Menjadi anak petinggi negeri berarti masa depan yang terjamin, karir cemerlang, kehidupan sejahtera. Apalagi jika sang petinggi juga adalah pengurus partai politik. Segalanya pun akan mudah diatur, untuk sang anak tersayang.
Anak pejabat tinggi negeri bisa mendapatkan kemudahan disana sini. Banyak yang dengan senang hati memberikan modal bila ingin jadi pengusaha, karena yakin bisnis yang dijalankannya akan lancar dan mendapatkan banyak pendapatan khususnya dari proyek pemerintah. Atau bisa jadi diberikan modal besar karena ada kepentingan terhadap orang tuanya yang merupakan pejabat tinggi negeri.
Bila tidak mau jadi pengusaha, anak petinggi negeri bisa dengan mudah menjadi pejabat dimana ada kesempatan, minimal pejabat di partai milik orang tuanya. Namun bisa juga merangkap menjadi pengusaha sekaligus pejabat. Semuanya berkat peran sang orang tua yang merupakan pejabat tinggi negeri.
Syukurlah akhirnya ada paradoks yang membuktikan bahwa tidak semua anak petinggi negeri adalah ironi. Hal ini datang langsung dari anak-anak Presiden Jokowi. Sesuatu yang sepertinya sudah lama tidak terjadi.
Gibran Rakabuming, memilih membuat usaha sendiri yang berbeda dengan usaha orang tuanya yang telah maju dan stabil. Ia lebih senang membangun dari nol daripada ongkang-ongkang kaki menikmati kesuksesan yang bukan datang dari usaha sendiri. Ia pun tak mau berurusan dengan order dari pemerintah di mana orang tuanya memerintah. Lebih terhormat berjualan martabak daripada menjadi pengusaha yang hanya hidup dari proyek pemerintah ataupun berkat koneksi orang tua.
Satu lagi putri Jokowi, Kahiyang Ayu yang tidak lulus tes pegawai calon pegawai negeri. Bila orang lain tidak lulus mengundang keprihatinan, justru ketidaklulusannya menghasilkan kekaguman. Dimana-mana sudah rahasia umum jika anak petinggi negeri sangat mudah untuk mendapatkan pekerjaan. Jadi menteri pun bisa-bisa saja diatur, ini malah mau menjadi calon pegawai negeri melalui jalur tes yang sama dengan rakyat biasa. Ketidaklulusannya mengbuktikan bahwa kejujuran masih ada di negeri yang katanya carut marut ini.
Cerita anak petinggi negeri ini tak akan ada habisnya. Namun demikian, jalan cerita seperti apa yang akan dihasilkan tergantung anak itu sendiri. Akankah aji mumpung karena faktor orang tuanya yang merupakan petinggi di negeri ini, ataukah memilih jalannya sendiri lepas dari kekuasaan orang tua. Semua itu akan menentukan apakah cerita tentang mereka di rakyat negeri akan mendapatkan kekaguman dan menjadi teladan, ataukah cibirian meskipun tak berani diungkapkan.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H