Tiga Sajak Lelaki Gagah
//
Menunggu azan siang matahari menyalak garang.dinding kaca ditutup horden air conditioner beraroma kemakmuran .berupa menu dimeja makanÂ
Kepada tamunya
Yang bersafari itu mempersilakan
"Jangan kuatir semuanya sudah tersedia,dari pusat  anggaran sudah ditransfer ke rekening daerah.tingal menunggu waktu  pasti akan tepat guna.percayakanlah kepada saya .Team akan berkerja seksama.jangan suka memprovokasi sebab itu cara basi lebih baik duduk saja disini,toh juga akan tahu sendiri,slowing donk slowing. belanda sudah pergi jauh.inilah  yang di sebut merdeka .janganlah suka memaksa kehendak . anggaran sudah ada , sebelum hari pemilihan pasti selesai semuanya, jangan lupa gambar dan nomer saya."
//
Menunggu azan siang matahari menyalak garang.aspal melepuh terpanggang .Sang pemuda,  terkepal tangan menantang angkasa.dalam bekap almamaternya,  dikibar bendera itu, dibawah patron ibu kandungnya ,ia menuju mimbar gagah podium  yang disusun dari rasa mual pada birokrasi  berbau pesing .satu pemuda itu lantang seketika meledaklah parlement jalanan
" Kita bergerak kawan kawan, kita bongkar panggung komedi birokrasi  yang menertawakan tangisan ibunya . sekarang tidak kapan lagi, ketika birokrat hanya milik aristrokrat yang menghamba pada klan birunya . bencana adalah darurat dan  darurat menjadi  ajang akrobat anggaran dan anggaran  menjadi gelap dan anggaran yang gelap adalah  candu  testoteron yang harus di lapiaskan pun tak perduli kepada anak atau ibunya sendiri
Menunggu azan siang matahari menyalak garang. Burung gereja hinggap di teras, angin gunung bertemu arus laut, asap mengepul dari wajah yang bangga, monyet kecil mencari-cari ekornya