Mohon tunggu...
Amirsyah Oke
Amirsyah Oke Mohon Tunggu... Administrasi - Hobi Nulis

Pemerhati Keuangan negara. Artikel saya adalah pemikiran & pendapat pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Luar Biasa dan Tak Terhitung Manfaat yang Didapat dari Membaca Buku

27 Oktober 2014   16:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:34 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Penulis tidak ingat persis kapan tepatnya menjadi kecanduan membaca buku. Samar-samar dalam ingatan menghadirkan penulis tatkala masih kelas tiga sekolah dasar di Palembang. Ketertarikan penulis membaca muncul karena tiap hari sering melihat ayah yang asyik masyuk membaca entah itu koran ataupun majalah. Mulailah penulis membaca koran-koran, majalah dan apa saja yang bisa dibaca. Suatu hari bibi penulis berkomentar, “pantas anak ini jadi pintar, koran bekas bungkus cabe saja dibacanya”.

Suatu hari penulis bermain ke rumah teman yang memiliki banyak buku-buku bacaan untuk anak. Disitulah pertama kali penulis mengenal buku-buku selain buku sekolah. Buku bacaan yang penulis ingat adalah karangan dari Enyd Blyton. Dalam buku tersebut penulis mengetahui kehidupan anak-anak di negara lain dimana mereka bermain dengan salju dan memetik buah bery. Ketertarikan tersebut membuat penulis meminjam beberapa buah buku. Rumah teman tersebut menjadi tempat favorit penulis untuk berkunjung karena selalu saja ada buku-buku baru yang dibelikan orang tuanya dan bisa penulis pinjam. Maklumlah, penulis adalah anak yang berasal dari keluarga tidak mampu, jangankan untuk membeli buku, untuk makan sehari-hari saja sudah susah. Semua buku pun penulis lahap, dari cerita anak-anak usia sekolah dasar, lima sekawan, buku ilmu pengetahuan populer hingga komik-komik seperti superman, batman, petruk, jaka sembung, dan si buta dari gua hantu.

Memasuki masa SMA di Jakarta, kegemaran penulis membaca terus terpelihara. Ekonomi keluarga yang belum membaik membuat penulis belum bisa leluasa membeli buku-buku sendiri. Untunglah ada perpustakaan di sekolah dan perpustakaan daerah yang letaknya tidak jauh dari sekolah. Perpustakaan adalah tempat favorit penulis, tiga kali seminggu penulis mengunjungi perpustakaan untuk membaca buku dan menukarkan buku yang telah selesai dibaca. Bahkan di hari sabtu saat libur sekolah, penulis selalu berada di perpustakaan daerah sejak buka dipagi hari sekitar jam delapan pagi hingga tutup sekitar jam satu siang. Saking semangatnya, seringkali penulis telah tiba duluan sebelum perpustakaan buka. Banyaknya buku-buku di perpustakaan membuat cakrawala penulis meluas baik terhadap materi pelajaran di sekolah, mengenal berbagai tokoh yang menginspirasi, pengetahuan agama dari tingkat dasar hingga tingkat tinggi, pengetahuan sosial budaya baik lokal maupun global, membaca karya sastra dari berbagai aliran dan berbagai negara, hingga mengetahui situasi politik terkini baik di dalam maupun luar negeri.

Saat kuliah, tempat membaca dan meminjam buku pun bertambah yaitu perpustakaan milik perguruan tinggi. Status sebagai mahasiswa, membuat penulis mendapat jatah uang setiap bulan untuk hidup mandiri. Meskipun uang yang didapatkan pas-pas-an, penulis tetap berusaha berhemat agar bisa membeli buku-buku yang diinginkan. Penulis pun menjadi pengunjung setia pameran buku yang biasanya terdapat buku-buku diskon, atau mengunjungi pasar kwitang di daerah Jakarta Pusat untuk mendapatkan buku-buku yang menarik dengan harga yang murah. Dari hobi membaca dan membeli buku-buku dengan harga murah, akhirnya penulis memiliki cukup banyak buku yang menjadi perpustakaan mini di rumah.

Setelah bekerja pun kebiasaan membaca terus berlanjut. Kali ini penulis sudah bisa membeli buku yang diinginkan dari penghasilan sendiri. Namun demikian, kebiasaan berkunjung ke perpustakaan untuk membaca dan meminjam buku tetap dilakukan. Saat bertugas di Jayapuran Papua, setiap hari sabtu penulis berkunjung ke perpustakaan daerah untuk membaca dan meminjam buku-buku yang menarik, baik buku-buku lama maupun buku-buku baru. Penulis mempunyai trik agar lebih optimal membaca buku, yaitu hanya membaca buku yang tidak dipinjam/dibawa ke rumah. Apabila waktu telah habis (perpustakaan tutup), penulis menyimpan buku tersebut ditempat khusus agar mudah ditemukan sehingga bisa melanjutkan membaca apabila berkunjung kembali.

Setelah menikah, kebiasaan membaca terus berlanjut. Bahkan istri penulis yang awalnya kurang suka membaca, akhirnya ketularan senang membaca. Terlebih saat istri hamil, sangat banyak informasi bermanfaat yang didapatkan dari membaca buku-buku terkait kehamilan dan juga buku-buku terkait perawatan anak sebagai persiapan kami sebagai orang tua. Berkat membaca buku terkait kehamilan dan persalinan, kami cukup tahu mengenai kondisi kehamilan. Hal ini sangat membantu untuk tidak sepenuhnya menurut pada dokter yang menyarankan melakukan persalinan melalui proses operasi cesar.

Berkat membaca, kami jadi tahu bahwa operasi cesar hanya dilaksanakan bila ada kondisi darurat medis, bahwa bila tidak ada alasan medis yang dibenarkan, maka melahirkan normal adalah sangat dianjurkan dan akan memberikan manfaat bagi sang Ibu dan bayi. Tentu saja hal ini kami yakini tidak hanya dengan membaca, namun juga setelah mendapatkan pemeriksaan dan pendapat profesional dari beberapa tenaga kesehatan seperti dokter dan bidan. Akhirnya, lahir lah anak pertama kami dengan selamat dan sehat melalui persalinan normal. Hal yang sama terjadi pada kehamilan anak kedua dan ketiga. Berkat membaca kami bisa lebih siap sebagai orang tua baik semasa kehamilan maupun dalam merawat anak sejak bayi hingga memasuki usia sekolah dan juga sampai mereka menjelang remaja/dewasa kelak.

Berkat banyak membaca sejak kecil hingga sekarang, penulis memiliki relatif banyak hal/pengetahuan untuk disampaikan dalam berbagai tulisan. Keinginan menulis pun membuat penulis makin membutuhkan untuk membaca berbagai hal dalam rangka mendapatkan input berupa pengetahuan dan berbagai manfaat. Membaca pun kini menjadi lebih mudah berkat adanya berbagai buku dan tulisan dalam format digital. Kini mengoleksi bahan-bahan bacaan tidak lagi hanya berupa buku-buku konvensional, berbagai file bacaan penulis kumpulkan di laptop dan juga penyimpanan eksternal (hardisk eksternal). Penulis kini tak hanya memiliki perpustakaan mini konvensional, namun juga perpustakaan digital yang mampu menampung lebih banyak buku dan bahan bacaan. Semua itu semakin memudahkan penulis untuk membaca dalam berbagai kesempatan.

Menyadari begitu banyaknya manfaat yang diperoleh dari membaca, penulis dan istri pun berusaha agar anak-anak kami juga memiliki kebiasaan bahkan hobi membaca. Selain dengan memberikan contoh sering membaca, membaca buku bersama anak baik buku pelajaran maupun buku cerita anak, berkunjung ke toko buku pun menjadi agenda rutin kami. Anak-anak sangat antusias menjelajah setiap tempat di toko buku seperti Gramedia, mereka akan berhenti cukup lama guna membaca buku-buku yang menarik hati mereka. Anak-anak pun kami perkenankan untuk membeli buku yang diinginkan meskipun tidak dibaca sampai habis. Hal ini merupakan upaya kami sebagai orang tua untuk membuat anak-anak tertarik membaca dan mencintai buku. Semoga dengan banyak membaca, cakrawala mereka akan semakin luas dan juga mendapatkan banyak manfaat untuk bekal kehidupannya di masa depan dan juga dapat memberikan manfaat bagi orang lain, masyarakat, bangsa dan negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun