Tidak semua orang bisa menjadi relawan, karena hal ini terkait erat dengan panggilan hati. Menjadi aktivis/relawan harus siap berkorban demi menyelamatkan orang lain yang menjadi korban, terutama di daerah yang sedang terjadi bencana. Namun meskipun begitu, aktivis/relawan harus selalu penuh perhitungan agar dirinya jangan sampai menjadi korban.
Bagi aktivis/relawan yang pernah mengikuti pelatihan untuk menjadi aktivis/relawan, pastilah sangat tahu dan paham prinsip utama melakukan pertolongan. Yang hendak menolong harus memastikan dirinya selamat terlebih dahulu agar bisa menyelamatkan orang lain/korban. Hal ini selalu diajarkan dalam aktivitas kerelewanan dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah seperti pramuka, palang merah remaja, pencinta alam ataupun dalam kegiatan di tingkat yang lebih tinggi seperti korps sukarela.
Aktivis/relawan yang terlatih, melakukan misinya secara terorganisir. Tidak cukup hanya berbekal semangat saja. Aktivis/relawan bergerak sebagai suatu kesatuan, selalu berkoordinasi dan berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berwenang dalam manajemen bencana. Mereka tidak akan bergerak bila ada peringatan potensi bahaya yang besar di daerah bencana. Ada rambu-rambu dan pedoman yang harus ditaati para aktivis/relawan dalam menjalankan tugasnya untuk menyelamatkan orang lain/korban. Ada perhitungan yang harus dipikirkan dengan matang agar misi dapat berjalan dengan sukses dan bisa menyelematkan lebih banyak nyawa/korban.
Meskipun terkesan sarkas, namun para aktivis/relawan harus mencamkan hal ini. Aktivis/relawan berupaya menyelamatkan nyawa/korban sebanyak-banyaknya, bukannya malah menjadi korban yang bisa menyusahkan dan merepotkan. Bila sudah berusaha namun tetap menjadi korban, maka para aktivis/relawan yakin, mereka menghadapinya dengan penuh keberanian dan tanpa penyesalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H