UNTUK kegagalan meraih emas di SEA Games XXVII Myanmar, Pelatih Rahmad Darmawan sudah menegaskan ia bertanggung jawab sepenuhnya. Selain itu, RD, sapaan Rahmad juga telah meminta maaf untuk kegagalan memberikan kado akhir tahun.
Tapi, saya pribadi melihat itu belum cukup. RD bahkan bukan hanya perlu mengumumkan pengunduran dirinya dari jabatannya sebagai pelatih timnas U-23 tapi juga timnas Indonesia secara keseluruhan. Artinya, timnas U-12 hingga yang senior.
RD sudah mendapat kesempatan sangat banyak dari PSSI. Namun sejauh ini, kita belum pernah dibuat bangga. Hanya memenangi turnamen MNC Cup 2013, itu jelas jauh dari kata memuaskan.
Tahun 2011 lalu, RD gagal memberikan emas bagi Indonesia di SEA Games. Kala itu Indonesia takluk dari Malaysia di GBK. Menyakitkan? Jelas. Kita bermain di hadapan publik sendiri dan ditonton langsung puluhan ribu orang yang rela mengantre demi tiket dan tak pernah lelah berteriak memberi spirit. Beberapa hari setelah kegagalan itu, RD mengumumkan pengunduran dirinya sebagai arsitek Garuda Muda.
Tapi begitulah sepak bola kita. Setahun kemudian, RD masih dberi kesempatan kembali ke timnas. Kali ini malah bukan timnas U-23 tapi senior. Ia menjadi pelatih sementara. Lalu, akhirnya ia kembali gagal. Salah satu kegagalannya adalah ia tak mampu memotivasi pemainnya bermain dengan penuh kebanggaan sebagai wakil negara. Setidaknya itu sesuai penilaian Jose Mourinho saat Chelsea membantai Indonesia yang berkedok "All Star" dengan skor 8-1 September lalu.
Namun, selalu ada kesempatan untuk RD. Ia kembali ditunjuk sebagai pelatih timnas U-23 untuk SEA Games yang baru saja berakhir. Dan, seperti sebelum-sebelumnya, lagi-lagi RD gagal. Berangkat dengan target emas, pasukannya hanya berhasil membawa pulang medali perak.
Perak di pesta olahraga Asia Tenggara memang cukup tinggi nilainya. Tapi, untuk RD yang sudah mendapat kesempatan besar dari PSSI, jelas itu hasil buruk. Apalagi ia sudah diberi kesempatan memilih pemain terbaik yang ada di negeri ini.
Untuk ukuran pemain-pemain yang direkrut, tidak ada alasan juga bahwa persiapan mereka minim.
Saya pribadi melihat RD memang tak seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Ketika membawa Persipura dan Sriwijaya merajai sepak bola tanah air, saya sempat berpikir ia pelatih lokal terbaik. Namun belakangan, penilaian bagus itu perlahan terkikis.
Apalagi setelah mengikuti perkembangan timnas U-23 dari proses TC, pencoretan pemain hingga kegagalan di partai final melawan Thailand.
Salah satu yang saya soroti dari RD adalah ketika memutuskan mencoret
Syakir Sulaiman. Menurut RD, Syakir dicoret karena kalah bersaing dengan Andik Vermansah, Ferinando Pahabol, Ramdhani Lestaluhu dan Bayu Gatra.
Saya pikir RD kurang jeli kala memutuskan mencoret Syakir. Memang jelas bahwa kami tidak mungkin mengikuti detik-detik perkembangan latihan dan seleksi timnas ini, tapi gelar pemain muda terbaik Indonesia Super League (ISL) musim 2012/13 jelas jadi jaminan Syakir. Selama satu musim, ia juga pemain muda terproduktif. Bahkan, ia masuk dalam jajaran papan atas pemain lokal terproduktif dengan mencetak 9 gol.
Makanya makin aneh ketika Syakir dicoret dari timnas, sang gelandang muda potensial malah mendapat kesempatan dari klub J-League, Ventforet Kofu untuk mengikuti trial di Jepang.