Salah satu komponen dari komunikasi massa ialah media massa. Saat menjelang pemilu 2024 ini, media massa menjadi peranan yang sangat penting menurut pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, Dr. Ihsan Hamid.Â
Mengapa media massa sangat berperan penting dalam pemilu ini? Karena media massa dapat menyebarkan informasi mengenai proses dan pengaruh mengenai pemilu kepada khalayak. Namun, akankah media massa malah membawa pengaruh lain yang dapat memperburuk keadaan jelang pemilu 2024?
Nah, sebelum mengetahui maksud dari media massa, kita harus mengetahui inti sari dari media massa terlebih dahulu, yaitu komunikasi massa. Komunikasi massa sendiri memiliki arti yang sederhana yang dikemukakan oleh ahli Bittner (Rakhmat, 2003: 188) yakni pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people). Definisi ini mengartikan bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa dalam menyebarkan informasinya. Jadi, meskipun seminar dilakukan di ruangan yang besar dengan menghadirkan puluhan orang, bahkan ratusan orang, jika tidak menggunakan media massa maka tidak dapat disebut dengan komunikasi massa.
Media massa juga memiliki jenis yang seringkali digunakan dalam menyebarkan informasi kepada khalayak, seperti media cetak, media elektronik, bahkan media baru, lho. Media cetak yang sering kota ketahui oleh banyak orang yakni surat kabar atau yang dikenal sebagai koran, lalu majalah, tabloid, dan jenis media yang dicetak lainnya. Lalu ada media elektronik yang berbasis elektronik seperti televisi, radio, telepon kabel, bahkan film yang dapat kita temui sehari-hari. Terakhir dari jenis media massa, yakni media baru yang terdiri dari internet, sosial media, bahkan game yang sering dijumpai di kehidupan sehari-hari.
Munculnya media baru membuat banyak orang menyampingkan jenis media massa yang lainnya. Bahkan pada era ini masyarakat mengetahui berita-berita aktual dan terkini melalui internet ataupun media sosial. Karena media baru saat ini jauh lebih pesat perkembangannya dibanding media cetak. Bahkan, calon presiden, calon wakil presiden, calon anggota legislatif, atau calon tokoh politik lainnya yang mencalonkan dirinya pun ikut berkampanye atau mempromosikan dirinya untuk personal branding mereka melalui media baru.Â
Bagaimana Capres, Cawapres, atau Caleg Tersebut Menunjukkan Personal Branding yang Positif melalui Media Baru?Â
Media sosial adalah jawaban utama dari pertanyaan ini. Banyak capres, cawapres, dan caleg lainnya yang sering mempromosikan dirinya melalui akun media sosial pribadi mereka. Mereka juga sering mempromosikan dirinya dengan berbagai akun media sosial seperti Instagram, Twitter, Facebook, YouTube, serta website-website partai mereka. Bahkan banyak capres, cawapres, dan caleg lainnya yang mempromosikan dirinya juga di podcast YouTube influencer-influencer ternama di Indonesia. Hal ini guna untuk personal branding dari capres, cawapres, dan caleg baik di mata masyarakat, (YouTube, Trans7 Official, 24/10/2023).
Namun, bukan hanya media sosial saja, televisi yang merupakan salah satu contoh media elektronik juga menjadi ajang mereka berkampanye demi kepentingan politiknya. Biasanya program Talkshow yang sering menjadi tempat mereka mempromosikan dirinya, seperti program acara Laporpak, Mata Najwa, Indonesia 12aya, dan lainnya. Program acara televisi ini sangat berdampak bagi para capres, cawapres, dan caleg  karena semakin banyak masyarakat yang mengenal mereka dan mengetahui visi misi serta tujuan mereka untuk menjadi tokoh politik.Â
Media baru dan media elektronik sangat berpengaruh bagi keberlangsungan kampanye capres, cawapres, dan caleg. Tetapi media cetak juga berpengaruh, lho, dalam penyebaran informasi jelang pemilu 2024. Banyak atribut baliho dan bendera yang tersebar di seluruh penjuru wilayah di Indonesia, bahkan banyak atribut baliho-baliho tersebut yang berjarak hanya beberapa meter saja. Hal ini membawa pengaruh baik bagi para calon tokoh politik tersebut, namun ada beberapa masyarakat yang tidak menyukainya karena dinilai mengganggu dan merusak pemandangan. Karena alasan tersebut, alhasil banyak warga yang sering merusak baliho-baliho yang ada di lingkungan sekitar mereka, (jabar.inews.id, 10/10/2023).