Mohon tunggu...
Amirsyah Oke
Amirsyah Oke Mohon Tunggu... Administrasi - Hobi Nulis

Pemerhati Keuangan negara. Artikel saya adalah pemikiran & pendapat pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pak Jokowi, Tolong Majukan Papua Kita

30 Desember 2015   11:33 Diperbarui: 30 Desember 2015   15:15 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - Sambil menggendong Lobeka, anaknya, Agustina mengumpulkan sagu yang telah dipangkurnya di hutan di pinggir Sungai Welderman, Distrik Kaibar, Kabupaten Mappi, Papua. (KOMPAS/WISNU WIDIANTORO)

“Kala malam seperti Hongkong, namun siang seperti kebun singkong.” Demikianlah seloroh orang-orang yang saya temui di Jayapura tatkala pertama kali menjalani hidup di tanah Papua. Selorohan ini sangat populer baik di kalangan masyarakat pendatang maupun masyarakat asli papua. Saya menilainya sebagai kebanggaan terhadap tanah Papua sekaligus ada kesan miris dengan kenyataan yang terjadi bahwa pembangunan di Papua berjalan belum terlalu cepat.

Sampai saat ini, informasi yang saya dapatkan menyatakan bahwa masalah yang sama masih terus terjadi di Papua. Masalah-masalah tersebut antara lain kesejahteraan, malaria, pendidikan, dan kewirausahaan.

Masalah Kesejahteraan

“Pokoknya kalau Papua merdeka, rumah ini saya punya.” Saya masih ingat kala itu ada masyarakat yang berjalan melewati rumah dinas yang saya tempati. Saya tidak marah terhadap klaim tersebut, malah sebaliknya prihatin. Hal tersebut mereka ucapkan mungkin karena keputusasaannya yang sejak lama hidup dalam kemiskinan. Cukup banyak masyarakat Papua yang tinggal dalam rumah yang sangat sederhana, bahkan seadanya. Jangan pikirkan tentang sanitasi dan kenyamanan. Sepertinya rumah mereka hanya sebagai tempat untuk berlindung dari hujan sehingga dapat memenuhi kebutuhan tidurnya saja.

Hal itu hanya bagian kecil potret kemiskinan banyak masyarakat di Papua. Sebenarnya masih sangat banyak yang bisa dikemukakan terkait kemiskinan di Papua. Tapi saya yakin Bapak Presiden sudah memiliki ‘pasukan anti ABS” yang akan menyajikan data apa adanya sehingga permasalahan yang terjadi dapat diselesaikan dengan lebih cepat walaupun bertahap. Kemiskinan masyarakat Papua ini bila tidak segera diatasi, tentulah akan menjadi sasaran empuk yang sangat mudah dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang senang mengail di air keruh, mengambil kesempatan dalam kesempitan.

Masalah Malaria

Penyakit Malaria masih menjadi momok menakutkan di Indonesia Timur, khususnya di Papua. Kabarnya obat-obatan yang dulunya ampuh untuk memulihkan kesehatan pengidap malaria sudah kurang manjur lagi. Penyakit malaria otomatis akan mempengaruhi produktivitas masyarakat Papua. Apalagi bila kondisi sehari-hari asupan nutrisi masyarakat miskin yang tidak mencukupi, maka otomatis tubuh mereka akan meriang dan menggigil dengan hebat bagai getaran kereta api yang melintas dengan cepat.

Mungkinkah di Papua dapat diterapkan langkah-langkah mengatasi penyakit malaria sebagaimana di Afrika sana. Dalam program Millenium Village, masyarakat diberi kelambu atau tirai penghalang nyamuk untuk melindungi dari gigitan nyamuk saat berada di rumah khususnya kala sedang tidur. Hal ini berhasil menurunkan malaria prevalence rate dari sebelumnya sebesar 50% menjadi hanya 8% saja.

Tentu saja masalah malaria hanya bagian kecil dari berbagai permasalah di sektor kesehatan yang menimpa saudara-saudar kita masyarakat di Papua. Saya yakin Bapak Presiden telah memikirkan langkah-langkah yang perlu dan harus dilakukan. Semoga para birokrasi di Pusat maupun di daerah Papua sendiri dapat mengimplementasikannya dengan baik.

Masalah Pendidikan

Beberapa tahun tinggal di Papua, saya sempat terpikir bahwa kiranya pendidikan yang diterapkan di Papua tidak harus sama dengan daerah lain di Indonesia, apalagi seperti di Jakarta dan sekitarnya. Papua memiliki kekhasan dan anugerah yang luar biasa. Ada baiknya pendidikan yang diterapkan mengakomodasi hal tersebut agar masyarakat Papua khususnya yang asli Papua bisa menjadi hebat di tanahnya sendiri. Sepertinya pendidikan terapan atau sekolah vokasi harus diperbanyak yang bila mungkin diterapkan sejak jenjang Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP). Hal ini agar masyarakat di Papua bisa mengeksplorasi dan mengembangkan potensi yang ada di daerah mereka. Tidak harus tergantung dengan barang-barang “impor’ dari Pulau Jawa atau Sulawesi. Termasuk yang harus diperbanyak adalah sekolah terapan di bidang kesehatan, seperti perawat, bidan, penyuluh kesehatan masyarakat.

Peningkatan Kewirausahaan

Dari Informasi yang saya dapatkan, sampai sekarang masih relatif kurang wirausahawan yang merupakan masyarakat asli Papua. Kebanyakan wirausahawan adalah masyarakat pendatang. Masyarakat asli Papua memang ada yang berjualan, namun masih sangat sederhana dan terbatas kemampuan dan pengembangannya. Bila hendak memajukan masyarakat Papua, masyarakat Papua sendirilah yang harus bergerak melalui berbagai program kewirausahaan yang berbasis keunggulan lokal. Masyarakat Papua yang mandiri akan mampu memenuhi kebutuhan lingkup Papua yang akhirnya dapat menggerakkan perekonomian dengan lebih efisien dan efektif tanpa harus ketergantungan pada wilayah lain seperti yang terjadi selama ini.

Selamat Tahun Baru 2016

Demikianlah sedikit pemikiran dari saya yang peduli dengan Papua, bagian surga yang diberikan Tuhan kepada Republik Indonesia. Papua adalah kita, kemajuan Papua adalah kemajuan Indonesia. Kini saatnya Indonesia membangun dari timur di mana sinar matahari pertama kali muncul memberikan terang dan hangat pada Indonesia. Semoga kelak suatu saat, Papua kita bisa menjadi Hongkong-nya Indonesia. :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun