Mohon tunggu...
Amirsyah Oke
Amirsyah Oke Mohon Tunggu... Administrasi - Hobi Nulis

Pemerhati Keuangan negara. Artikel saya adalah pemikiran & pendapat pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Biarkan Anak Membatalkan Puasanya

7 Mei 2019   18:48 Diperbarui: 7 Mei 2019   19:04 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya punya dua anak yang mulai belajar puasa. Umurnya 9 tahun dan 7 tahun. Mereka sangat antusias menyambut bulan Ramadhan. Di hari pertama sholat tarawih, mereka sudah ada di masjid padahal adzan sholat Isya masih lama.

Sebelum tidur, mereka mewanti-wanti penuh harap agar dibangunkan untuk santap sahur bersama. Mereka sudah bertekad hendak melaksanakan puasa. Karenanya mereka tidur lebih cepat dari biasanya demi bisa bangun sahur.

Hari demi hari puasa anak-anak berjalan lancar. Sebagai orang tua, kami tak tega melihat anak-anak yang terlihat lemas dan bibirnya mengering. Kami pun menawarkannya bahkan membujuk untuk puasa setengah hari saja. Buka puasa saat adzan zuhur lalu melanjutkan puasa sampai magrib. Tapi mereka kukuh ingin puasa penuh.

Beberapa hari kemudian, sang adik tidak enak badan sehingga tidak bisa ikut puasa. Sang kakak tetap puasa seperti biasa. Saat tiba jam makan siang, sang adik minta dibuatkan telur dadar. Bau telur dadar bertabur kecap manis yang harum rupanya begitu menggoda sang kakak.

Akhirnya dengan malu-malu sang kakak bertanya atau tepatnya minta ijin kepada Ibunya, apakah boleh puasa setengah hari saja. Istri saya mengiyakan saja, lalu segera membuatkan telur dadar yang menyebabkan puasa sang kakak batal.

Di lain waktu, terjadi berkebalikannya. Sang kakak memang tidak mau ikut berpuasa sehingga tidak ikut makan sahur. Sang adik tetapi berpuasa dan bertekad puasa penuh. Sekitar jam sembilan pagi, sang kakak makan es krim.

Si adik memandangi sang kakak yang sedang menikmati es krim dengan khusuk. Tampak berusaha menahan diri, namun juga sangat jelas menunjukkan ketertarikannya. Tak berapa lama kemudian adik meminta ijin untuk batal puasa. Dan Tentu saja diperbolehkan.

Anak-anak yang ingin belajar puasa adalah hal yang bagus. Namun tetap saja secara ajaran agama tidak ada kewajiban berpuasa bagi anak-anak (yang belum akil baligh). Jadi jangan sampai orang tua memaksa anak sedemikian rupa untuk melaksanakan puasa, apalagi jika sampai harus sehari penuh layaknya orang dewasa.

Belajar puasa harus dengan kemauan dari si anak sendiri. Dan bila memang tidak kuat, jangan dipaksakan. Puasa bisa dilaksanakan bertahap. Misalnya setelah sahur boleh buka puasa jam 9 pagi lalu dilanjutkan puasa sampai jam 12 siang. Setelah buka jam 12 siang, bisa dilanjutkan sampai jam 3 sore lalu dilanjutkan lagi sampai magrib. Yang dipentingkan adalah anak belajar mengendalikan diri, menahan keinginannya untuk makan, minum atau jajan selama beberapa jam.  

Pada saatnya nanti anak-anak akan mencoba puasa setengah hari. Dan bila sudah terbiasa, otomatis akan berpuasa satu hari penuh. Akan tetapi jika dalam melaksanakan puasa sang anak ingin membatalkannya, maka kami berpendapat hal tersebut tidak perlu dilarang apalagi sampai dimarahi.

Yang penting orang tua telah mengajari anak-anak tentang puasa dan juga memberi keteladanan dalam berpuasa. Biarkan anak-anak belajar menahan diri dan mengambil keputusan untuk dirinya sendiri. Adalah baik jika anak-anak mau berpuasa hingga penuh. Namun tetap saja jangan sampai dipaksakan, karena anak-anak belum memiliki kewajiban berpuasa. Dan jika anak berhasil berpuasa dengan baik, jangan lupa diberikan apresiasi atau hadiah sebagai penghargaan atas usahanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun