Mohon tunggu...
Amirsyah Oke
Amirsyah Oke Mohon Tunggu... Administrasi - Hobi Nulis

Pemerhati Keuangan negara. Artikel saya adalah pemikiran & pendapat pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kepedulian yang Makin Menghilang di Jakarta

28 Maret 2015   17:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:05 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Suatu pagi di dalam bus Jurusan Kampung Rambutan-Pulogadung. Takdir menentukan saya menaiki bus tersebut. Pencetusnya bisa jadi karena saya belum terbiasa dengan ritme Ibu Kota Jakarta yang sudah lima tahun lebih saya tinggalkan. Saya salah naik bus dan bablas sampai Terminal Kampung Rambutan. Akhirnya saya naik Bus tersebut demi dapat sampai ke Cawang tempat transit saya untuk naik kendaraan umum ke tempat tujuan.

Saat naik, tempat duduk masih banyak yang kosong. Saya memilih duduk di dekat lorong pada bagian sebelah kiri bus yang terdiri dari dua kursi berjejer. Tempat duduk saya pada urutan ke empat dari depan sehingga leluas melihat penumpang yang naik dan turun dari pintu depan.

Beberapa menit berselang semua kursi penumpang telah terisi. Penumpang terus berdatangan dan terpaksa berdiri. Kemudian naik secara berurutan dua ibu-ibu yang dari penampilannya kira-kira berumur sekitar 50 tahunan. Tubuh mereka yang (maaf) gemuk membuat kesulitan berdiri apalagi saat supir bus mengerem dan melaju mendadak. Hal tersebut juga membuat penumpang yang baru naik kesulitan untuk masuk bergeser ke tengah karena terhalang tubuh kedua Ibu yang kesulitan bergerak.

Saya berniat memberikan tempat duduk kepada mereka, namun bingung hendak diberikan ke siapa diantara ke dua ibu tua tersebut. Belum sempat saya memutuskan, kembali naik dua penumpang yang terdiri dari seorang laki-laki muda dan seorang lelaki tua sepuh. Sepertinya mereka adalah keluarga, mungkin ayah dengan anak atau kakek dengan cucu. Lelaki tua sepuh tersebut tampak gemetar berusaha melangkah ke dalam bus yang hampir penuh sesak. Tiba-tiba bus mengerem, pegangan sang lelaki tua itu terlepas dan tanpa sengaja memegang kepala seorang wanita berjilbab yang duduk di kursi pas di depan saya. “Maaf ya Bu, orang tua gak sengaja” Refleks sang anak meminta maaf sambil memegangi lelaki tua tersebut.

Sayapun segera memutuskan untuk memberikan tempat duduk kepada lelaki tua tersebut. Saya tepuk tangan lelaki tua tersebut dan mempersilahkannya duduk di kursi yang saya tempati. “Makasih ya Pak!” Ucap lelaki muda yang bersamanya sambil tersenyum. Ia berdiri disamping lelaki tua tersebut. Lelaki tua itu tidak berkata apa-apa. Selintas saya perhatikan ia terlihat pucat dan masih gemetar, mungkin bawaan umur. Saya terpaksa bergeser ke tengah dengan susah payah karena harus melewati dua ibu tua gemuk tadi yang berdiri.

Selama perjalanan, tidak ada penumpang yang sudi memberikan tempat duduk pada dua wanita tua yang berdiri di dekat saya. Padahal banyak laki-laki muda yang mendapatkan tempat duduk, termasuk lelaki muda yang duduk di samping saya. Saat sang lelaki tua renta dan gemetar tersebut masuk ke dalam bis, juga tak tergerak satupun memberikan tempat duduk hingga mendapatkan tempat duduk saya. Selama perjalananan pula makin banyak penumpang yang naik termasuk beberapa orang tua renta seperti seorang nenek yang naik dari dekat Pasar Kramat Jati. Pun tidak ada seorang pun yang tergerak memberikan tempat duduk pada mereka.

Mungkin ini memang sudah menjadi ciri khas Ibu Kota Jakarta. Siapa cepat dan kuat dia dapat. Tidak perlu saling peduli pada sesama, meskipun dekat dan terlihat sangat membutuhkan. Ibu Kota Jakarta kehilangan sisi kemanusiaannya. Semoga hal ini belum menjadi wabah bahkan budaya. Bila sampai terjadi, ini sungguh sebuah kehilangan yang besar. Bukankah katanya kita orang timur yang penuh sopan santun dan saling tolong menolong khususnya bagi yang membutuhkan? Terlebih lagi katanya agama yang saya anut adalah mayoritas agama penduduk di Jakarta. Kemana ajaran agama yang begitu mulia dan cinta pada sesama?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun