Mohon tunggu...
Amirah Fitria Sabrina
Amirah Fitria Sabrina Mohon Tunggu... Mahasiswa - amirahfitrias

Mahasiswa baru angkatan 58, Sekolah Vokasi IPB

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kesehatan Mental di Era Pandemi

12 Juli 2021   12:21 Diperbarui: 12 Juli 2021   12:35 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pandemi Covid-19 atau Coronavirus disease 2019 sudah masuk ke Indonesia sejak Maret 2020 lalu dan sampai sekarang masih bermutasi menjadi jenis yang beragam. Seperti yang kita ketahui, virus  ini dapat tersebar dengan mudah melalui tetesan kecil dari hidung atau mulut pada saat batuk atau bersin. Maka untuk mencegah dan memutus rantai Covid-19 ini perlu diberlakukan protokol kesehatan, salah satunya berupa pembatasan sosial yang mengharuskan masyarakat untuk melakukan segala aktivitasnya dari rumah.

Karena adanya pembatasan sosial, aktivitas dan interaksi sosial juga ikut terbatas. Meski interaksi sosial dapat dilakukan melalui media elektronik, tapi tak ada yang dapat menggantikan kualitas interaksi secara langsung. Adanya pembatasan ini dapat menimbulkan kecemasan -kecemasan baru yang mengganggu kesehatan mental khususnya bagi anak-anak dan remaja yang masih menjalani proses perkembangan yang sebagian besar dipengaruhi oleh interaksi dengan lingkungan sekitarnya sehingga mereka rentan mengalami gangguan mental dan tidak sedikit yang mengalami stress hingga depresi.  

Gangguan kesehatan mental pada anak juga berdampak pada daya serap dan antusiasnya terhadap pelajaran sekolah. Pada awalnya anak masih semangat mengikuti pembelajaran online, namun makin hari semangatnya makin menurun. Kegiatan belajar yang monoton dan tidak menarik juga menimbulkan rasa bosan. Rasa bosan inilah yang dapat memicu penurunan semangat belajar yang sejalan dengan pengembangan akademiknya. Jika rasa bosan ini tidak diatasi dengan cara yang tepat, akan berdampak pada masalah baru seperti adanya perasaan gagal karna menurunnya produktivitas akademik. Penurunan ini dapat terlihat dari hasil yang juga menurun, sehingga menimbulkan kecemasan yang jika dibiarkan terus dapat berkembang menjadi overthinking.

Overthingking  merupakan keadaan dimana seseorang terlalu memikirkan suatu hal secara berlebihan dan berulang-ulang. Overthinking berdampak negatif untuk kesehatan mental karena biasanya yang terlalu dipikirkan adalah kekurangan-kekurangan dalam diri, kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat, dan hal-hal yang bahkan belum terjadi. Orang yang overthinking cenderung berlarut-larut dalam pemikirannya dan hanyut dalam kecemasan, sehingga waktu yang harusnya bisa digunakan untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan memperbaiki diri, telah habis terpakai untuk memikirkan hal yang justru dapat berdampak buruk bagi dirinya sendiri.

Karena sudah banyak waktu yang terpakai untuk overthinking, kita juga menjadi tidak produktif. Lalu apa yang bisa kita lalukan untuk tetap menjaga produktivitas diri dan menghindari overthinking?

Pertama, kita butuh istirahat. Ada banyak jenis istirahat, diantaranya istirahat fisik seperti tidur yang cukup untuk mengisi ulang energi. Kedua, istirahat mental untuk mengembalikan konsentrasi dan ketenangan. Istirahat mental dapat berupa menjauhkan diri dari handphone. Ketiga, istirahat emosional dapat dilakukan dengan mengobrol dan bercerita. Keempat, istirahat sosial yang  berati berhubungan kembali dengan diri sendiri. Ada masanya tubuh membutuhkan waktu untuk menyendiri dan berdamai dengan diri sendiri yang biasanya disebut dengan me-time. Kelima, istirahat yang kreatif, seperti membaca buku dan berjalan-jalan. Keenam, istirahat sensorik, dan yang terakhir adalah istirahat spiritual.

Kemudian, kita bisa melakukan kegiatan mulai dari yang kita senangi seperti mengerjakan aktivitas ringan sesuai hobi, misalnya olahraga, melukis, atau memasak. Kegiatan-kegiatan seperti ini dapat menjaga mental agar tetap sehat. Lalu kita dapat mengatur atau menjadwalkan lagi aktivitas kita. Meski hanya di rumah, dengan adanya jadwal kita bisa tau mana hal yang lebih penting yang bisa kita kerjakan terlebih dahulu, sehingga jika ada waktu luang dapat kita manfaatkan dengan baik.  

Semua persoalan ini sebenarnya dapat kita hindari dan atasi mulai dari diri kita sendiri. Semua ini tergantung bagaimana kita menyikapinya. Masihkah kita pasrah dengan keadaan yang akan begini saja tanpa menciptakan sebuah kemajuan? atau kita akan mengambil langkah baru dan menciptakan perubahan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun