Inspeksi mendadak (sidak) dilakukan para pimpinan untuk mengecek langsung kejadian di lapangan, apakah ada kesesuaian antara laporan yang dibuat bawahan dengan kenyataan yang sebenarnya. Hal inilah yang dilakukan oleh Jokowi sang Gubernur DKI Jakarta saat sidak ke Kantor Walikota Jakarta Barat tanggal 3 Februari 2014. Jokowi ingin memastikan sendiri apakah laporan yang masuk kepadanya yang menyatakan bahwa pelayanan sudah baik, adalah memang benar atau hanya laporan ABS (Asal Bos Senang).
Ternyata dalam sidak tersebut, Jokowi mendapatkan bukti yang sebaliknya. "Saya datang, itu banyak laporan masuk ke saya, katanya ya pelayanannya sudah baik. Ternyata sampai di sana jam 08.15 WIB sampai 08.30 WIB, dari 30 orang yang harusnya datang, baru enam orang. Pak Wali Kotanya juga enggak ada, ya begitulah yang terjadi," kata Jokowi di sela-sela blusukan (Kompas.com).
Laporan ABS merupakan warisan budaya birokrasi lama jaman jahiliyah. Di jaman yang katanya sedang dilaksanakan reformasi birokrasi sekarang ini, budaya laporan ABS tetap eksis dan menjadi pilihan bagi para birokrat. Hal ini makin marak tatkala pimpinan dalam birokrasi tidak mau capek, percaya begitu saja dengan laporan dari manajemen di bawahnya, yang tentu saja akan menceritakan segala sesuatunya adalah bagus, baik dan lancar. Maraknya laporan ABS membuat pimpinan mendapatkan data dan informasi yang salah sehingga kebijakan dan keputusan yang dibuat tentu saja akan menjadi salah yang pada akhirnya akan membuat sang pemimpin dianggap gagal.
Laporan ABS makin merajalela manakala sang pemimpin ternyata tidak memiliki visi dan misi yang jelas, manajerial yang buruk serta tidak paham kondisi dan seluk-beluk tugasnya. Pemimpin yang seperti ini tentu saja sangat disenangi oleh anak buah yang malas dan tidak punya target kinerja. Tinggal bikin laporan ABS, maka pemimpin akan tersenyum senang dan merasa dirinya telah berhasil dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin. Sebaliknya, laporan ABS tidak akan mempan bagi pemimpin yang kapabel dan kompeten. Pemimpin model ini akan selalu mencari cara bagaimana membuktikan apakah laporan yang masuk adalah sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya ataukah hanya ABS. Sepertinya Jokowi adalah contoh pemimpin yang tidak menerima begitu saja laporan ABS dari jajarannya.
Pemimpin-pemimpin yang tidak mudah termakan oleh laporan ABS biasanya mempunya kebiasaan dan ciri yang sama. Merekamemiliki kepedulian yang tinggi, kreativ, inovatif dan suatu saat akan sangat kritis dan detil dalam mengamati sesuatu. Pengalaman bekerja sebagai bagian dari birokrasi, penulis cukup sering bertemu dengan pemimpin yang non ABS. Pemimpin model ini tidak bisa dikadali bawahannya dengan laporan ABS, karena bisa jadi pemimpin sudah tahu duluan yang sebenarnya sebelum laporan ABS masuk.
Penulis pernah mendapatkan bos yang dalam kunjungan ke daerah menyempatkan diri melihat-lihat toilet yang ada di kantor. Ternyata yang bersangkutan memiliki pemikiran bahwa toilet bisa jadi merupakan symbol keberesan/ketidakberesan suatu kantor. Toilet yang bersih bisa mencerminkan manajemen kantor yang berjalan dengan baik, demikian juga sebaliknya. Pernah juga dalam suatu rapat, pemimpin tertinggi bertanya pada manajer di bawahnya mengenai perkembangan suatu pekerjaan. Sang manajer menjawab bahwa semuanya beres dan sesuai dengan yang diinginkan. Mendapatkan jawaban ini, Pemimpin tertinggi bukannya senang, malah memarahi sang manajer yang membuat laporan ABS. Pemimpin tersebut ternyata sebelumnya telah mengecek langsung ke lapangan dan bertanya pada bawahan sang manajer dan mendapatkan fakta bahwa pekerjaan belum selesai. Hal ini menjadi perhatian seluruh peserta rapat sehingga dalam membuat laporan tidak lagi asal ABS, dan juga menjadi pemicu untuk bekerja sebaik-baiknya karena ternyata pemimpin tidak segan mengecek langsung ke lapangan sebelum bertanya pada jajaran manajer di bawahnya.
Suatu pemerintahan, tidak akan dapat memajukan daerah/negara dan mensejahterakan rakyatnya bila birokrasinya terbiasa membuat laporan ABS dan pemimpinya pun percaya begitu saja dengan laporan ABS yang masuk. Suatu waktu pemimpin perlu mengecek langsung fakta di lapangan apakah laporan yang menyatakan segala sesuatunya baik dan bagus adalah benar adanya ataukah hanya laporan ABS. Dengan demikian jajaran dibawahnya tidak akan ngasal dalam bekerja karena sadar, jika membuat laporan ABS maka pasti akan ketahuan oleh atasan/pimpinan, atau bahkan atasan/pimpinan sudah tahu yang sebenarnya sebelum laporan masuk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H