Entahlah, tiada yang tahu siapa sebenarnya sosok dibalik "orang tua dulu" itu. Mungkin sebuah perkumpulan filsuf. Meski begitu, kemasyhurannya selalu bermanfaat untuk menasehati atau memperingati subjek lain, diluar dirinya. Kebetulan, kita salah satu dari subjek yang pantas diperingati.
Benar kata "orang tua dulu", kita tidak akan pernah kembali bisa kembali ke masa lampau, walaupun hanya sedetik. Terkecuali, jika skenario Tuhan menghendaki kita lahir sebagai Nobita. Yang dapat melanglang buana menggunakan alat milik pengawalnya, yakni Doraemon---pintu kemana saja.
Namun, apakah kita sudi menjadi tokoh fiksi?
Patut di pikirkan kembali oleh kita, sebagai hewan berakal yang mampu menciptakan apapun, kecuali nyawa dan benda-benda alam.
Berhentilah merengek! Semua yang terjadi di kolong langit hanya kita yang dapat menjelaskannya. Â Â
Sekarang, gelar sarjana kadung menempel dibelakang nama kita masing-masing. Rindu akan tetap ada. Ambisi untuk mendapat aktivitas baru (kerja) harus terus di upayakan semaksimal mungkin. Jika suatu hari nanti kita mulai menganggap dunia terlalu kejam untuk kita. Istirahatlah sejenak! Hari esok, mungkin akan jauh lebih baik. Â Â
*Motivasi hidup di atas tidak berlaku saat kekasih hati kedapatan di lamar oleh kawan yang sudah mapan.
Tabik!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H