Banyak hal yang bisa membuat kita bisa merasa menjadi orang tua yang paling berbahagia di dunia. Salah satunya adalah dengan memiliki anak-anak yang pintar dan ceria. Anak-anak yang pintar dan ceria tentu saja akan terwujud bila memiliki kesehatan yang prima.
Saya seringkali merasa prihatin dan ikut sedih tatkala mendapatkan kabar apabila ada anak-anak dari teman atau kerabat yang sakit. Salah satu penyakit yang paling sering menjangkiti anak-anak tersebut adalah diare. Anak-anak saya pun pernah terkena diare. Hal ini membuat saya sangat sedih dan was-was karena melihat kondisi mereka yang lemas dan tidak bisa aktif seperti biasanya. Suasana rumah yang selalu ramai dan riuh serta berantakan tiba-tiba sepi, lengang dan rapi.
Tetapi syukurlah, ketiga anak saya tidak begitu sering terkena diare. Sampai sekarang anak-anak hanya dua kali terkena diare. Anak pertama (sekarang berumur 10 tahun dan kelas V SD) adalah yang terbanyak terkena diare yaitu dua kali. Pertama kali diare saat berusia sekitar satu tahun dan yang terakhir terjadi sekitar bulan Maret 2014 yang lalu, bersamaan dengan dua adiknya (Umur 6 tahun/kelas 1 SD dan umur 4 tahun/belum sekolah) dan juga Ibunya (istri saya).
Diare berjamaah yang terjadi bulan Maret 2014 tersebut akibat daging ayam yang sepertinya kurang higienis baik dalam proses pembelian maupun pengolahannya. Kebetulan saya sendiri saat itu sedang banyak kegiatan di kantor sampai malam hari sehingga tidak sempat makan siang dan malam di rumah, sehingga tidak ikut terkena diare. Bagi anak saya yang kedua dan ketiga, kejadian tersebut adalah yang pertama kalinya terkena diare.
Pertama kali anak diare.
Sebenarnya sejak lama dalam keluarga kami, telah berusaha menjaga kebersihan yang dimulai dari hal-hal kecil seperti rajin mencuci tangan menggunakan sabun. Namun layaknya anak balita yang masih sangat rentan, ada saja kejadian yang bisa menjadi penyebab timbulnya penyakit, termasuk diare. Saat makan siang, sang anak memungut makanannya yang jatuh di lantai. Saya dan istri terlambat bertindak, makanan terlanjur masuk ke dalam mulun dan ditelannya. Saya mencoba menghibur diri dengan berpikir makanannya hanya sedikit dan lantai rumah pun relatif bersih karena selalu dipel setiap pagi dan sore hari menggunakan desinfektan.
Akan tetapi perkiraan saya salah. Sepanjang malam anak tidak dapat tidur nyenyak dan beberapa kali bab berbentuk cairan (diare). Untunglah sang anak masih mau minum susu dan jus buah sehingga mendapatkan penggantian cairan dan makanan. Namun tetap saja anak menjadi lemas. Setelah dua hari berlalu belum juga nampak tanda-tanda membaik. Di hari ketiga saya bawa ke dokter spesialis anak. Setelah diberikan obat, barulah diarenya berhenti dan keadaannya pun membaik.
Sejak saat itu, saya dan istri menjadi lebih ketat dalam menjaga kebersihan. Anak-anak dilarang memakan makanannya yang terjatuh. Kuku-kuku jari tangan dan kaki harus selalu pendek dan bersih. Anak-anak harus selalu mencuci tangan dan kakinya setelah beraktivitas seperti bermain baik di dalam maupun luar rumah. Apalagi bila hendak makan, mencuci tangan adalah kewajiban. Saya dan istri tidak segan menegur bila anak-anak lupa. Sebagai orang tua, kami pun harus menjadi teladan bagi anak-anak dalam perilaku hidup bersih. Termasuk dengan mencontohkan dan membiasakan mencuci tangan.
[caption id="attachment_385658" align="aligncenter" width="336" caption="Selalu membawa cairan pencuci tangan untuk bisa dipakai sewaktu-waktu (dokumen pribadi)."][/caption]
Dalam situasi tertentu dan kondisi di luar rumah, kadangkala tidak memungkinkan untuk mencuci tangan dengan sabun. Baik karena tidak tersedia sabun ataupun air yang terbatas. Untuk mengatasinya, kami selalu membawa cairan pencuci tangan tanpa air. Bila perlu, setelah mencuci tangan dengan sabun pun tetap menggunakan cairan anti kuman tersebut untuk memastikan kebersihan tangan. Cairan anti kuman untuk mencuci tangan tanpa air tersebut selalu berada di tas sekolah anak-anak, di tas istri yang biasa dibawa saat bepergian hingga di laci meja kantor saya.
Menjaga kebersihan tapi tidak takut kotor.
