Saat ini, melihat klasemen dan cara bermain timnas U-23, sepertinya sulit bagi Indonesia untuk melaju ke semifinal dan merealisasikan target emas sekaligus mengakhiri dahaga gelar dua dekade. Tapi sulit bukan berarti sudah tidak mungkin. Semuanya masih bisa terjadi. Selalu ada drama dalam sepak bola.
Lihat bagaimana Bayern Munchen meraih trofi Piala Super Eropa Agustus lalu. Mereka tertinggal 1-2 hingga menit ke-120 atau beberapa detik sebelum wasit asal Belanda, Jonas Eriksson meniup peluitnya. Tapi toh akhirnya mereka bisa juara setelah Javi Martinez di detik akhir perpanjangan waktu menyamakan kedudukan menjadi 2-2 dan akhirnya Munich menang adu penalti.
Ingat pula pada 26 Mei 1999. Di depan 90.045 penonton, Manchester United meraih gelar juara Liga Champions lewat dua gol telat Teddy Sheringham dan Ole Gunnar Solksjaer di menit ke-91 dan 93. Jadi, dalam sepak bola tidak ada yang mustahil. Termasuk peluang Indonesia.
Tapi, sekali lagi, kalau bermain seperti kala melawan Kamboja atau Thailand, semua memang akan menjadi mustahil bagi Andik Vermansyah dkk. Seperti kata Mourinho, Timnas harus tampil spartan dengan mengusung semangat dan kebanggaan sebagai pahlawan bangsa. Kalau mereka bermain dengan bangga sebagai wakil bangsa, Indonesia pasti bisa menang dan melaju ke final serta juara.
Cukuplah kita sudah sangat malu ketika Mourinho dan media di Inggris mengolok-olok timnas kita. Misalnya ada yang menyebut seekor nyamuk akan lebih menyulitkan Chelsea daripada tim BNI All Stars. Atau ada juga menyebut Indonesia tidak pantas disebut Allstar karena mereka nilai pemain kita hanya perkumpulan pemain amatir yang mengoper bola saja tidak bisa. Sudah cukup kita malu selama ini. Jadi TOLONG, BIKIN KAMI BANGGA!, sekarang dan selamanya. Bravo Sepak Bola Indonesia.
Barru, 14 Desember 2013
(Baru selesai mandi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H