Mohon tunggu...
Amir Hamzah
Amir Hamzah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

amirhamzahtwinsboy.blogspot.com. Hanya orang kampung, penggembala kambing, suka main di sawah, dan penyuka anak kecil..

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Psikologi Kematian

17 Maret 2014   07:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:51 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi anda penikmat tulisan-tulisan religius, buku ini sangat pas dan cocok untuk dibaca. Selain bahasanya santun, "renyah". buku ini juga mudah dipahami. Tak hanya itu, kita juga bisa diajak berpetualang menelusuri sisi lain alam ini oleh Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA. Meski saat ini menjabat sebagai orang nomor satu di UIN Syarif Hidayatullah - Jakarta, beliau tetap menjadi orang yang begitu rendah hati dan low pofil. Pria kelahiran Magelang 18 Oktober 1953 memulai buku ini dengan fenomena keseharian yang sering kita temukan dan konflik-konflik yang besar sampai yang kecil, entah itu masalah pemahaman, budaya, gaya, politik, maupun masalah pendapatan. Semuanya hampir disinggung di sini. Banyak sekali makna yang terdapat dalam buku ini, sebab banyak sekali hikmah yang tersimpan dari kisah dan inti pesan yang dituliskan oleh penulis buku dalam tiap judul-judulnya. Ranah tasawuf dan bagaimana menemukan hakikat hidup yang sesungguhnya, itulah pesan yang ada dalam buku ini. Dulu saya sempat berdiskusi dengan salah satu sahabat dari Psikologi UIN-Bandung, tentang ilmu Psikologi. Saya sedikit paham mengapa menggunakan judul ini (Psikologi Kematian). Awalnya sepintas saya berfikir bahwa buku ini pasti berhubungan dengan ilmu psikologi, tetapi begitu membacanya saya semakin paham maksudnya. Kematian merupakan sesuatu yang pasti datangnya, hanya saja kita tidak tahu kapan kematian itu datang menjemput kita. Apakah hari ini, besok, lusa, minggu depan, bulan depan, atau bahkan tahun depan. Sekali lagi kita tidak pernah tahu akan hal ini. Untuk itu kematian merupakan sesuatu yang sangat pasti tetapi banyak sekali orang yang melupakannya. Mari kita mencari makna sebelum kematian datang (Bagian ketiga). Hanya dengan cara inilah kita akan dapat menemukan arti yang sesungguhnya. Konsep balasan (pahala-dosa) akan begitu jelas bila kita mampu mendobrak kegelisahan manusia (Bagian kedua) yang ada di alam ini. Setelah proses itu kita jalani, tentulah kita akan menemukan kehidupan yang abadi (bagian keempat). Hidup ini hanyalah singkat, tetapi kebanyakan manusia merasa berada di zona nyaman (comfort zone). Karena merasa dunia ini tempat yang begitu indah dan memberikan kebahagiaan, akhirnya mereka lupa bahwa kelak akan hilang dari dunia ini dan pindah menuju alam yang abadi. Lantas, tak ada lagi alasan bagi yang sudah membaca buku ini untuk menjadikan dunia ini sebagai tujuan atau obsesi terbesar dalam hidupnya. Sebab semuanya hanyalah sesaat dan hanyalah titipan semata. Cukuplah buku ini, sebagai pesan terakhir yang begitu ampuh untuk selalu menjadikan diri kita sadar akan kelemahan dan ketidakberdayaan atas nyawa ini. Mari kita sambut kematian dengan sebuah kesadaran. Sadar untuk mempersiapkan dan membekali diri supaya tidak menjadi orang-orang yang merugi ketika berada di hadapan Allah kelak. Semoga kita termasuk orang-orang yang mendapatkan hidayah dan beruntung. Amiin. []

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun