Mohon tunggu...
Amirsyah Oke
Amirsyah Oke Mohon Tunggu... Administrasi - Hobi Nulis

Pemerhati Keuangan negara. Artikel saya adalah pemikiran & pendapat pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya Mengajari Anak Mengantri

13 Agustus 2013   11:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:22 2137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Salahsatu peristiwa/situasi yang sulit di temui di Indonesia di berbagai daerah dan di berbagai tempat adalah mengantri dengan tertib. Setiap ada antrian maka bisa dipastikan sangat tidak tertib, saling merangsek dan mendorong, belum lagi yang suka menyela dan menyerobot antrian orang lain. Bagi mereka yang telah mengantri untuk beberapa lama namun terpaksa harus ke toilet, terpaksa akan kehilangan hak antriannya karena diambil orang lain, walaupun telah lama mengantri dan terpaksa harus mulai lagi dari paling belakang. Bila ingin coba-coba kembali ke tempatnya semula, maka kemungkinan besar akan mendapat penolakan dari para pengantri lainnya. Jadi, bila hendak mengantri harus dapat menahan hasrat ke toilet. Dalam proses mengantri tersebut tidak jarang terjadi keributan dan kericuhan. Dari golongan elit hingga golongan ekonomi sulit, mengantri seolah menjadi momok. Dari antri tiket, antri busway hingga antri zakat selalu saja terjadi kericuhan dan keributan.

Mengajarkan anak mengantri bukanlah perkara yang mudah apalagi bila lingkungan sekitar tidak menunjukkan contoh mengantri yang tertib. Cara terbaik mengajarkan mengantri adalah orang tua/keluarga yang langsung mencontohkannya baik di rumah maupun di tempat-tempat umum. Teladan mengantri yang baik dari orang tua/keluarga akan selalu terekam dalam memori anak-anak karena sangat berkesan dan selalu terjadi dalam kehidupannya sehari-hari. Orang tua dapat mengajarkan anak mengantri saat mandi, makan, bermain dan sebagainya. Sebagai contoh dalam kegiatan makan bersama, orang tua dapat mencontohkan untuk mengambil makanan misalnya nasi secara bergantian dan tidak saling berebutan. Biasanya Ibu akan memberikan kepada ayah dulu, dilanjutkan kepada anak yang terbesar atau yang terkecil dan sebaliknya. Setiap anggota keluarga akan bersabar menunggu gilirannya. Dalam bermain juga bisa diajarkan mengantri yang baik dan tertib, masing-masing diberikan waktu sekian menit atau sekian periode lalu jika habis waktunya maka harus menyerahkan kepada adik atau kakaknya sesuai antrian.

Di luar rumah orang tua juga wajib mencontohkan mengikuti antrian dengan tertib, misalnya saat berkendara lalu lampu merah sedang menyala, maka orang tua wajib berhenti lalu menjelaskan mengapa hal tersebut dilakukan, yaitu untuk memberikan kepada pengendara lain yang sedang mendapatkan giliran jalan yang ditandai dengan lampu hijau. Orang tua juga dapat mengajarkan anak mengantri dengan tertib dalam berbagai kesempatan seperti saat sedang berbelanja dimana harus mengantri di kasir, saat mengantri membayar tagihan listrik atau air, dan diberbagai kegiatan lain. Bila ada orang yang tidak mau mengantri dan merebut tempat pengantri lainnya, maka segera beritahukan anak bahwa apa yang dilakukan orang tersebut sangat tidak baik dan tidak boleh dicontoh.

Banyak sekali hikmah dan pelajaran yang bisa didapatkan anak dalam pelajaran mengantri, antara lain:

1.Anak belajar sabar sehingga bisa mengendalikan emosi dan keinginannya, bila belum waktunya maka harus menunggu sampai tiba gilirannya.

2.Anak belajar menghormati hak orang lain. Mereka yang datang duluan berhak mendapat giliran lebih dulu sehingga tidak semena-mena apalagi mengambil milik orang lain.

3.Anak belajar konsekuensi dari perbuatan. Bila ingin mendapat giliran lebih dulu maka harus datang lebih dulu, oleh karena itu harus bangun lebih pagi, bersiap lebih cepat sehingga bisa sampai lebih dulu dari orang lain.

4.Anak belajar mengatur waktu. Agar tidak terlambat maka anak-anak akan mengatur waktunya sebaik dan seefisien mungkin agar bisa mendapatkan antrian tidak paling belakang, misalnya mandi tidak lama-lama, tidur tidak terlalu larut agar bisa bangun bagi dan sebagainya.

5.Anak menjadi berpikir untuk melakukan sesuatu selama mengantri seperti menghapal pelajaran, membaca buku, browsing internet, bahkan bermain game pun tidak apa.

6.Anak belajar bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain yang juga ikut mengantri. Misalnya saat anak-anak hendak ke toilet, ia bisa memberitahukan pada mereka yang ada di depan atau yang mengantri di belakangnya dan juga kepada petugas yang menjaga, bahwa ia cuma sebentar ke toilet dan apakah boleh kembali lagi ke nomor antrian yang sama.

7.Anak belajar disiplin, tertib, rapi dan sopan karena dalam mengantri tidak perlu mendorong-dorong sebab setiap orang pasti akan mendapatkan gilirannya.

8.Anak dapat belajar rasa malu karena kadang kala ada orang-orang yang menyerobot antrian orang lain yang akan membawa keributan/kericuhan sehingga hal ini menjadi pelajaran berharga bagi anak.

9.Anak belajar berani, jika ada yang menyerobot antriannya atau antrian orang lain, anak dapat mencoba menegurnya karena hal tersebut merugikan orang lain.

Masih banyak lagi manfaat yang bisa didapatkan anak dalam proses belajarmengantri. Dalam pelajaran mengantri terselip pelajaran etika dan moral yang sangat luhur dan bermanfaat bagi sesama bahkan bisa jadi menjadi modal penting dalam kemajuan suatu bangsa. Kebiasaan mengantri sedari kecil akan terpatri di hati dan pikiran anak sehingga kelak akan terbiasa saat mulai beranjak besar hingga dewasa dan mandiri. Makin banyak anak-anak di negara ini yang terbiasa antri maka masa depan negara ini akan lebih teratur, tertib, saling menghormati dan bertoleransi, tidak suka mengambil hak orang lain apalagi korupsi. Mengajari anak mengantri sejak dini sepertinya lebih penting daripada mengajari mereka matematika atau keterampilan lainnya. Anak-anak dapat dengan cepat belajar matematika dan pelajaran lainnya dengan belajar intensif disertai peralatan lengkap dan didampingi guru yang berkompeten, namun belajar mengantri perlu waktu lama dan pembiasaan yang rutin. Bila tidak terbiasa mengantri maka anak-anak kita bisa jadi di masa depan akan menjadi pribadi yang egois dan mementingkan diri sendiri sehingga tak segan melakukan tindakan yang merugikan orang lain bahkan merugikan negara ini.

Yang jadi pertanyaan besar adalah, sudahkan kita sebagai orang tua, sebagai kakek/nenek, sebagai paman/bibi, sebagai kakak, sebagai tetangga dan lain sebagainya, memberi contoh yang baik pada anak-anak kita, adik kita dan anak-anak di sekitar kita bagaimana mengantri dengan tertib dan teratur?

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun