Banyak yang mengeluh harga-harga naik bahkan mahal saat bulan Ramadhan. Keluhan yang sama selalu berulang dari tahun ke tahun. Hal ini juga menjadi makanan empuk untuk dipolitisasi.
Dan yang harusnya dicermati, di daerah mana saja kah terjadi kenaikan harga yang cukup tinggi hingga menyulitkan masyarakat sedemikian hebat? Apakah terjadi di semua daerah? Jika di Jakarta atau kota-kota lain di pulau Jawa terjadi kenaikan harga yang membuat begitu heboh, bagaimana dengan daerah lain di Indonesia? Apakah sama hebohnya?
Kebetulan saya tinggal di Kota Raha yang berada di Pulau Muna Provinsi Sulawesi Tenggara. Jaraknya dari Kendari Ibu Kota Provinsi sekitar 108 km (jalur laut). Sedangkan dari Jakarta jaraknya sekitar 2.300 kilometer.
Tuntutan pekerjaan membuat saya yang warga Jakarta harus tinggal dan menumpang hidup di Pulau Muna. Otomatis saya pun terlibat langsung dalam perekonomian di Pulau Muna, seperti membeli bahan pokok di pasar, membeli makanan dan minuman di warung-warung dan membeli kebutuhan bulanan di minimarket, dan sebagainya. Sedikit banyak saya memahami karakteristik harga-harga di dua kota yang jaraknya sangat berjauhan yaitu Jakarta dan Raha. Â
Secara umum, sebelum bulan puasa harga-harga barang kebutuhan pokok tidak begitu jauh berbeda dengan Jakarta. Hal ini disebabkan relatif baiknya sarana dan prasarana perhubungan dari dan ke Pulau Muna, baik darat, laut dan udara. Pulau Muna juga menjadi salah satu yang terhubung dengan sistem tol laut sehingga arus barang secara massal dari Pulau Muna ke Makassar atau sebaliknya berjalan lancar dan tidak lagi membutuhkan biaya yang besar.
Dalam bulan puasa ini ada beberapa kenaikan di pasar tradisional seperti bawang putih dari Rp50 ribu menjadi Rp60 ribu per kg, Gula pasir dari Rp12-13 ribu menjadi Rp13-14 ribu, telur ayam satu rak dari Rp43-45 ribu menjadi Rp50 ribu. Untuk ikan segar, bisa dikatakan tidak terjadi perubahan harga. Harganya jelas jauh lebih murah dibandingkan di Jakarta.
Namun tentu saja kita semua maklum bahwa kenaikan harga disebabkan melonjaknya permintaan dari masyarakat. Masyarakat bersemangat merayakan bulan puasa dengan menyajikan menu istimewa dibanding hari-hari di luar bulan puasa.
Beberapa makanan jadi yang sering kali saya beli harganya juga tak berubah. Harga Coto ataupun Sop Konro dengan ketupat sepuasnya tetap Rp33 ribu per porsi. Harga nasi bungkus lengkap dengan sayur, ikan, telur, kerupuk Rp20-23 ribu.
Dan makanan favorit saya "Nasi Padang" juga tidak ada perubahan harga. Harga nasi sayur dengan lauk Ikan (bakar, goreng, balado, gulai) Rp15 ribu. Nasi dengan rendang atau ayam, harganya Rp25 ribu. Dengan daging cincang atau paru Rp20 ribu. Jika tidak memikirkan kenaikan berat badan yang bakalan drastis, tentu saya akan makan nasi padang saat sahur dan berbuka puasa.
Harusnya kita semua bisa memahami mengapa terjadi kenaikan harga-harga dalam periode Ramadhan-Lebaran. Sudah menjadi budaya masyarakat, yang malah meningkatkan dan memperbanyak pembelian barang-barang khususnya kebutuhan pokok jauh lebih banyak dibandingkan di luar bulan puasa. Tentu saja efek yang tak bisa dihindari adalah meningkatnya harga-harga barang.