Mohon tunggu...
Amirsyah Oke
Amirsyah Oke Mohon Tunggu... Administrasi - Hobi Nulis

Pemerhati Keuangan negara. Artikel saya adalah pemikiran & pendapat pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Hati-hati Mengganti Tabung Gas Elpiji

5 Januari 2014   11:46 Diperbarui: 4 April 2017   18:26 3175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi ini Istri menyuruh saya membeli gas/mengganti tabung gas yang sudah habis. Saya segera membawa tabung ke tempat penjual gas langganan yang ada di pasar dekat rumah. Kami sudah pasrah akan kenaikan harga gas. Di tempat penjual gas masih sepi pembeli. Bisa jadi ini karena masih pagi, atau banyak orang yang menunggu tindakan Presiden SBY dan jajaran pemerintahannya terkait tindakan sepihak yang dilakukan oleh BUMN milik negara yang diberikan wewenang yang besar serta memonopoli pasar.

Transaksi berlangung cepat, beberapa menit kemudian saya sudah membawa tabung gas yang terisi penuh ke dapur. Setelah memberitahu untuk hati-hati saat memasang regulator kompor gas ke tabung gas. Saya segera pergi menjauh. Kebetulan saya paranoid terkait kompor dan tabung gas, karena beberapa kali mengalami kejadian yang menegangkan. Jadi urusan membuat gas mengalir ke kompor dengan benar saya serahkan kepada ahlinya, yaitu istri saya.

“Kok ada suara mendesis saat regulator sudah dirapatkan di mulut tabung?” Istri bertanya pada saya karena gagal memasang regulator. Ia segera mencabut regulator saat mendengar suara mendesis. “Coba lagi, tapi hati-hati ya” saya hanya bisa berucap demikian. Istri pun berusaha lagi memasang regulator. Saya yang masih berada di dapur juga mendengar jelas bunyi mendesis, bau gas tercium. Situasi ini membuat saya ngeri. Istri segera mencabut regulator dan meminta saya memindahkannya ke ruang terbuka di halaman belakang. Istri bingung apa yang salah sehingga keluar bunyi mendesis saat regulator dipasang. Apalagi sebelumnya tidak pernah ada masalah. Regulator terlihat baik-baik saja, umurnya masih layak pakai. Kebetulan kami memakai regulator yang terekomendasi baik dan aman. Banyak rumah tangga dan usaha yang memakainya, informasi dari internet pun meyakinkan kami. Harga regulator tersebut terbilang relatif paling mahal diantara regulator lainnya.

Setelah dirasa aman dan bau gas sudah hilang, istri mencoba lagi. Sebelumnya ia membersihkan regulator dan mulut tabung, siapa tahu ada kotoran yang menghalangi. Selain itu karet gelang yang ada dalam mulut tabung pun diganti dengan yang baru. Hal yang sama kembali terjadi, keluar suara mendesis dan tercium bau gas. Istri kembali membatalkan usahanya. Saya pun segera mematikan seluruh peralatan listrik untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Merasa sudah aman, istri mengganti kembali karet gelang dimulut tabung, lalu mencoba lagi untuk yang terakhir kalinya. Ternyata masih belum berhasil, kejadiannya masih sama. Ada banyak kemungkinan memang, bisa jadi masalah pada karet pengaman yang aus atau kurang bagus, regulator, ataupun ada masalah pada pentil dan mulut tabung gas. Istri yakin bahwa regulatornya masih bagus dan tidak bermasalah, karet pengaman pun sudah diganti yang baru. Istri akhirnya meminta saya untuk menukar tabung gas tersebut.

Saya kembali ke penjual gas. Saya katakan ingin menukar tabung karena terdengar suara mendesis saat regulator dipasang. Penjual gas terlihat kurang senang, ia menempelkan telinganya ke mulut tabung lalu mengatakan tidak mendengar suara mendesis tanda adanya kebocoran. Dalam hati saya menggumam, jelas saja tidak terdengar dengan cara demikian, karena pentil tabung tidak tertekan oleh regulator. Masalahnya bisa jadi ada pada mulut tabung atau pentil yang kurang kokoh saat terhubung dengan regulator. Saya mendesak agar tabung bisa ditukar. Saya tegaskan bahwa daripada berbahaya, maka lebih baik ditukar. Penjual akhirnya bersedia memberikan tabung baru, namun dengan klausul hanya bisa satu kali tukar. Bila tabung yang baru masih tidak bisa dipakai, maka tidak ada lagi pertukaran berikutnya. Saya perhatikan tabung yang baru agak berbeda dengan yang pertama. Masih ada segel berwarna biru yang menutupi leher mulut tabung. Seingat saya pada tabung yang bermasalah tadi tidak ada segel tersebut, walaupun mulut tabung masih tertutup rapat.

[caption id="attachment_313773" align="aligncenter" width="512" caption="Segel ini ditabung sebelumnya tidak ada. Sebaiknya belilah tabung yang masih bersegel bagus."][/caption]

Istri mencoba kembali memasang regulator ke tabung yang baru tersebut. Sebelumnya saya kembali menyingkir dan menjauh. Tidak sampai semenit kemudian, istri muncul dari dapur, memberitahukan bahwa regulator berhasil dipasang tanpa ada suara mendesis seperti tadi. Kompor bisa menyala dengan baik, istri melanjutkan aktivitasnya memasak untuk hidangan makan siang. Sambil memasak, istri mengatakan bahwa kemungkinan besar yang bermasalah adalah mulut atau pentil tabung gas, sehingga tidak bisa terhubung rapat saat dipasangkan dengan regulator. Saya kembali teringat dengan segel tabung gas yang ada ditabung kedua, namun tidak ada di tabung pertama. Saya cari ditempat sampah dan berhasil menemukannya. Disegel tersebut tertulis, “Jangan Diterima Bila Segel Rusak”.

Apakah kejadian yang kami alami ada hubungannya dengan ada/tidak adanya segel yang menempel di mulut tabung gas? Saya kurang tahu pasti, karena tidak pernah memperhatikan sebelumnya. Yang jelas saya dan istri sepakat untuk lebih berhati-hati dalam memasang regulator gas dengan melakukan tindakan berikut:

  1. Jangan memaksakan diri bila memang terlihat ada masalah saat memasang regulator;
  2. Segera keluarkan tabung ke tempat terbuka bila tercium bau gas;
  3. Cepat matikan peralatan listrik saat ada masalah terutama bisa tercium bau gas;
  4. Gunakan regulator yang terekomendasi aman walaupun harganya relatif mahal;
  5. Bila merasa tabung gas bermasalah jangan ragu untuk menukarnya;
  6. Jangan membeli tabung gas yang segelnya tidak ada meskipun mulut tabungnya masih tertutup rapat.

Selalu waspada dan berhati-hatilah saat melakukan aktivitas terkait gas elpiji, karena bisa berbahaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun