Mohon tunggu...
Amirsyah Oke
Amirsyah Oke Mohon Tunggu... Administrasi - Hobi Nulis

Pemerhati Keuangan negara. Artikel saya adalah pemikiran & pendapat pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keselamatan Penerbangan Juga di Tangan Penumpang

29 Desember 2014   17:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:14 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Turut bersedih atas apa yang terjadi pada pesawat Air Asia QZ8501. Semoga pesawat beserta seluruh awak dan penumpangnya dapat segera ditemukan dalam keadaan selamat. Amin. Terlepas dari penyebab kejadian ini, kita semua jadi teringat kembali akan pentingnya keselamatan penerbangan.

Keselamatan penerbangan adalah tanggung jawab kita semua, mulai dari pemerintah, otoritas bandara, maskapai penerbangan, dan berbagai pihak lainnya termasuk para penumpang. Pemerintah melalui serangkaian peraturan yang harus ditegakkan secara tegas dan tanpa pandang bulu, otoritas bandara dengan melaksanakan tugas dan wewenangnya secara profesional, pihak maskapai yang tidak semata-mata mencari keuntungan saja, masyarakat yang jangan sampai mengganggu fasilitas strategis maupun lalu lintas penerbangan, hingga penumpang yang harus selalu menaati peraturan yang ditetapkan.

Setiap terjadi peristiwa terkait kecelakaan pesawat terbang, ingatan saya selalu tertuju pada cukup banyak penumpang pesawat yang berilaku bandel, bebal dan tidak tahu malu. Mereka tidak mau menaati peraturan terkait keselamatan penerbangan meskipun ada tulisan besar dan jelas di depan tempat duduknya, terdengar jelas pengumuman dari awak pesawat, hingga ditegur langsung oleh awak pesawat. Perilaku yang saya maksud adalah menggunakan telepon selular (ponsel) saat sudah berada di dalam pesawat yang jelas dan tegas dilarang oleh peraturan penerbangan dan dapat dikenakan sanksi denda bahkan pidana.

Di tahun 2014 saya berkesempatan beberapa kali menggunakan pesawat terbang tujuan Jakarta-Makassar pulang pergi. Dalam setiap penerbangan tersebut selalu saja melihat kelakuan para penumpang yang tanpa merasa bersalah begitu asyik masyuk menggunakan ponsel di dalam pesawat. Ada yang sedang menggunakan bbm, mengakses media sosial, ber-sms-an hingga melakukan panggilan atau menerima panggilan telepon. Tidak jarang hal tersebut masih dilakukan tatkala pesawat sudah bersiap akan lepas landas.

Awak pesawat (pramugari) memang menegur para penumpang yang masih menggunakan ponsel di dalam pesawat. Namun teguran tersebut hanya sambil lalu. Awak pesawat tidak menunggu sejenak untuk memastikan ponsel benar-benar sudah dimatikan. Akibatnya saat mereka berlalu, sang penumpang masih melanjutkan berponsel ria. Bahkan saya pernah melihat kejadian, orang asing disamping yang sempat ditegur pramugari, namun tetap menggunakan ponselnya sambil menutupinya dengan selimut agar tidak ketahuan. Saat pesawat baru saja mendarat di landasan bandara tujuan, para penumpang seolah berlomba menyalakan kembali ponselnya. Padahal jelas-jelas diumumkan sebelumnya bahwa ponsel hanya boleh dihidupkan setelah berada gedung bandara. Apalagi saat itu tidak ada awak pesawat yang mengawasi. Benar-benar sebuah demonstrasi kesadaran yang rendah dan kebodohan massal.

Macam-macam informasi yang pernah saya dengar dari mereka yang menggunakan ponsel untuk melakukan panggilan ataupun menerima panggilan di dalam pesawat. Informasi tersebut bukan karena saya menguping pembicaraan, akan tetapi karena suaranya cukup kerasa sehingga bisa terdengar jelas oleh orang lain di sekitarnya. Kebanyakan adalah mengabarkan bahwa yang bersangkutan sudah di dalam pesawat, pesawat sebentar lagi akan berangkat hingga minta dijemput saat sudah sampai. Ada juga yang mengobrol cukup lama dengan anggota keluarganya atau membahas pekerjaan/bisnisnya.

Saya sangat heran dan geram dengan perilaku para penumpang tersebut. Tidak bisakah semua informasi tersebut disampaikan saat sedang berada di ruang tunggu bandara? Atau dilakukan saat mengantri untuk masuk ke dalam pesawat yang biasanya memakan waktu hingga 10 menit? Tidak bisakah selama sekitar 2 jam-an (waktu penerbagangan Jakarta-Makassar) tidak menggunakan ponsel? Saya tidak habis pikir mengapa mereka tidak merasa risih apalagi malu dengan aktivitasnya yang jelas-jelas melanggar peraturan dan dapat membahayakan keselamatan penerbangan. Padahal terlihat dari penampilan dan percakapan mereka, rata-rata adalah orang-orang yang berpendidikan. Dari pengalaman saya, pelakunya antara lain dosen, mahasiswa, pejabat/pegawai negeri hingga orang asing.

Setiap ada kejadian yang menimpa dunia penerbangan, kita semua kembali diingatkan akan begitu pentingnya keselamatan penerbangan. Mari kita manfaatkan momen ini untuk lebih peduli dengan keselamatan penerbangan. Setiap dari kita punya tanggung jawab dan peran yang sangat penting dalam mengupayakan keselamatan penerbangan. Bila kita sebagai penumpang tidak mempedulikan keselamatan penerbangan, bisa jadi suatu saat kita sendiri yang akan mengalami musibah tersebut atau menjadi penyebab utama terjadinya suatu musibah.

Menggunakan ponsel di dalam pesawat adalah sangat dilarang. Sadarilah dan stop sekarang juga. Tunjukkan bahwa kita semua memiliki kepedulian dan merupakan orang-orang yang cukup berpendidikan sehingga mudah untuk menaati peraturan keselamatan penerbangan. Hal tersebut adalah untuk kepentingan bersama yang juga kepentingan diri kita sendiri. Jangan sampai terjadi peristiwa tragis baru kita sadar kembali, atau malah jangan-jangan bisa jadi kita sendiri yang akan menjadi korbannya.

#Semoga yang terbaik untuk Air Asia QZ8501.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun