[caption id="attachment_315095" align="aligncenter" width="565" caption="Ilustrasi/Admin (Tribunnews.com)"][/caption] Penulis sudah seringkali bolak-balik di Bandara Sultan Hasanuddin Maros-Makassar, Sulawesi Selatan. Walaupun begitu, masih saja belum terbiasa dengan situasi dan kondisi saat keluar dari Bandara Sultan Hasanuddin Makassar. Penulis pribadi menilai situasi dan kondisi tersebut relatif mengganggu, terutama bagi pengunjung yang bukan penduduk Indonesia Bagian Tengah atau Timur, lebih khusus lagi bagi yang wisatawan asing dan yang baru pertama kali menginjakkan kakinya di Makassar.
Situasi dan kondisi yang dimaksud adalah banyaknya orang-orang yang menawarkan transportasi seperti taksi resmi bandara ataupun taksi non resmi. Saat ada yang keluar dari Bandara terutama yang diidentifikasi sebagai penumpang pesawat, tanpa di komando, laki-laki ataupun perempuan berteriak-teriak keras menawarkan jasa transportasi mereka. Yang berteriak-teriak tersebut biasanya adalah sopir taksi, petugas konter taksi ataupun calotransportasi angkutan tidak resmi. Dari balik pagar pembatas akan ada banyak laki-laki yang berteriak sambil melambai. Dari balik konter taksi resmi, petugas konter taksi tak mau kalah menawarkan jasa taksinya. Petugas konter mengeluarkan tangannya (yang memegang semacam kartu pesanan) di lubang loket lalu berteriak kepada mereka yang keluar dari gedung bandara.
Bisa dimaklumi bahwa tujuan mereka berteriak-teriak adalah untuk menarik perhatian calon penumpang. Namun demikian, hal ini malah bisa mengganggu kenyamanan pengunjung, terutama yang baru pertama kali datang di Makassar. Para pengunjung bisa saja merasa terkejut, bahkan takut diteriaki banyak orang. Padahal Tepat di depan pintu keluar gedung Bandara Internasional Sultan Hasanuddin tersebut sebenarnya sudah tersedia konter taksi yang berjejer rapi yang dengan mudah bisa dikenali dan menyediakan informasi yang relatif cukup. Penumpang bisa dengan mudah memilih jasa taksi yang ingin digunakannya. Tidak perlu ada teriakan-teriakan yang bisa mengesankan kegaduhan dan ketidaktertiban. Hal ini jelas akan memunculkan kesan kurang baik dalam persepsi pengunjung yang datang ke kota Makassar.
Selain hal diatas, di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, penumpang agak kesulitan menemukan informasi terkait angkutan Bus Damri. Penumpang harus bertanya-tanya dulu untuk menemukan dimana Bus Damri menunggu penumpangnya. Biasanya penumpang yang tidak membawa banyak barang, mereka yang ingin berhemat, atau mereka yang ingin melihat-lihat situasi dan kondisi di jalanan, lebih suka menggunakan Bus Damri. Dari segi biaya jelas Bus Damri jauh lebih murah dibandingkan menggunakan taksi.
Para pihak yang berwenang dalam mengatur Bandara Sultan Hasanuddin Makassar harus segera berbenah agar Bandara Sultan Hasanuddin Makassar dapat memberikan kenyamanan bagi pengunjung/masyarakat. Mereka bisa meniru bandara-bandara lain di Indonesia yang memberikan kenyamanan kepada penumpangnya. Pihak bandara harus menertibkan mereka yang menawarkan taksi agar tidak mengganggu kenyamanan pengunjung. Tidak perlu berteriak-teriak seperti pedagang-pedagang di pasar tradisional. Pengelola bandara Makassar bisa meniru seperti di Bandara Sukarno Hatta Jakarta, dimana tidak ada yang berteriak menawarkan jasa transportasi/taksi. Para penyedia jasa angkutan memiliki tempat sendiri-sendiri yang dengan mudah didatangi mereka yang membutuhkan jasanya. Pihak Bandara juga harus mengakomodasi agar Bus Damri juga lebih mudah diakses oleh para pengunjung. Dengan demikian, pengunjung punya alternatif dalam memilih angkutan yang diinginkannya.
Bandara Sultan Hasanuddin Makassar adalah bandara berstandar internasional. Sudah sepantasnya fasilitas dan pelayanan yang diberikan memberi kenyamananan bagi pengunjung. Bandara adalah salah satu pintu gerbang resmi suatu negara, wilayah atau kota. Apalagi Kota Makassar mendapat julukan sebagai pintu gerbang menuju wilayah Indonesia Timur. Bandara yang lengkap fasilitasnya dan memberikan pelayanan yang nyaman akan menimbulkan kesan yang baik dan menyenangkan sehingga memancing pengunjung untuk selalu datang kembali. Sebaliknya, bandara yang tidak memberikan kenyamanan membuat pengunjung enggan datang, berusaha menghindarinya dan memilih mencari alternatif lainnya. Bila demikian, maka akan merugikan Kota Makassar dan Provinsi Sulawesi Selatan sendiri.
Semoga segera ada perbaikan yang nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H