Mohon tunggu...
Amirsyah Oke
Amirsyah Oke Mohon Tunggu... Administrasi - Hobi Nulis

Pemerhati Keuangan negara. Artikel saya adalah pemikiran & pendapat pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sholat Ied di Masjid Al-Markaz Makassar

8 Agustus 2013   09:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:31 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya dan keluarga berkesempatan melaksanakan sholat Ied di Masjid Al-Markaz Makassar. Karena jarak Masjid Al-Markaz dari rumah yang cukup jauh maka kami berniat menggunakan taksi, namun sampai hampir jam enam pagi taksi tidak ada yang kunjung lewat. Akhirnya diputuskan berangkat dengan motor, saya membonceng istri dan 3 anak. Motor penuh sesak, saya pikir tidak apa-apa karena momen lebaran polisi tidak akan menilang, apalagi saya akan mengendarai motor dengan pelan dan hati-hati.

Mungkin Tuhan berkehendak agar kami berlima tidak naik motor, karena relatif berbahaya. Baru beberapa ratus meter berjalan, ban belakang motor langsung kempes kehabisan angin, mungkin tidak kuat menahan beban 5 orang. Untunglah ada Bentor (becak motor) yang lewat dan menawarkan jasanya, jadilah kami berlima naik bentor menuju Masjid Al-Markaz.

Kurang lebih satu kilometer menjelang Masjid Al-Markaz, jalanan sudah sangat macet. Rupanya sangat banyak warga Makassar yang hendak melaksanakan sholat Ied di Masjid Al-Markaz. Bentor yang membawa kami tidak bisa lagi berbuat banyak, kami pun segera turun dan melanjutkan dengan berjalan kaki. Makin mendekati masjid suasana makin ramai, selain oleh jamaah yang hendak sholat, cukup banyak para penjual yang menawarkan dagangannya terutama koran untuk alas bila tidak kebagian tempat di dalam masjid dan balon-balon gas beraneka bentuk/warna yang banyak menarik perhatian anak-anak. Cukup banyak jamaah yang menyerah tidak mau masuk berdesakan lebih jauh ke dalam lingkungan masjid, mereka pun menggelar koran dan sajadah di jalanan di luar halaman masjid. Istri saya yang baru pertama kali mengunjungi Masjid Al-Markaz nampak bersemangat dan cekatan dalam melewati kerumunan para jamaah, saya sampai tertinggal karena terlalu berhati-hati takut batal wudhunya bila sampai tersentuh jamaah wanita. Akhirnya kami sampai di depan masjid, namun tempat untuk jamaah wanita telah penuh. Istri saya memutuskan untuk menggelar koran dan sajadah di depan masjid tersebut. Tempat tersebut adalah tempat terdekat yang bisa kami raih.

13759289652140657388
13759289652140657388
Setelah memastikan istri dan ketiga anak telah bisa duduk dengan nyaman menunggu waktu sholat, saya pun segera menuju ruang utama sholat di lantai II masjid. Sebenarnya ruang utama sholat sudah penuh dengan jamaah, namun dengan bergaya sebagai wartawan memotret kesana-kemari dengan kamera prosumer yang cukup besar, jamaah yang sudah duduk nyaman tampak tidak keberatan saya lewati. Saat itu ketua pengurus masjid sedang menyampaikan laporan penerimaan dan penggunaan dana masjid selama ramadhan dan laporan penerimaan dan penyaluran zakat, infaq dan sodaqah. Yang menarik, ketua pengurus masjid mengajak para jamaah untuk mendoakan M. Yusuf tokoh masyarakat Sulawesi Selatan yang juga mantan Pangab di era Presiden Soeharto, rupanya M. Yusuf adalah salahsatu penggagas utama pembangunan Masjid Al-Markaz Makassar. Sambil terus memotret, sayapun sampai di bagian tengah ruang utama sholat, hingga tiba aba-aba sholat Ied segera dimulai saya menghentikan pemotretan.

1375929026954855341
1375929026954855341
Setelah selesai sholat Ied dilanjutkan dengan khutbah sebagai rangkaian yang tak terpisahkan dari ibadah sholat Idul Fitri. Bertindak selaku khatib adalah DR. Hamid Awwaludin, mantan Menkumham. Dalam khutbahnya, DR. Hamid Awwaludin menekankan pentingnya melaksanakan toleransi di dalam masyarakat. Toleransi memerlukan kesadaran dan keiklasan semua pihak, dengan demikian toleransi akan menguntungkan semua pihak. Yang mayoritas tidak bersikap semena-mena kepada yang minoritas dan yang minoritas tidak melakukan tirani atas mayoritas dibalik pelaksanaan toleransi yang semaunya sendiri.

Kurang lebih pukul 7.30 waktu Makassar DR. Hamid Awwaludin menghakhiri khutbahnya, hal ini menandai selesainya prosesi pelaksanaan ibadah sholat Idul Fitri. Para jamaah saling bersalam-salaman dan membubarkan diri. Di beberapa bagian masjid terutama di halaman utama tampak banyak jamaah yang menyempatkan diri untuk berfoto dengan latar belakang masjid Al-Markaz yang legendaris yang merupakan salah satu ikon kota Makassar. Sayangnya setelah masjid relatif sepi, terhampar pemandangan kurang sedap berupa halaman masjid yang dipenuhi dengan sampah koran bekas alas jamaah. Mungkin banyak yang berpikir nanti juga akan ada petugas yang membersihkannya, namun alangkah eloknya dan menyempurnakan semangat idul fitri yang bertemakan kebersihan lahir-batin, bila masing-masing jamaah mau melipat korannya kembali lalu dibawa pulang ke rumah atau menyempatkan diri untuk membuangnya di tempat sampah yang tersedia di sekitar masjid.

1375929077133139316
1375929077133139316
Selamat Idul Fitri untuk kompasianer yang merayakannya. Mohon maaf lahir batin untuk semua pembaca dan kompasianer tanpa terkecuali. Salam.

#Keterangan: Semua foto adalah milik pribadi penulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun