tetesan embun luruh di genggaman
hela an nafas menghembus pelan
bergetar jari menggoreskan pesan
lafaz hati teruraikan dalam karindangan
..sulit tuk pahami bila cinta terpendam dalam hati
bagaikan angin tak berhembus
bagaikan embun tak menetes
sungguh, senyum itu sebagian dari sayang
sayang itu ..
wahai diri
apa yg disesali ?
apakah panasnya sang mentari?
ataukah tetesan embun di pagi hari?
syukuri
karna masih terasa nafas di dada ini
tuk mengabdi dan memperbaiki diri
wahai diri
Â
rumus cinta terjabar dalam dua kata
bahagia dan derita
atau kah cuma nafsu belaka ?
toh luluhku dengannya
karena kau trima aku apa adanya
ku akui salah
membiarkan lembar lembar masa lalu terbuka lagi
sedangkan tatapan mu tak berharap lagi
jabat tangan tak bermakna kita sekedarnya saja
namun bergetar penuh makna
ku akui salah
ku akui salah
toh bibir ini tak mampu ungkapkan kata "maaf"
atau kah ku masih terpana
atau terlalu lama 23 tahun tak bersua
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H