Meskipun anak-anak ditekankan untuk selalu menjaga kebersihan, bukan berarti anak-anak dibatasi dalam bermain atau bahkan tidak boleh bermain dengan hal-hal yang bisa membuat kotor. Anak-anak harus dibiarkan mengenal dunia sekitar dan mengeksplorasi alam walaupun akan bersentuhan pada benda-benda yang relatif kotor seperti batu, tanah, tumbuhan, hewan dan lain sebagainya.
Yang penting anak-anak selalu bermain dalam pengawasan dan bimbingan. Anak-anak juga harus diajarkan untuk tidak sembarangan memasukkan barang-barang ke dalam mulut. Selain itu, juga ditekankan untuk menghindari menyentuh hidung dan mata dengan tangan tatkala sedang bermain. Apabila terasa gatal atau mengalami perih, agar segera memberitahu orang dewasa untuk mendapatkan bantuan. Bisa juga segera mencuci tangan dengan sabun lalu menggunakan kain bersih untuk mengusap atau membersihkan area muka yang sensitif seperti mulut, hidung dan mata.
[caption id="attachment_385655" align="aligncenter" width="494" caption="Anak-anak tetap boleh bermain meskipun membuatnya kotor, yang penting selalu membersihkan diri sesudahnya (dokumen pribadi)"]
Jarang sakit berkat pola hidup bersih dan sehat.
Mungkin karena berusaha melaksanakan pola hidup bersih dan sehat, terutama dengan selalu membiasakan mencuci tangan, ketiga anak-anak kami bisa dikatakan jarang sakit. Paling-paling terkena penyakit yang relatif ringan seperti demam, batuk atau pilek. Itupun sembuh dengan sendirinya setelah dua atau tiga hari, tanpa harus minum obat hingga ke dokter. Bila anak-anak sedang sakit seperti demikian, kami menjaga kecukupan asupan makan dan minumnya, serta harus beristirahat lebih banyak dari yang biasanya.
Khusus untuk penyakit diare yang sering menyerang anak-anak, alhamdulillah anak-anak kami sangat jarang terkena diare. Seperti yang diceritakan di atas, anak-anak kami relatif aman dari diare. Anak tertua yang berusia 10 tahun baru dua kali terkena diare, sedangkan anak kedua dan ketiga baru satu kali mengalami diare. Diare yang cukup berat hingga harus ke dokter pun hanya dialami oleh anak pertama saat usianya baru sekitar satu tahun.
[caption id="attachment_385657" align="aligncenter" width="445" caption="Selalu mencuci tangan dimanapun berada. Bila perlu gunakan cairan anti kuman untuk mencuci tangan tanpa air (dokumen pribadi)."]
Kami sekeluarga benar-benar merasakan besarnya manfaat dalam menjaga kebersihan khususnya dengan membiasakan mencuci tangan. Namun mencuci tangan bukan menjadi satu-satunya faktor dalam menjaga kesehatan. Pola dan kebiasaan makan anak-anak pun sangat berperan penting. Kebetulan anak-anak kami tidak pernah diajarkan jajan. Anak-anak dibiasakan membawa bekal yang dibuat langsung oleh Ibunya. Di rumah pun makanan ringan juga diusahakan dibuat sendiri. Bila pun membeli dari luar, dipastikan hanya makanan dan minuman yang bermanfaat dan terjamin kebersihannya. Yang dibeli hanya paling-paling susu kemasan atau biskuit dengan memilih yang paling sedikit atau tanpa bahan pengawet dan bahan aditif lainnya. Tentu saja juga dengan memilih yang masa kadaluarsanya masih lama.
Demikianlah pengalaman keluarga kami yang membuat anak-anak sangat langka terkena diare dan penyakit-penyakit lainnya. Membiasakan mencuci tangan pada awalnya terkesan merepotkan. Namun bila sudah menjadi kebiasaan dan gaya hidup, maka akan merasa aneh bila tidak melakukannya. Anak bungsu saya yang berusia empat tahun pun sudah terbiasa mencuci tangan sebelum makan. Bahkan ia tak segan mengingatkan kakak-kakaknya termasuk orang tuanya untuk mencuci tangan sebelum makan, tentu saja dengan gaya dan ucapannya yang lucu. Hal ini jelas sangat membahagiakan saya sebagai seorang keluarga yang bertanggungjawab atas kesehatan anggota keluarganya.
Bila setiap keluarga dapat menjalankan pola hidup bersih dan sehat, maka akan menghasilkan masyarakat bahkan bangsa dan negara yang sehat, kuat dan cerdas. Hal ini akan makin memudahkan kita seluruh rakyat Indonesia untuk menuju masyarakat yang sejahtera. Bangsa dan negara akan terwujud menjadi disegani di seluruh dunia akibat kehidupan rakyatnya yang berkualitas berkat menjaga pola hidup sehat sejak dari dalam keluarga. Semoga bermanfaat. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H