Mohon tunggu...
Amirsyah Oke
Amirsyah Oke Mohon Tunggu... Administrasi - Hobi Nulis

Pemerhati Keuangan negara. Artikel saya adalah pemikiran & pendapat pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengerjakan Tugas Bawahan, Bukanlah Pencitraan

8 November 2014   14:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:19 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_373171" align="aligncenter" width="480" caption="Perbedaan antara Pejabat yang bermental Bos dengan Leader. Bos menerapkan budaya feodal, Leader menerapkan keteladanan dan partisipasi. (Sumber: modifikasi dari gambar di FB Global Entrepreneurship Week)"][/caption]

Jokowi masuk ke dalam selokan, Dahlan Iskan yang ikut menyapu jalanan atau membuka sendiri pintu jalan tol, Rismawati yang terjun langsung memimpin kerja bakti hingga yang terakhir Hanif Dhakiri memanjat pagar penampungan TKI yang tidak mau dibuka oleh pengelolanya. Sangat banyak pihak yang menganggap hal tersebut sebagai pencitraan. Ada yang mengatakan bahwa level pejabat atau pimpinan apalagi yang tingkatnya tinggi seperti Gubernur, Walikota, dan Menteri tidak pantas melakukannya. Pejabat harusnya memimpin dengan kebijakan, strategi dan arahan.

Saya yang merupakan bagian dari birokrasi pemerintah berpendapat lain. Justru merasa bangga jika ada pejabat tinggi yang tidak segan langsung turun ke bawah hingga ke tingkat pekerjaan yang paling rendah atau terlihat sepele. Hal ini menunjukkan pejabat bersangkutan memiliki kepedulian yang tinggi. Tidak hanya pasif menunggu laporan yang masuk, namun mengecek langsung keadaan yang sebenarnya, apakah yang dilaporkan bawahan tersebut benar adanya ataukah hanya untuk menyenangkan atasan. Dengan demikian sang pejabat dapat mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan dilakukan oleh anak buahnya baik pejabat yang lebih rendah hingga staffnya. Bila pekerjaannya memang bagus maka bisa langsung memberikan apresiasi atau penghargaan, bila ternyata buruk bisa langsung memberikan teguran atau bahkan hukuman dan langsung memberikan arahan/petunjuk yang diperlukan.

Selain itu, pejabat yang tidak segan langsung terjun ke bawah akan memberikan dampak yang luar bagi bawahannya dalam bekerja. Sang pejabat akan menginspirasi pejabat/pegawai yang berniat dan berusaha bekerja dengan sebaik-baiknya untuk meniru perilaku atasannya. Sebaliknya, pejabat/pegawai yang malas, bekerja seadanya dan hanya tahu beres, akan malu besar melihat perilaku atasannya tersebut. Apalagi hal ini akan dibanding-bandingkan dengan perilaku mereka. Pejabat tinggi level Gubernur, Walikota, Menteri saja yang bisa saja tinggal perintah dan menunggu laporan di dalam ruang kantornya yang nyaman, mau bekerja maksimal dan sungguh-sungguh hingga terjun langsung ke lapangan untuk melihat hal-hal kecil bahkan melaksanakan pekerjaan kelas rendahan, mengapa para pejabat yang lebih rendah atau cuma staff biasa hanya bekerja seadanya?

Kebetulan saya punya pengalaman berinteraksi dengan pejabat yang tidak segan mengecek langsung ke bawah bahkan langsung turun tangan melaksanakan pekerjaan remeh temeh. Pejabat tersebut jelas tidak hanya menunggu laporan atau hanya percaya dengan laporan yang masuk. Apalagi biasanya, laporan yang masuk telah diatur sedemikian agar hasilnya selalu baik dan bagus.

Suatu waktu, pejabat tersebut mengecek langsung suatu kantor pelayanan yang secara struktural berada di bawah kewenangannya. Laporan rutin dan formal yang masuk dari kantor tersebut jelas saja mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja, sesuai dengan peraturan yang ditetapkan dan apa yang diarahkan oleh pimpinan. Namun, sang pejabat juga mengetahui ada laporan tak resmi (semacam surat kaleng, percakapan informal dari mulut ke mulut dan sejenisnya) yang menginformasikan berbeda, bahwa pelayanan yang diberikan kurang baik dan tidak sesuai dengan yang seharusnya. Sang Pejabat memutuskan datang ke kantor tersebut untuk mengetahui yang sebenarnya.

Akhirnya sang pejabat mengetahui dan melihat langsung bahwa memang ada beberapa hal yang kurang baik di kantor tersebut. Sang pejabat tidak hanya mengikuti kegiatan formalitas yang telah disiapkan oleh kantor yang dikunjunginya seperti diajak berkeliling kantor (tentu saja hanya ditunjukkan yang bagus-bagus saja), bertemu dengan semua pejabat/staf kantor lalu bersalaman dan berbicara singkat, berada di ruang kepala kantor menerima laporan dan penjelasan langsung dan berbagai kegiatan lainnya yang biasa diatur apabila ada kunjungan pejabat yang lebih tinggi.

Dalam kunjungannya, sang pejabat ternyata melakukan kegiatan yang tidak terduga (out of the box) di kantor yang dikunjunginya. Antara lain duduk di kursi tunggu yang ternyata dirasakan tidak nyaman, mengecek toilet yang ternyata tidak bersih dimana ada kecoa yang berkeliaran, mengecek gudang dan menemukan ada kursi yang baru dibeli namun tidak digunakan untuk tempat duduk pelayanan (pengunjung dibiarkan berdiri). Bahkan sang pejabat melakukan sesuatu yang benar-benar tidak terpikirkan semua pejabat/pegawai di kantor tersebut, yaitu dengan mengangkat sendiri kursi yang lebih baik/nyaman untuk dibawa ke ruang tunggu pelayanan. Melihat hal ini, serentak pejabat/pegawai lainnya ikut membantu mengangkat kursi tanpa diperintah. Tidak berapa lama, semua kursi di ruang tunggu telah berganti dengan kursi yang lebih nyaman dan empuk.

Sang pejabat tentu saja tidak akan mengetahui yang sebenarnya bila tidak berpikir dan bertindak out of the box. Sang pejabat tidak malu untuk melakukan hal-hal yang dianggap remeh temeh, bahkan langsung mengangkat kursi padahal bisa saja tinggal perintah. Ia tidak ambil pusing dengan kemungkinan ada yang mengatakan tindakannya adalah berlebihan atau bahkan dicap pencitraan. Saya melihat hal tersebut sebagai kesadaran sang pejabat untuk melaksanakan amanah dengan sebaik-baiknya. Juga untuk menunjukkan pada semua jajarannya bahwa ia tidak hanya bisa memerintah, namun juga bisa langsung melaksanakan bahkan tak sungkan/malu melakukan pekerjaan yang mungkin dipandang rendah oleh yang lainnya.

Saya sendiri yakin, lebih banyak dari kita yang menginginkan pemimpin yang tidak segan turun langsung ke bawah. Pemimpin yang tidak hanya bisa memerintah dan menerima serta asal percaya laporan, namun juga ingin tahu persis keadaan dan kondisi yang sebenarnya. Sudah saatnya Indonesia memiliki banyak pemimpin dan pejabat yang seperti ini. Feodalisme dalam kepemimpinan sudah tidak tepat lagi bila bangsa kita ingin maju.

[caption id="attachment_373172" align="aligncenter" width="459" caption="Perbedaan gamblang antara Boss dan Leader. Lebih baik yang mana? Lebih suka yang mana?"]

1415405962631456388
1415405962631456388
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun