Lagi hangat pernyataan tentang gaji tukang parkir yang lebih besar dari gaji dokter. Secara akal sehat, sangat sulit memberikan pembenaran terkait perbandingan tersebut. Diperlukan data-data yang valid dan akurat sebagai pembuktiannya. Data-data yang diperbandingkan pun harus sama-sama dalam satu daerah atau wilayah agar tidak bias. Misalnya gaji tukang parkir di Jakarta, dibandingkan dengan gaji dokter di Jakarta. Bila yang dibandingkan gaji dokter yang bekerja pada PEMDA diwilayah terpencil, dengan APBD terbatas dan PAD yang senin-kemis dengan tukang parkir di Jakarta, maka hasilnya pasti akan bias kesimpulannya pun tidak bisa diterima secara keilmuan.
Baiklah, kita tidak usah membahas terkait pernyataan yang menghebohkan tersebut. Artikel ini hanya ingin menyajikan tentang beberapa dokter yang terus bekerja dan melayani tanpa peduli berapa gaji yang mereka dapatkan. Ada dokter yang tetap melayani pasien tanpa dibayar sekalipun. Bahkan sampai ada dokter yang memberikan uang kepada pasiennya.
Dokter Lie Dharmawan
Terkenal sebagai Dokter Apung. Dokter Lie membangun rumah sakit apung dari uangnya sendiri, lalu berlayar mengunjungi pulau-pulau kecil di Nusantara untuk menolong warga miskin yang membutuhkan pelayanan medis. Pulau-pulau kecil dan terpencil memiliki kendala geografis untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, belum lagi ketidakmampuan secara ekonomi membuat masyarakat tidak bisa menuju tempat yang lengkap sarana kesehatannya untuk berobat.
Rumah Sakit Apung yang dibangun Dokter Lie merupakan kapal kayu sederhana yang terdiri dari beberapa bilik untuk merawat masyarakat yang membutuhkan perawatan medis intensif. Rumah sakit apung Dokter Lie selalu menerima pasien-pasien rawat inap, termasuk pasien-pasien pascaoperasi. Karena kenekatannya mengarungi lautan luas yang penuh resiko demi memberikan pelayanan medis, Dokter Lie sempat dijuluki Dokter Gila.
Informasi lebih lanjut tentang Dokter Lie bisa dilihat pada tautan Kompas.com.
Dokter Lo terinspirasi dari Ayahnya yang memberi nasehat bila menjadi Dokter agar jangan memikirkan untung rugi. Dalam menjalankan praktek pengobatan, Dokter Lo tidak pernah memasang tarif dan tidak pernah membedakan kemampuan ekonomi pasiennya. Dokter Lo malah akan marah jika ada pasien yang tidak mampu menanyakan biaya yang harus dibayar.
Dokter Lo tidak jarang sekalian membelikan obat ke Apotik bagi pasien yang tidak mampu. Hal ini membuat Dokter Lo harus mengeluarkan uang sekitar Rp 8-10 setiap bulan. Dokter Lo juga akan langsung turun tangan mencari donatur bila ada pasien yang membutuhkan biaya berobat yang besar.
Informasi lebih lanjut tentang Dokter Lo bisa dilihat pada tautan Kompas.com.