Mohon tunggu...
Amirsyah Oke
Amirsyah Oke Mohon Tunggu... Administrasi - Hobi Nulis

Pemerhati Keuangan negara. Artikel saya adalah pemikiran & pendapat pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

2 Pertanyaan Seputar Isu Beras Plastik

27 Mei 2015   14:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:32 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pihak pemerintah telah mengumumkan secara resmi bahwa isu terkait pemberitaan beras plastik atau beras sintetis adalah tidak benar. Pengujian dilakukan oleh empat laboratorium resmi yang berpengalaman yaitu Labfor Polri, BPOM, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian. Hasil pengujian empat laboratorium terhadap beras dari bekasi yang dicurigai terbuat dari plastik adalah negatif. Artinya tidak ada unsur plastik di dalam beras tersebut. (Sumber: Kompas)

Sayangnya hal ini oleh beberapa kalangan terutama di media sosial dianggap belumlah selesai. Masih saja mereka menaruh curiga. Bahkan ada yang menganggapnya kebohongan dari pemerintah untuk menyembunyikan hal yang sebenarnya. Mereka lebih mempercayai hasil dari Sucofindo yang diberitakan media bahwa beras tersebut mengandung senyawa polyvinyl chloride atau PVC yang biasa digunakan sebagai material untuk pipa, kabel, dan lantai. Padahal tanpa perlu uji laboratorium pun, dengan menggunakan akal sehat dan logika, tidak mungkin ada beras terbuat dari plastik. Apalagi sampai direbus jadi bubur. Plastik jenis apapun bila direbus dengan air tidak akan lumer.

Ada dua pertanyaan yang terlintas terkait maraknya isu beras plastik ini.

1.Apakah motif penyebaran informasi beras plastik pertama kalinya? Media memberitakan bahwa info beras plastik berasal dari Facebook seseorang. Mari kita sama-sama amati Facebook orang tersebut. Apa sajakah isinya? Apa saja status-statusnya? Berita yang sering dishare dalam FBnya dan komentarnya terkait berita tersebut? Dari sini kita bisa menduga latar belakang yang bersangkutan menyebarkan informasi beras plastik, apakah murni kekhawatiran seorang warga masyarakat ataukah mungkin ikut-ikutan nyinyir untuk tujuan tertentu seperti yang banyak terjadi di media sosial sejak pilpres lalu hingga saat ini.

2. Media apa yang pertama kali menyebarkan berita ini secara intens? Media yang pertama kali menyebarkannya adalah kuncinya. Bila informasi terkait beras plastik yang berasal dari Facebook seseorang tidak diberitakan secara resmi di media yang banyak pengaksesnya tentulah hal ini tidak akan menjadi kehebohan nasional yang berujung pada keresahan masyarakat yang tidak bisa/biasa/mau berpikir dengan logika dan akal sehat. Kita tentu masih ingat dengan berita heboh sebelumnya yang memberitakan, yang katanya seorang turis dari Jerman salah menganggap Presiden RI adalah Ridwan Kamil yang ganteng. Berita tersebut padahal hanya berasal dari Facebook seseorang yang ternyata setelah ditelusuri adalah seseorang yang mendukung partai tertentu dan juga capres lainnya dalam pemilu tahun 2014 lalu.

Dengan mengetahui media yang pertama kali menyiarkan berita ini, kita dapat menduga motifnya. Apalagi sudah menjadi pengetahuan umum bahwa sejak pilpres 2014 lalu sejumlah media terang-terangan menjadi pendukung masing-masing capres.

Sepertinya berita-berita heboh di masyarakat akan tetap terjadi kedepannya. Entah apalagi selanjutnya setelah isu beras plastik ini. Hal ini kemungkinan masih merupakan efek dari pemilu tahun 2014 lalu, Begitu mencengangkan dan mengherankan sebenarnya fenomena-fenomena ini. Tinggal kita sebagai masyarakat, rakyat dan warga negara yang harus bersikap tenang menghadapinya. Jangan mudah terpancing isu-isu yang belum tentu benar apalagi yang tidak benar. Kita harus tetap tenang, gunakan akal sehat dan cari informasi pembanding dari instansi pemerintah yang resmi ataupun media yang kredibel dan bertanggungjawab. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun