Mohon tunggu...
Amirsyah Oke
Amirsyah Oke Mohon Tunggu... Administrasi - Hobi Nulis

Pemerhati Keuangan negara. Artikel saya adalah pemikiran & pendapat pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Stabilitas Sistem Keuangan yang Baik Membuat Indonesia Tidak Krisis Seperti Turki

25 Juni 2019   07:25 Diperbarui: 26 Juni 2019   03:03 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gejolak nilai tukar terhadap dollar Amerika Serikat yang terjadi pada beberapa waktu lalu menimpa berbagai negara. Namun efek yang terjadi pada masing-masing negara berbeda-beda. Ada negara yang langsung mengalami krisis ekonomi/keuangan seperti Turki. Juga ada negara yang mampu bertahan, perlahan stabil dan terus mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup baik, seperti Indonesia.

Mengapa bisa terjadi perbedaan? Turki mengalami krisis ekonomi/keuangan yang terus berlarut, sedangkan Indonesia bisa bertahan dan tetap tumbuh walaupun relatif perlahan. Padahal sama-sama dihantam gejolak nilai tukar yang mengkhawatirkan ekonomi semua negara di dunia. Jawabannya terletak pada Stabilitas Sistem Keuangan yang terjaga dengan baik.

Sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) nomor 16/11/PBI/2014 tentang Pengaturan dan Pengawasan Makroprudensial, Stabilitas Sistem Keuangan adalah suatu kondisi yang memungkinkan sistem keuangan nasional berfungsi secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap kerentanan internal dan eksternal sehingga alokasi sumber pendanaan atau pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional. 

Sedangkan sistem keuangan adalah suatu sistem yang terdiri atas lembaga keuangan, pasar keuangan, infrastruktur keuangan, serta perusaahaan non keuangan dan rumah tangga, yang saling berinteraksi dalam pendanaan dan/atau penyediaan pembiayaan pertumbuhan perekonomian.

Dengan demikian, semua pihak yang bertanggung jawab dalam sistem keuangan di Indonesia telah bekerja keras dalam menjaga stabilitas sistem keuangan sehingga Indonesia terhindar dari krisis ekonomi/keuangan. 

Pihak-pihak tersebut saling bersinergi dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yaitu Bank Indonesia (BI), Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). KSSK ibarat Avenger yang menjaga ekonomi/keuangan Indonesia dari serangan yang bisa menyebabkan Indonesia mengalami krisis ekonomi/keuangan.

KSSK saling berkoordinasi sesuai tugas dan wewenang masing-masing untuk menjaga stabilitas sistem keuangan Indonesia. Berbagai kebijakan seperti kebijakan moneter, fiskal, makroprudensial, mikroprudensial, dan penjaminan simpanan diramu agar stabilitas sistem keuangan tetap terjaga. Dengan demikian perekonomian Indonesia dapat terus tumbuh meskipun sedang terjadi gejolak dan perlambatan ekonomi dunia.

BI selalu fokus dalam kebijakan suku bunga dan nilai tukar untuk memperkuat stabilitas eksternal perekonomian. Diupayakan semaksimal mungkin dalam mengendalikan defisit transaksi berjalan agar tetap dalam batas aman. Selain itu juga menjaga daya tarik aset keuangan domestik agar investor tetap aman dalam berinvestasi.

Kemenkeu menempuh kebijakan fiskal dengan meningkatkan kinerja APBN agar lebih efektif, efisien dan optimal dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 

Dalam sisi pendapatan negara diusahakan untuk terus meningkat namun tanpa menghambat atau memberatkan pengusahan dan masyarakat. Dari sisi belanja negara mengutamakan sektor-sektor produktif dan mendorong akselerasi aktivitas perekonomian masyarakat di seluruh Indonesia.

Agar kondisi fiskal Indonesia tetap terjaga relatif aman, maka pembiayaan pemerintah yang berasal dari luar negeri dilakukan dengan sangat hati-hati. Pemenuhan kebutuhan atas mata uang asing (valas) akan menentukan strategi strategi pembiayaan. 

Misalnya mengupayakan penerimaan negara berupa mata uang asing dari aktivitas ekspor minyak, gas dan yang lainnya. Dengan demikian tidak sampai terjadi gejolak dalam pasar mata uang yang bisa menurunkan kepercayaan masyarakat khususnya investor.

OJK bekerja keras menjaga stabilitas sistem keuangan dengan menjaga tingkat permodalan dan likuiditas Lembaga Jasa Keuangan (LJK) agar tetap memadai. Tingkat resiko juga dikelola dengan baik. Dengan demikian kinerja intermediasi LJK dapat tetap tumbuh positif.

LPS terus memantau pergerakan dana yang terjadi di masyarakat. Jangan sampai terjadi pergerakan dana yang tidak terkendali sehingga menyebabkan kekhawatiran dan ketakutan atas keamanan dana simpanan masyarakat. Dengan demikian kepercayaan masyarakat tetap tinggi karena yakin pada keamanan dananya yang disimpan pada perbankan.  

KSSK juga terus memantau situasi dan kondisi di masyarakat berdasarkan tren yang terjadi sehingga bisa memenuhi kebutuhan masyarakat dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan yang tetap terkendali dengan baik. 

Misalnya saat perayaan hari besar seperti Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan Tahun Baru. KSSK menjamin terpenuhinya kebutuhan uang tunai masyarakat dan menjaga kelancaran transaksi sistem pembayaran ataupun layanan jasa keuangan lainnya.

Dengan sinergi dan kerja sama yang baik dari anggota KSSK maka kondisi perekonomian Indonesia bisa tetap terjaga, kondusif dan terus bertumbuh. Indikator keberhasilan menjaga stabilitas sistem keuangan antara lain inflasi yang relatif rendah. Inflasi yang terjadi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir dalam kisaran angka 3 persen. Bandingkan dengan negara yang sedang mengalami krisis seperti Turki dengan tingkat inflasi mencapai 15 persen.

Indikator lainnya adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang relatif tinggi dibanding banyak negara di dunia yaitu mencapai seputaran angka 5 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga tidak terkait dengan tingginya current account deficit (CAD) seperti yang terjadi di Turki.

Beberapa kalangan di Indonesia ada yang ketakutan berlebihan terhadap posisi utang luar negeri Indonesia yang dianggap berbahaya dan bisa menyebabkan krisis. Padahal utang Indonesia selalu dijaga dan dikelola dengan baik oleh Kemenkeu yang juga adalah Ketua KSSK agar tidak mengganggu stabilitas sistem keuangan. 

Utang luar negeri Indonesia sekitar 30 persen dari GDP, jauh lebih rendah daripada Turki yang mencapai 53,2 persen. Demikian juga utang luar negeri sektor swasta Indonesia baru mencapai 17 persen GDP, sedangkan Turki mencapai 37 persen.

Itulah sebabnya pelemahan nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS hanya sampai 7,8 persen saja. Tidak seperti Lira Turki yang merosot sangat rendah hingga pelemahannya mencapai 40 persen. Dengan kebijakan yang tepat maka stabilitas sistem keuangan Indonesia tetap terjaga dengan baik sehingga tidak mengalami krisis seperti yang terjadi pada Turki.

Upaya keras dan cerdas dari KSSK berhasil menahan gejolak perekenomian dunia sehingga tidak berdampak membahayakan perekonomian Indonesia. Hal ini karena stabilitas sistem keuangan yang tetap terjaga dengan baik sehingga bisa mendorong berbagai aktivitas yang meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kalangan ekonomi dan keuangan internasional pun takjub dan memberikan apresiasi yang tinggi terhadap usaha dan prestasi Indonesia dalam menjaga stabilitas sistem keuangan.

BI mendapatkan anugrah penghargaan sebagai "The Best Systemic and Prudential Regulator" pada acara The Asian Banker Annual Leadership Achievement Awards pada 25 April 2012 yang diselenggarakan di Bangkok Thailand. Menteri Keuangan RI Sri Mulyani mendapatkan gelar Menteri Keuangan terbaik se-Asia Pasifik. Peringkat rating investasi Indonesia meningkat sehingga menarik investor dari seluruh dunia.

Stabilitas sistem keuangan yang terjaga dan terkendali dengan baik, predikat negara layak investasi dan berbagai hal positif lainnya membuat Indonesia relatif unggul dari negara-negara lainnya di dunia, khususnya dalam situasi perang dagang yang sedang berlangsung antara Amerika Serikat dan Tiongkok. 

Para investor pun menjadi tertarik untuk menanamkan investasinya di Indonesia. Baru-baru ini beberapa perusahaan multinasional memutuskan untuk memindahkan usahanya dari Vietnam dan Thailand ke Indonesia.


Referensi:

Sri Mulyani: Kondisi Ekonomi Indonesia Beda Jauh dengan Turki

Stabilitas Sistem Keuangan

KSSK: Stabilitas sistem keuangan Indonesia aman di tengah perlambatan ekonomi global

Sri Mulyani: Kondisi Ekonomi Indonesia Berbeda dengan Turki

Buku Mengupas Kebijakan Makroprudensial

Buku Kajian Stabilitas Keuangan No.32 - Maret 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun