Mohon tunggu...
Amirsyah Oke
Amirsyah Oke Mohon Tunggu... Administrasi - Hobi Nulis

Pemerhati Keuangan negara. Artikel saya adalah pemikiran & pendapat pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Barter

10 Agustus 2016   12:02 Diperbarui: 10 Agustus 2016   12:12 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: geartechnology.com

Di suatu sore saat menunggu pesanan sate disiapkan, saya memperhatikan sekitar yang ramai dengan berbagai macam penjual. Entah mengapa perhatian saya lebih banyak tertuju pada seorang Bapak Tua penjual susu jahe. Ia tampak diam saja menunggu gerobak dagangannya.

Tidak berapa lama kemudian datang mendekat penjual rujak tumbuk. Rujak tumbuk adalah rujak dari buah-buahan yang ditumbuk bersama bumbu kacang, cabai dan gula merah. Penjual rujak bebek tampak jauh lebih muda dibanding penjual susu jahe.

Penjual rujak tumbuk berhenti persis disamping gerobak susu  jahe. Mereka saling menyapa dan memberi senyuman. Terlihat jelas mereka begitu senang bertemu. Tidak berapa lama kemudian keduanya sudah sibuk dengan dagangannya masing-masing.

Penjual susu jahe menyiapkan gelas dan meracik minuman susu jahe. Asap mengebul dari gelas yang dituangi air panas. Bau harum jahe pun menyebar ke udara dan mampir ke hidung saya. Sungguh menggoda selera. Penjual rujak juga segera memotong-motong berbagai buah seperti mangga, bengkuang, kedondong, jambu dan menumbuknya bersama bumbu kacang, cabai dan gula merah.

Tidak berapa lama apa yang disiapkan oleh kedua penjual tersebut telah selesai. Susu jahe sudah siap dalam gelas kaca. Rujak tumbuk sudah berada dalam piring plastik. Kemudian mereka bertukar satu sama lain. Penjual susu jahe menerima sepiring rujak tumbuk segar dan Penjual rujak tumbuh menerima sebungkus susu jahe panas.

Selanjutnya mereka menikmati pertukaran tersebut dengan wajah ceria. Susu jahe diseruput pelan-pelan oleh Penjual rujak. Rujak tumbuk disendok sedikit demi sedikit oleh Penjual Susu Jahe. Beberapa menit kemudian semuanya habis tandas. Keduanya tampak puas dengan apa yang baru saja dimakan dan diminumnya.

Cahaya matahari berangsur-angsur menghilang. Azan Magrib berkumandang dari masjid yang lokasinya hanya sepelemparan batu saja. Penjual susu jahe dan penjual rujak tumbuk berdiri hampir bersamaan. Mereka bergegas berjalan beriringan menuju masjid. Barang dagangannya ditinggalkan begitu saja. Sepertinya yakin semua akan baik-baik saja.    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun