Akan tetapi, yang terjadi malah sebaliknya. Para pemain yang diturunkan malam itu, semuanya memiliki tingkat kedewasaan yang tinggi. Terbukti dengan tidak adanya pemain timnas yang membalas, mencelakai, dan atau meladeni provokasi dari para pemain timnas Qatar.
Selain dari para pemain, pelatih STY juga layak mendapatkan pujian setelah dengan gagah beraninya melayangkan protes keras kepada wasit ketika Witan Sulaeman dilanggar dengan keras di pertengahan babak kedua. Meskipun ia malah mendapatkan kartu kuning dari wasit, tapi tindakannya sudah cukup merepresentasikan rasa kepeduliannya yang tinggi terhadap seluruh anak asuhnya di Timnas Indonesia.
Sedikit berandai-andai, jikalau Timnas Indonesia yang bermain malam itu masihlah timnas didikan Alfred Riedl atau sebelum-sebelumnya, ada kemungkinan para pemain Qatar akan mendapatkan cedera serius.
Selain itu, bukan hal yang tidak mungkin bagi Timnas Indonesia untuk bisa memperoleh lebih dari 2 kartu merah mengingat temperamen yang dimiliki para punggawanya. Bukan bermaksud menjelek-jelekan, tapi nyatanya manajemen emosi dari para punggawa timnas Indonesia asuhan Shin Tae-Yong memang berada di tingkatan yang berbeda.
Dengan ini, tanpa perlu melihat hasil 2-0 yang didapat, seluruh masyarakat Indonesia harusnya sudah menyadari secara penuh bahwa pemuda-pemuda ini memiliki mental juara, suatu hal yang telah lama hilang dari timnas Indonesia. Semoga ke depannya, pemain Indonesia yang lain bisa memiliki semangat juang dan mental juara yang sama sehingga sepakbola Indonesia bisa mendunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H