Mohon tunggu...
Amir Santoso
Amir Santoso Mohon Tunggu... Administrasi - Freelancer sebagai admin purchasing di perusahaan

suka memainkan music, travelling, nulis, camping, dan gitar.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Film The Platform 2, Alegori Sistem Sosial yang Nyeleneh

22 Oktober 2024   12:26 Diperbarui: 22 Oktober 2024   12:54 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

The Platform 2 akhirnya rilis di Netflix pada 04 Oktober 2024, dan sekuel ini sudah sangat ditunggu setelah kesuksesan film pertamanya yang booming di tahun 2019. Masih digarap oleh Galder Gaztelu-Urrutia, film ini merupakan cerita prequel dari film pertamanya yang masih menceritakan tentang kehidupan di dalam penjara vertikal yang aneh dan penuh dengan alegori sosial.

Film ini berfokus pada seorang pemimpin misterius yang membuat aturan baru  yang menurutnya keadilan dalam sistem distribusi makanan yang kejam. Cerita dimulai dengan seorang penghuni baru yang terjebak dalam konflik melawan metode kontroversial di penjara bernama "The Pit," di mana makanan diturunkan dari lantai atas ke bawah, tetapi sistem ini tidak selalu adil. Jika seseorang di lantai atas mengambil terlalu banyak makanan, penghuni di lantai bawah akan kelaparan.

Karakter utama, Perempuan (diperankan oleh Milena Smit), berjuang untuk bertahan hidup di era baru penjara dystopian ini. Dia berusaha mengikuti sistem yang diatur agar semua orang mendapatkan jatah makanan, tetapi masalah muncul saat aturan baru yang mematikan mulai diberlakukan dan terkesan "gila". 

Di dalam penjara, interaksi antar karakter menjadi sorotan utama, menampilkan pertentangan antara kekuasaan dan ketidakberdayaan. Beberapa penghuni berusaha memperbaiki sistem, sementara yang lain memilih untuk patuh meski harus mengorbankan moralitas.

Daya tarik utama dari The Platform 2 adalah kemampuannya menyampaikan pesan moral, mengenalkan sifat manusia, isu sosial, dan pentingnya solidaritas kemanusiaan. Namun, ada kritik terhadap kurangnya pengembangan karakter yang mendalam, membuat penonton kesulitan terikat secara emosional. Meskipun begitu, Milena Smit berhasil menghidupkan karakter Perempuan dengan ketahanan dan kecerdikan.

Secara visual, The Platform 2 menawarkan pengalaman yang lebih memukau dibanding film pertamanya. Penggunaan efek khusus dan pencahayaan dramatis menciptakan atmosfer lebih gelap. Setiap lantai penjara digambarkan dengan detail, menambah elemen dystopian yang kental, dan simbolisme yang dalam, seperti perubahan warna di setiap lantai yang menggambarkan harapan yang semakin memudar.

Akhir film ini penuh misteri, di mana tokoh utama Perempuan berusaha melarikan diri dan menyelamatkan seorang anak yang terjebak di bawah, tetapi langkahnya membawa konsekuensi berat dan meninggalkan nasibnya dalam ketidakpastian. Teori bahwa Perempuan sebenarnya sudah mati menambah kompleksitas cerita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun