Mohon tunggu...
Amirul Huda
Amirul Huda Mohon Tunggu... Swasta -

Pria yang menyukai buku, kartun, musik pop, rock progressif, jazz, blues dan religi. Juga menyukai alam, internet, dan (sedikit-sedikit) sastra. Serta penikmat kopi, khususnya Kopi Lampung. Chelsea, Barcelona dan Internazionale Milan adalah klub favoritnya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Puasa Melatih Kesabaran dan Kejujuran

8 Juni 2017   06:35 Diperbarui: 8 Juni 2017   06:53 2768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Memasuki bulan ramadan umat Islam diwajibkan untuk berpuasa seperti dikatakan al-Qur'an dalam Surat al-Baqarah:183: "Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu." Hasil yang diharapkan dengan berpuasa ramadan adalah agar manusia mencapai derajat taqwa. Ketaqwaan seseorang mungkin hanya Allah yang tahu, tetapi ada ada tanda-tanda orang yang bertaqwa yang bisa dilihat, diantaranya adalah sabar dan jujur.

Berpuasa melati seseorang menjadi sabar. Kita diminta untuk bersabar tidak makan atau minum, tidak hanya dari segala yang haram saja, tetapi juga dari segala makanan dan minuman yang halal. Kita dituntut bersabar tidak bercumbu-mesra dengan pasangan yang sah---apalagi pasangan yang haram---dari waktu terbit fajar hingga berbuka puasa. Puasa juga melatih kita untuk sabar dalam menahan amarah.

Agar puasa kita baik dan benar, kita diharuskan jujur dan diharamkan untuk berbohong. Maka dengan puasa ramadan kita harus menjadi orang yang bisa dipercaya dalam segenap aktivitas kita. Jika kita menjadi pedagang, maka jadilah pedagang yang tidak tidak menipu, menutupi cacatnya barang dan tidak mengurangi timbangan, misalnya. Jika menjadi petani, harus menjadi petani yang jujur yang tidak menggeser batas sawah-ladangnya dengan milik orang lain. 

Dan jika berprofesi pegawai maka bisa menjadi pegawai yang amanah yang tidak korupsi, tidak mengambil hak orang lain. Apabila menjadi penegak hukum, jadilah penegak hukum yang jujur yang tidak mencari-cari kesalahan orang lain. Berani mengatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Tidak hanya itu, penegak hukum juga harus berani membawa spirit (ruh) hukum itu sendiri, yakni rasa keadilan.

Berbicara tentang kejujuran, saya masih ingat setahun yang lalu ramai diberitakan ada seorang petugas kebersihan di sebuah mal di Jakarta yang menemukan dan mengembalikan tas berisi uang seratus juta. Petugas tersebut bernama Mulyadi asal Natar, Lampung Selatan. Dengan sifat jujurnya ia berani mengembalikan uang yang bukan haknya, walaupun ia adalah orang yang dalam kekurangan, hanya seorang petugas kebersihan. 

Andai saja ia mau, mungkin dengan uang sebanyak itu hidup dan kehidupannya lebih sejahtera dan mapan, tidak lagi menjadi tukang sapu. Tetapi ia tidak melakukannya. Mulyadi memilih jujur pada nuraninya. Dah hal itu adalah pilihan yang berat yang tidak banyak orang bisa melakukannya.

Di Kota Malang juga ada kisah seorang polisi yang memegang teguh kejujuran. Adalah Bripka Seladi, anggota Polres Malang yang memilih mencari uang tambahan dengan menjadi pengumpul barang bekas (rongsok). Padahal dengan posisinya sebagai petugas bagian pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) ia bisa mendapat uang yang besar dari orang-orang yang ingin memiliki SIM mengambil jalan pintas, tetapi ia tidak mau disuap. Kekurangan gajinya ia tambahi dengan mencari rongsokan saat tidak bertugas. Apa yang dilakukan Seladi sekali lagi tidak ringan. Jangankan dilakukan orang yang berseragam dan berpangkat, orang biasa pun mungkin tidak kuat menahan malu dan gengsi untuk mencari barang bekas.

Kisah Mulyadi dan Seladi yang jujur dalam menjalankan profesinya mengundang simpati banyak orang. Contoh kejujuran seperti itu yang sekarang hampir-hampir tidak ada, baik dari pejabat bahkan dari para tokoh agama sekalipun. Maka dengan puasa ramadan diharapkan bisa lahir orang-orang yang jujur seperti Mulyadi dan Seladi. Minimal menjadi orang jujur selama satu bulan. Karena selama sebulan penuh kita sudah dilatih untuk jujur pada diri sendiri dan berpuasa hanya mengharap keridhaan Allah semata. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun