BANYUWANGI - Dalam KKN Back to Village Universitas Negeri Jember yang ke-3 ini, saya selaku mahasiswa Universitas Jember mengambil topik terkait pemberdayaan UMKM terdampak pandemi Covid-19. KKN BTV 3 kali ini, saya laksanakan tepatnya di Dusun Sumberagung, Desa Rejoagung, Kecamatan Srono, Kabupaten Banyuwangi. Berita desa ke-2 ini saya susun setelah selama kurang lebih 1 bulan telah dilaksanakan kegiatan program kerja yang telah dirancang guna mewujudkan inovasi seperti yang telah tercantum pada judul, yakni “Inovasi Pemberdayaan UMKM Gula Merah dari Nira Kelapa menjadi Brown Sugar di Desa Rejoagung, Banyuwangi”.
Setelah dilakukan identifikasi terkait kondisi desa dan terjun langsung kepada para pelaku UMKM gula merah di Dusun Rejoagung, Desa Rejoagung, Kecamatan Srono, Kabupaten Banyuwangi yang mana mulanya warga sekitar dominan mengolah nira kelapa menjadi gula kelapa berbentuk batok yang sering kita temui di pasar atau toko terdekat. Adapun karena kondisi pandemi yang diakibatkan oleh Covid-19 ini, membuat perekonomian kian miris, yang mana hal ini pu nberdampak terhadap UMKM gula merah di Desa Rejoagung ini sendiri. Harga gula merah kian menurun pesat, serta karena musim pancaroba. Berhubungan dengan ini, saya berfikir terkait melakukan inovasi untuk mengolah nira kelapa menjadi gula semut. Dengan inovasi ini, selanjutnya saya menyusun beberapa program kerja yang tergambar pada canvas serta roadmap dan juga melakukan pengajuan kelas KKN yang mana diharapkan dengan adanya program kerja dan kelas KKN ini dapat menunjang keberhasilan inovasi yang ingin diwujudkan.
Adapun setelah secara matang program kerja tersusun, saya mendiskusikannya bersama mitra yang saya ajak untuk menjadi sasaran dalam program KKN BTV 3 ini, yakni ibu Saripah sekeluarga termasuk suami dari Ibu Saripah yakni Bapak Hariyanto. Diawal mula saya menjelaskan terlebih dahulu terkait alasan mengapa sebaiknya bisa dicoba untuk mengolah nira kelapa menjadi gula semut dibandingkan gula merah, dan mana mitra saya setuju untuk mau mencoba hal ini, namun tetap proses pembuatan gula merah batok tetap berlangsung. Sehingga ibaratnya kita melakukan produksi gula semut dengan skala kecil. Hal ini dikarenakan penghasilan warga dengan mengolah dan menjual gula merah batok terbilang cukup besar dan stabil dengan perolehan kurang lebih Rp 300.000,00- tiap harinya jika perolehan gula merah batok mencapai 35 kg. Adapun disini, saya selaku mahasiswi KKN pun memaklumi terkait hal itu dan dengan kenyataan dapat meyakinkan mitra untuk mencoba mengolah nira kelapa menjadi gula semut sudah merupakan progress awal yang menunjang inovasi yang akan saya lakukan.
Adapun program kerja saya yakni mencakup eksistensi branding produk dan menjangkau pasar yang lebih luas dalam rangka mensejahterakan para pelaku UMKM. Dalam rangka menunjang program kerja yang telah saya susun, saya pun mengajukan kelas KKN sebanyak 4 kali. Pertama diantaranya “Inovasi Bentuk Sediaan Gula Merah menjadi Gula Semut/ Brown sugar”. Dalam kelas pertama ini, saya mengedukasi kepada mitra terkait proses yang memedakan dalam mengolah gula merah batok/gula kelapa dengan gula semut. Adapun dalam kelas ke-2 saya mengusung tema “Langkah Dalam Membangun Branding”. Adapun dalam kelas ini, saya menekankan aspek terkait pentingnya branding dalam menunjang ekspansi pemasaran. Adapun dala kelas ke-3 dengan tema “Langkah Dalam Membangun Branding part 2”, membahas terkait komponen penyusun dalam branding sebagai pokerface suatu produk. Dan terakhir yakni kelas ke-4 saya mengusung topik “Social Media Marketing”, yang mana dalam kelas ke empat ini menekankan terkait pentingnya social media marketing dalam menunjang pangsa pasar secara meluas.
Setelah dilakukannya kelas KKN dan juga program kerja yang tersusun rapi dan terlaksanakan di tiap minggunya, didapati output berupa pengetahuan dasar mitra terkait media social berupa instagram dan shopee, dan juga telah dilakukan pembuatan akun dari ke-2 plattform online tersebut. Sebelum dilakukan pemasaran, saya melakukan diskusi bersama mitra terkait nama dan juga logo yang sesuai dan dirasa menarik untuk selanjutnya akan digunakan sebagai branding produk gula semut/ brown sugar kami. Adapun nama yang digunakan yakni Larise’. Nama ini dipilih karena simpel, menarik dan juga mengandung makna jawa yaitu “laris” yang artinya laku keras dan banyak peminat. Adapun pemilihan logo, kami diskusikan ingin seperti apaa dibantu oleh saran profesional (editing design kemasan) agar design final yang dihasilkan dan akan digunakan nantinya dapat menarik perhatian masyarakat salah satunya nilai estetika yang bagus dan unik. Adapun pengoperasian akun ke-2 plattform ini, dipegang oleh saya sendiri dan juga putra dari mitra kerja saya.
Hal terakhir yang penulis lakukan selaku Mahasiswi KKN BTV 3 UNEJ, setelah melaksanakan seluruh program kerja yakni meminta testimoni dari mitra kerja terkait program kerja yang telah kami lakukan bersama-sama dalam mengembangkan sayap mitra untuk berani mencoba mengolah nira kelapa menjadi gula semut/ brown sugar. Adapun respon mitra yakni sangat positif dimana mitra menyatakan bahwasannya dengan adanya penulis selaku mahasiswi KKN sangatlah membantu. Terutama dalam mengasah pola pikir untuk berani mencoba hal baru.
Dengan beberapa rangkaian program kerja yang disusun, saya selaku mahasiswi yang menjalankan KKN BTV 3 , kelompok 9 Universitas jember mengharapkan proker-proker yang telah dilaksanakan dapat mencapai output yakni UMKM mendapat kesejahteraan. Termasuk diantaranya memperluas pangsa pasar dan juga memiliki brand sendiri, yang mana secara tidak langsung dapat membantu meningkatkan pendapatan para pelaku UMKM Gula Merah di Dusun Sumberagung, Desa Rejoagung, Kecamatan Srono, Kabupaten Banyuwangi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H