Mohon tunggu...
Amiroh husna
Amiroh husna Mohon Tunggu... Ilmuwan - Hanyalah seorang penulis mimpi yang sangat diharapkan bisa terwujud biidznillah

Dalam masa belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memotivasi Siswa dengan Metode Bermain Peran yang Asyik

8 Mei 2019   00:23 Diperbarui: 8 Mei 2019   01:35 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya memiliki hubungan yang sangat erat. Jika tidak ada motivasi ketika belajar, maka seorang siswa akan meremehkan ilmu-ilmu yang sedang dipelajarinya. Sehingga semangat dalam belajar sangat dipengaruhi oleh adanya motivasi dalam dirinya. Motivasi ada yang berasal dari dalam diri sendiri, dan ada juga yang berasal dari orang lain, lingkungan, maupun hal-hal yang ada disekitarnya.

Motivasi yang berasal diri sendiri misalnya adanya keinginan untuk berhasil dalam belajar dan dapat meraih cita-cita yang diinginkan. Sedangkan, motivasi yang berasal dari luar bisa berupa dukungan penuh untuk mencapai apa yang diinginkan dari orang-orang terdekatnya, atau dapat berupa adanya penghargaan yang akan diberikan jika seorang siswa dapat memperoleh prestasi dan juga dengan adanya lingkungan belajar yang kondusif dan metode belajar yang menarik sehingga siswa dapat belajar secara maksimal.

Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi biasanya tekun dalam mengerjakan tugas yang diberikan, ulet dalam menghadapi persoalan-persoalan, berprestasi dan memiliki semangat yang tinggi dalam belajar, aktif mengikuti perlombaam-perlombaan, tertarik kepada ilmu-ilmu baru, memiliki orientasi jangka panjang, dan senang bersosialisasi dengan sekitarnya.

Dalam ranah bimbingan dan konseling, salah satu cara yag dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah melalui metode bermain peran. Sebagian besar waktu siswa khususnya anak-anak dihabiskan dengan bermain. Bermain disini dilakukan secara spontan dan penuh kegembiraan. Ketika bermain anak atau siswa dapat mengenal lingkungannya tanpa adanya paksaan darimanapun dan bahkan anak dapat mengembangkan keterampilan yang dimilikinya.

Siswa juga dapat melatih kemampuan mengendalikan emosinya, memiliki sikap tenggang rasa dan empati terhadap sesama, dan juga melatih anak agar memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi. Oleh karena itu, bermain merupakan kegiatan yang sangat penting dalam fase pertumbuhan dan perkembangan pada siswa. Salah satunya dengan bermain peran.

Bermain peran merupakan suatu metode yang biasa digunakan dalam dunia konseling melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan seseorang yang dilakukan dengan memerankan suatu tokoh maupun benda mati. Bermain peran disini juga dapat diartikan sebagai  suatu kegiatan menjalankan karakter dan kedudukan sebagai orang yang dimainkannya, misalnya berperan sebagai dokter, ibu guru, nenek tua, anak kecil dan lain sebagainya.

Metode bermain peran ini memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari tingkah laku manusia dari berbagai macam latar belakang yang ada. Disini siswa dapat merasakan suka duka yang dialami oleh tokoh yang diperankannya yang mungkin saja belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ini merupakan salah satu bentuk pembelajaran dimana siswa dapat terlibat aktif dalam memainkan peran-perannya.

Bermain dapat melatih kemampuan yang dimiliki oleh siswa, seperti melatih kekreatifan, kemampuan dalam menyelesaikan masalah, kemampuan berbahasa dan komunikasi, dan  kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dalam menjalankan metode ini, konselor berperan dalam menentukan masalah yang akan diangkat kedalam cerita yang pastinya harus sesuai dengan siswanya.

Kesesuaian peran ini harus diperhatiakan agar siswa dapat memainkan perannya secara maksimal. Siswa harus menikmati dan menghayati peran yang dimainkan sehingga tidak salah dalam memeragakan tokoh yang sedang diperankan. Setelah permainan selesai, konselor dapat mendiskusikan hasilnya, dan mengevaluasi pengalaman yang dirasakan oleh siswa setelah bermain peran.

Tujuan dari penggunaan Metode bermain peran adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami situasi dimana mereka mengalami emosi, perbedaan pendapat dan permasalahan dalam lingkungan kehidupan sosial anak, menarik siswa untuk bertanya, mengembangkan kemampuan komusikasi siswa, dan melatih siswa untuk berperan aktif dalam kehidupan nyata.

Agar proses pelaksanaan Metode bermain peran tidak kaku, sebaiknya seorang konselor  memberikan kesempatan terlebih dahulu kepada anak untuk memilih peran yang ia inginkan. Karena pemeranan tokoh akan lebih baik apabila sesuai dengan apa yang diinginkan. Jangan sampai membatasi anak didik tentang apa yang akan diutarakan dan bagaimana mereka menghayati perannya. Konselor harus benar-benar jelas dan terang ketika menjelaskan situasi dan upayakan agar semua pihak bisa mengambil peranan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun