Mohon tunggu...
amirmahmuda
amirmahmuda Mohon Tunggu... Administrasi - Writing on the wall

Fall in love with badminton. ig: aamirmahmuda

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Cebong dan Kampret yang Tak Kunjung Damai

2 Februari 2019   09:38 Diperbarui: 2 Februari 2019   10:23 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : lunchbuddiesplus.files.wordpress.com


Indonesia merupakan negara demokrasi yang sistem pemilihan kepimpinannya diserahkan dari rakyat. Sebagai negara yang sudah merdeka, Indonesia seharusnya sudah cukup bijak dalam menentukan pilihan Presiden yang dipilih rakyat pada pemilihan umum tiap lima tahun sekali.

Sayangnya, demokrasi Indonesia kerap tercoreng dengan adanya berita bohong atau hoax yang dilakukan oleh oknum tertentu. Hoax yang tersebar tentu saja dapat menguntungkan bahkan merugikan salah satu calon presiden terpilih. Persebaran hoax pun sangat masiv melalui platform media sosial.

Maraknya hoax menjadikan Cebong dan Kampret saling adu argumen. Bagi yang belum tahu, Cebong adalah sebutan untuk pendukung Pak Jokowi sedangkan Kampret adalah sebutan bagi pendukung Pak Prabowo. Sebutan ini telah ada sejak periode pemilu presiden tahun 2014.

Adu argumen antara Cebong dan Kampret bisa kita lihat di berbagai platform media sosial, seperti Facebook, Twitter, Instagram bahkan hingga dibawah kolom komentar media digital. Tak hanya adu argumen, kedua kubu pun kadang melontarkan perkataan kasar hingga kalimat provokatif.

Jujur saja, saya termasuk "korban" antara keributan kedua kubu ini. Argumen yang terlontar dan berita yang ditampilkan malah membuat saya bertanya-tanya tentang siapa yang benar dan siapa yang salah. 

Dipandangan saya, semua terlihat sama saja. Sama baik dan sama buruk. Kalau begini, mau pilih calon presiden yang mana? Apa lebih baik jadi golongan putih (goplut) saja?

Kedua kubu pendukung ini memang tidak dapat disalahkan karena adanya pemilih yang golput. Hanya saja, berkurangnya rasa percaya untuk kedua pasang calon dapat karena banyaknya berita hoax dan saling tuduh menuduh dapat mempengaruhi pikiran pemilih terhadap pilihannya.

Kedua kubu ini sebenarnya memiliki peranan yang cukup penting bagi kredibilitas calon presiden. Mereka bisa menaikkan keunggulan-keunggulan calon presiden dengan bukti yang nyata dan tanpa saling serang di dunia maya. Namun, jika dilihat dari 2014 hingga sekarang, seakan kedua kubu ini masih belum menemukan titik terang untuk berdamai.

Kompasiana Palembang
Kompasiana Palembang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun