Saya dan keluarga berkesempatan melaksanakan sholat Ied di Masjid Al-Markaz Makassar. Karena jarak Masjid Al-Markaz dari rumah yang cukup jauh maka kami berniat menggunakan taksi, namun sampai hampir jam enam pagi taksi tidak ada yang kunjung lewat. Akhirnya diputuskan berangkat dengan motor, saya membonceng istri dan 3 anak. Motor penuh sesak, saya pikir tidak apa-apa karena momen lebaran polisi tidak akan menilang, apalagi saya akan mengendarai motor dengan pelan dan hati-hati.
Mungkin Tuhan berkehendak agar kami berlima tidak naik motor, karena relatif berbahaya. Baru beberapa ratus meter berjalan, ban belakang motor langsung kempes kehabisan angin, mungkin tidak kuat menahan beban 5 orang. Untunglah ada Bentor (becak motor) yang lewat dan menawarkan jasanya, jadilah kami berlima naik bentor menuju Masjid Al-Markaz.
Kurang lebih satu kilometer menjelang Masjid Al-Markaz, jalanan sudah sangat macet. Rupanya sangat banyak warga Makassar yang hendak melaksanakan sholat Ied di Masjid Al-Markaz. Bentor yang membawa kami tidak bisa lagi berbuat banyak, kami pun segera turun dan melanjutkan dengan berjalan kaki. Makin mendekati masjid suasana makin ramai, selain oleh jamaah yang hendak sholat, cukup banyak para penjual yang menawarkan dagangannya terutama koran untuk alas bila tidak kebagian tempat di dalam masjid dan balon-balon gas beraneka bentuk/warna yang banyak menarik perhatian anak-anak. Cukup banyak jamaah yang menyerah tidak mau masuk berdesakan lebih jauh ke dalam lingkungan masjid, mereka pun menggelar koran dan sajadah di jalanan di luar halaman masjid. Istri saya yang baru pertama kali mengunjungi Masjid Al-Markaz nampak bersemangat dan cekatan dalam melewati kerumunan para jamaah, saya sampai tertinggal karena terlalu berhati-hati takut batal wudhunya bila sampai tersentuh jamaah wanita. Akhirnya kami sampai di depan masjid, namun tempat untuk jamaah wanita telah penuh. Istri saya memutuskan untuk menggelar koran dan sajadah di depan masjid tersebut. Tempat tersebut adalah tempat terdekat yang bisa kami raih.
Kurang lebih pukul 7.30 waktu Makassar DR. Hamid Awwaludin menghakhiri khutbahnya, hal ini menandai selesainya prosesi pelaksanaan ibadah sholat Idul Fitri. Para jamaah saling bersalam-salaman dan membubarkan diri. Di beberapa bagian masjid terutama di halaman utama tampak banyak jamaah yang menyempatkan diri untuk berfoto dengan latar belakang masjid Al-Markaz yang legendaris yang merupakan salah satu ikon kota Makassar. Sayangnya setelah masjid relatif sepi, terhampar pemandangan kurang sedap berupa halaman masjid yang dipenuhi dengan sampah koran bekas alas jamaah. Mungkin banyak yang berpikir nanti juga akan ada petugas yang membersihkannya, namun alangkah eloknya dan menyempurnakan semangat idul fitri yang bertemakan kebersihan lahir-batin, bila masing-masing jamaah mau melipat korannya kembali lalu dibawa pulang ke rumah atau menyempatkan diri untuk membuangnya di tempat sampah yang tersedia di sekitar masjid.
#Keterangan: Semua foto adalah milik pribadi penulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H