Mohon tunggu...
Amira Hilda Normatyas
Amira Hilda Normatyas Mohon Tunggu... -

a student of Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta majoring in communication science who wants to be seen with a fresh pair of eyes.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Waspada, Modus Sosis Men

19 November 2014   20:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:23 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Lahir dan besar di kota penuh kejutan seperti Jakarta, ibukota tercinta, cukup membuat hari-hari saya penuh warna. Salah satunya warna gelap. Waktu itu saya masih duduk di bangku SMA kelas 1, SMA Negeri 104 Jakarta, daerah Pasar Rebo, Jakarta Timur. Saya hendak pulang sekolah, menuju rumah menggunakan jasa angkot, tepatnya angkot nomor 19. Mobil kijang merah, saksi bisu perjalanan pulang-pergi dari rumah menuju sekolah yang menyimpan berbagai cerita.

Adalah pertemuan saya dengan pria paruh baya biasa yang ternyata luar biasa. Saya, beserta empat teman saya berada di dalam mobil angkot 19 dari arah Pasar Rebo menuju Depok. Sama sekali tidak ada kejanggalan apapun di dalam angkot tersebut. Saya dan teman-teman ngerumpi layaknya anak SMA alay biasa. Persis didepan saya duduk pria paruh baya berkulit hitam, berkumis, dan berbadan agak besar, dengan mengenakan kaos, celana pendek sedengkul, sambil memangku tas hitam kotak (seukuran tas laptop) diatas pahanya. Ditengah-tengah perjalanan, ketika saya dan teman-teman sudah mulai kehabisan bahan obrolan, kami mulai sibuk dengan pikiran masing-masing. Sampai pada akhirnya ketika pikiran saya berada ditengah-tengah fantasi, saya memandang kebawah dan menangkap pemandangan mencengangkan. Bagian daging dari tubuh pria paruh baya didepan saya. Ternyata yang saya lihat adalah alat vitalnya. Ia secara sengaja memamerkan kelaminnya pada deretan penumpang yang duduk di depannya—yang kebetulan perempuan semua—dengan mengangkat tasnya dan melebarkan kakinya yang ternyata celananya telah didesain sedemikian rupa agar alat vitalnya itu terlihat: melubangi celana sepanjang bagian selangkangan. Reflek, saya langsung memalingkan wajah ke arah jendela, memaksa teman saya untuk ikut turun dari angkot itu dengan berbisik, ketiga teman saya lainnya terlihat bingung dengan sikap saya yang mendadak itu. Kemudian saya bersama dengan teman sebelah saya berhasil turun dari angkot tersebut meninggalkan ketiga teman yang lain. Kedua kaki saya bergetar hebat, maklum, kejadian tersebut adalah kali pertamanya yang menimpa saya sehingga saya tidak tahu harus berbuat apa. Belakangan, setelah searching di internet dan bertanya sana-sini, saya tahu bahwa kejadian itu bukan sesuatu yang baru yang terjadi apalagi di Jakarta. Telah banyak kejadian pria memamerkan alat kelaminnya—yang saya sendiri menyebutnya sosis men—terjadi dengan berbagai modus.

Ketika saya menceritakan hal tersebut kepada salah satu teman saya yang juga pernah bertemu dengan sosis men di angkot dengan nomor angkot sama, diperkirakan bahwa pelakunya pun adalah orang yang sama dengan yang saya temui (saya menceritakan ciri-ciri fisiknya). Modus yang digunakannya hanya salah satu dari banyak modus lainnya yang terjadi khususnya di Jakarta, dan pelakunya pun bukan hanya pria tersebut. Jika sosis men yang saya temui menggunakan tas kantoran berukuran tas laptop yang dipangku di atas pahanya dan ketika korbannya lengah, ia mengangkat tas itu lalu melebarkan kakinya; ada yang menggunakan peta yang dipangku di atas paha pelaku sebagai alat untuk mengelabui korbannya, dengan cara berpura-pura menanyakan lokasi, lalu ketika korban menunjukkan arah jalan pada peta, pelaku secara cepat mengangkat peta tersebut dan jadilah sang korban dihadapkan dengan benda 'itu'; ada pula yang secara terang-terangan menunjukkan alat vitalnya di depan korban sambil dielus-elus! Yuck! Serta modus lainnya yang perlu diwaspadai karena cukup sulit untuk membedakan perilaku pria normal dengan sosis men.

Ekshibisionis, itulah sebutan keren sekaligus ilmiahnya untuk pria yang saya temui di angkot seperti yang telah di ceritakan di atas. Menurut pengertiannya ekshibisionis adalah penyimpangan seks yang menyebabkan seseorang senang memperlihatkan alat vital / alat kelamin kepada orang lain. Penderita penyimpangan seksual ini akan merasa puas dan terangsang jika orang lain terkejut, takut, jijik, dan lain sebagainya. Penyimpangan seks ini tidak hanya terjadi pada pria, wanita pun dapat memiliki penyakit psikologis ini. Perlu diketahui pula bahwa ekshibisionis berkeliaran di tempat umum, ramai ataupun sepi dan hampir tidak ada bedanya dengan orang-orang normal. Adapun kebanyakan ekshibisionis tidak menyakiti korban secara fisik seperti melakukan pelecehan atau pemerkosaan, namun mereka cukup merasa puas hanya dengan melihat korban ketakutan atau panik. Dengan begitu, nafsu seksualitas mereka tersalurkan.

akan tetapi idak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan. Masih ada banyak cara mencegah dan menghadapi ekshibisionis yaitu: selalu berhati-hati dimanapun kita berada; jika terlanjur bertemu dan melihat, usahakan untuk tidak panik seperti halnya bertemu dengan orang normal; jika perlu, lakukan perlawanan karena ekshibisionis akan takut jika kita berani padanya, cukup dengan perlawanan verbal seperti memarahi atau menyindir; yang terakhir dan sudah pasti harus dilakukan yaitu berdoa.

Pendeknya, lahir dan besar di kota manapun kita harus selalu waspada dan menerapkan sikap awas terhadap lingkungan sekitar. Terlebih lagi penyimpangan psikologis manusia semakin tidak karuan. Bahkan hal yang sama sekali tidak terpikirkan pun seperti memamerkan alat vital kepada orang lain dapat terjadi. Untuk itu dibutuhkan mental baja dalam menghadapi realitas sosial masa kini, serta kuatnya doa sehari-hari dapat menjadi tameng penjagaan dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun