullying adalah alternatif yang dapat dipilih untuk menyebarluaskan pesan bahwa cyberbullying harus dihentikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H